Chereads / Be a Princess / Chapter 28 - Siapa dia?

Chapter 28 - Siapa dia?

"Halo semuanya. Saya senang anda semua bersedia datang di jamuan teh pertama saya. Saya berharap kita akan bersenang-senang hari ini"

Hening.

"Mari bersenang-senang putri"

Aku menoleh dan mendapati lady Lise yang menatapku dengan wajah cerah. Senyumnya segera menular pada gadis-gadis lain yang akhirnya membalas sapaanku dengan sopan.

Aku membalas senyum lady Lise dan berterimakasih dalam hatiku. Kepala pelayan Calverion, Hanson mulai mengenalkan para gadis-gadis di mulai dengan yang memiliki status tinggi. Putri Marquis Ellen, Lidya jelas seorang yang lembut dan sopan. Tapi sekali lihat aku langsung tahu, dia bukanlah seorang pemimpin pesta. Sebaliknya putri count Adrian, Liliana adalah seorang bunga pesta.

Karena aku tidak mengenal gadis lain selain lady Lise, kepala pelayan menempatkan para gadis di beberapa meja sesuai dengan status mereka. Aku di meja yang sama dengan lady Lise, Lady Ellen dan beberapa gadis lain. Sementara lady Adrian berada di meja sebelah kami.

Setelah percakapan basa-basi penuh sopan santun untuk saling menunjukkan rasa hormat, aku berbalik menatap Lise Arlo untuk memulai rencanaku.

"Lady Arlo, sekali lagi aku ingin mengucapkan terimakasih. Sabun wangi yang anda kirimkan benar-benar sesuai bagiku"

Lise memiliki pipi yang bersemu dan mata berbinar saat membalas tatapanku.

"Tidak. Semuanya karena anda Putri. Dan jika bukan karena hadiah anda, semua itu hanya menjadi impian saya"

"Maafkan saya ikut bertanya Putri. Sabun wangi seperti apa yang anda bicarakan"

Wajar untuk bertanya, untuk membersihkan tubuh para bangsawan menggunakan abu atau lilin padat yang dicampur minyak tanaman, baru setelah itu mereka menggunakan ekstrak minyak wangi dan madu untuk membuat kulit halus. Mengetahui ada sesuatu yang diakui oleh seorang Duchess tentu saja akan menarik perhatian mereka.

"Lady Ellen, apakah anda ingat hadiah yang diberikan Putri Niesha saat ulang tahun saya?"

"Itu sebuah buku kan?!"

Seorang wanita lain menjawab dengan tertarik.

"Itu bukan sekedar buku. Itu adalah harta Karun bagi keluarga kami. Tanah Arlo tidak cocok untuk menumbuhkan bahan pangan. Tetapi sangat cocok untuk rempah-rempah. Dan buku itu menuliskan banyak sekali cara untuk mengekstraknya"

Lady Lise menjelaskan dengan penuh semangat. Tetapi para gadis di meja kami hanya menunjukkan sedikit ketertarikan untuk sopan santun.

"Tidak itu saja. Putri bahkan mengirimkan hadiah lain untuk melengkapinya"

"Hadiah lain?"

Mulai ada ketertarikan dari para gadis. Mereka tahu tentang hadiah pertama yang diberikan tetapi mereka tidak tahu mengenai hadiah lain.

"Ya. Itu gelas-gelas kaca indah yang dilengkapi ukuran yang tepat untuk benda cair. Putri bahkan menuliskan sendiri fungsi dari masing-masing gelas"

Saat pandangan mereka beralih padaku, aku menyesap tehku. Sedikit tidak nyaman karena itu bukan murni ideku.

Di dunia ini meski mereka memiliki cara untuk mengukur benda padat, benda cair masih di ukur dengan takaran yang berbeda-beda. Di duniaku peralatan kaca dengan berbagai ukuran dan bentuk wajib digunakan untuk percobaan kimia. Jadi pada dasarnya aku hanya memindahkan pengetahuan yang sudah ada ke dunia ini.

"Dan apa hubungannya dengan sabun mandi wangi yang kita bicarakan sebelumnya?"

"Putri memberikan ide bagaimana membuat ekstrak rempah yang saya hasilkan menjadi bentuk yang praktis digunakan. Dan sabun mandi wangi adalah produk pertama yang saya buat"

"Ah, itu cerita yang sangat menarik Lady Arlo. Andai saja kami juga bisa merasakan sabun wangi yang anda sebutkan"

Tanpa sadar gadis lain dari meja lain menjadi tertarik dengan perbincangan kami dan berkomentar.

Lady Ellen menatapku yang hanya diam saja sedari tadi.

"Aku yakin Putri menyiapkan kejutan untuk kita"

Itu Lady Adrian. Dia menyesap tehnya dan melirikku dengan tatapan acuh tak acuh.

"Anda benar-benar memahamiku, Lady. Aku menyiapkannya untuk nanti, tetapi karena Lady Adrian penasaran, aku akan membagikannya sekarang"

Dengan isyaratku, Agatha memimpin beberapa pelayan yang membawa kotak-kotak kayu kecil dan membagikannya pada masing-masing gadis.

Masing-masing kotak kayu di ukir dengan lambang keluarga masing-masing gadis. Untuk menyiapkannya dengan waktu terbatas, aku akan berterima kasih pada Pangeran Edgar yang meminjamkan seniman kerajaan untuk mengerjakannya.

"Ya ampun, ini indah"

Segera gumaman kagum bergema dari para gadis begitu mereka mengangkat tutup kotak kayu. Berbeda dari gelas-gelas ukur yang ku kirimkan pada Lady Lise yang bening dan polos, kotak kaca yang ku pesan setelahnya terbuat dari kaca warna warni. Di dalam kotak kaca tersusun dua benda yang menguarkan aroma yang wangi dan lembut.

"Lady Arlo, apakah ini sabun wangi yang anda bicarakan?"

Mereka mulai bertanya dengan antusias.

"Ah Putri, Anda bahkan menyiapkan kotak yang indah"

Lise menatapku dengan mata berkaca-kaca sementara para gadis mengagumi sepasang sabun di kotak masing-masing.

"Putri, apakah ini rahasia anda memiliki kulit wajah yang putih seperti itu?"

Pertanyaan penasaran lain mulai bergema.

Aku mengangguk mengiyakan.

"Sabun yang diciptakan Lady Arlo tidak hanya memiliki aroma wangi yang menempel dikulit tetapi juga sangat kaya dengan bahan yang membuat kulit tetap lembab dan lembut dalam waktu yang lama"

"Anda memiliki kulit wajah yang sempurna. Kenapa anda menutupi bagian tubuh anda yang lain begitu rapat Putri?"

Saat itu akhirnya aku memperhatikan penampilan gadis-gadis muda lainnya. Semuanya adalah gadis-gadis yang lebih tua setahun atau dua tahun dariku tetapi belum melakukan debutnya di masyarakat. Pakaian mereka berwarna-warni dan semarak dengan pita, renda hingga permata. Tetapi yang lebih mencolok dari itu adalah potongan masing-masing gaun. Meskipun lengan panjang masih mendominasi, setiap gaun memiliki potongan dada yang rendah sehingga mereka bisa memamerkan leher jenjang hingga dada yang mulai tumbuh.

"Aku besar di Utara yang memiliki iklim lebih dingin, jadi aku terbiasa mengenakan pakaian yang lebih tertutup. Selain itu, Aku mudah sakit. Cuaca di ibukota sering berubah-ubah, aku khawatir tubuhku tidak bisa mentolerir jika aku ingin tampil semodis para Nona"

Tawa manis dan sopan segera terdengar.

"Anda begitu baik Putri. Bahkan hanya dengan menunjukkan wajah anda, kami yakin anda bisa menarik perhatian pada anda"

Suasananya yang sebelumnya terasa kaku sekarang penuh tawa dan senyum. Saat berkeliling dari meja ke meja untuk menyapa tamuku, mereka bertanya dengan antusias mengenai kehidupanku di Utara yang tentu saja hanya berdasarkan imajinasiku. Terkadang juga mereka bertanya mengenai sabun wangi yang baru pertama mereka lihat. Ketertarikan yang aku butuhkan untuk membuatku menjadi pusat perhatian. Untuk Orang yang juga membantuku mendapatkan popularitas hari ini, Kami saling bertukar senyum.

"Putri, anda sepertinya memiliki hubungan yang baik dengan para pembantu anda"

Seorang gadis dari meja Lady Adrian bertanya saat aku berhenti di meja mereka.

Aku menoleh untuk melihat Agatha dan para pelayan yang berbaris rapi menunggu perintah untuk membantu para tamu.

"Aku berharap mereka cukup puas melayaniku. Berkat bantuan mereka aku dapat menikmati hariku dengan baik dan menyelesaikan tugas-tugas sebagai kepala keluarga dengan baik"

Itu tulus. Aku tidak berbohong untuk mengungkapkan betapa aku ketakutan saat terbangun sebagai Lady Niesha untuk pertama kali. Aku banyak mendengar bahwa para pelayan bisa bertindak begitu kejam pada anggota keluarga yang diabaikan. Tetapi para pelayan dan ksatria di mansion Calverion bertindak sopan dan penuh hormat padaku bahkan sebelum aku di akui sebagai putri kandung mantan Duke dan Duchess.

Atas pernyataanku, beberapa pelayan memiliki mata berkaca-kaca. Sebaliknya gadis yang mengajukan pertanyaan padaku tertunduk malu. Tentu saja pernyataanku akan bertolak belakang dengan perlakuan dan perasaan mereka pada pelayan mereka. Apalagi aku dengan sengaja menyinggung mengenai tugasku sebagai kepala keluarga. Satu-satunya kepala keluarga yang benar-benar bekerja dengan status paling mulia di kerajaan bahkan sebelum aku melakukan debutku sendiri.

"Maafkan Lady Rana, Putri. Dia tentu merasa takjub melihat anda memperlakukan para pembantu anda dengan baik. Bahkan anda tampak berhubungan baik dengan ksatria asing yang menjaga anda"

Aha... Ini kata-kata yang aku tunggu.

Aku mengerjapkan mata terkejut atas pertanyaan lady Adrian. Bergaya imut seperti yang diajarkan Agatha.

"Agatha, apakah aku benar-benar memiliki ksatria yang bukan milik Calverion?"

"Mungkin yang Lady Adrian maksud adalah sir Reese, Putri"

"Sir... Reese adalah ksatria asing?"

Saat aku bertingkah seperti itu, aku bisa merasakan Reese menahan dirinya sendiri untuk tidak memutar matanya.

"Sir Reese, tolong jelaskan siapa dirimu agar Putri tidak terus disalah pahami"

Agatha menatapnya galak.

Reese membuka mulutnya dengan malas.