"Mengapa Anda belum tidur?"
Dalam situasi normal, siapapun akan melompat dan bersembunyi begitu suara yang dingin dan berat terdengar ditelinga.
Tapi aku tidak ada dalam situasi normal itu.
Aku tahu siapa itu.
Si pria bertopeng yang menghadang pedang untukku. Sejak aku mengijinkannya mengunjungiku di malam hari, ia tidak pernah absen menemui ku. Awalnya aku tidak sadar jika ia terus kembali hingga suatu hari ia meninggalkan buah berlapis cairan gula di meja tempat aku tidur.
Untuk membuktikannya 2 hari yang lalu aku berbaring tenang dan berpura-pura tidur.
Sangat sesuai dengan namanya sebagai ksatria bayangan. Aku tidak mendengar kapan dia masuk, hanya begitu aku berkedip kelelahan, dia sudah berdiri di dekat ranjang ku. Tersembunyi di bawah bayang-bayang.
Dia tidak melakukan apapun selain bersandar di salah satu pilar dan mengawasi ku dari balik tirai tempat tidur.
"Tidurlah Putri. Anda akan kelelahan jika tidak cukup istirahat"
Hebatnya dia tahu aku berpura-pura tidur.
"Jika anda tidak nyaman, aku hanya akan berdiri di luar kamar anda"
"Yah, tidak nyaman saat Anda tidur dengan perasaan sedang ditonton oleh seseorang"
Tidak ada gunanya aku tetap berbaring. Jadi aku bangun dan duduk menghadapnya.
"Itulah yang dilakukan ksatria bayangan, putri"
"Apa yang mulia selalu tidur dengan diawasi juga"
"Begitulah. Kadangkala dia membiarkan dirinya tanpa penjagaan"
"Apakah itu... aman?"
"... Ya. Yang mulia mampu menjaga dirinya sendiri"
Dia menatapku sesaat sebelum menjawab pertanyaan ku. Suksesi tahta bukanlah sesuatu yang dapat dinilai dengan pasti. Baik pangeran Freddie maupun pangeran Edgar sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan atas takhta, tapi tidak berarti mereka tidak memiliki pendukung yang berjuang untuk menempatkan mereka di atasnya.
Kenyataan bahwa Kaisar Alpha juga belum memilih penerusnya membuat masing-masing sisi lebih waspada. Banyak cara yang mungkin terjadi pada salah satu penerus jika mereka tidak siap. Jadi wajar jika masing-masing pangeran dijaga dan diawasi 24 jam penuh.
"Putri, aku dengar anda akan mengadakan jamuan teh. Apakah itu yang tengah anda persiapkan?"
Pertanyaannya menyadarkanku dari lamunan.
"Hmm"
"Apakah itu membebani anda?"
"Hmm?"
Aku mengangkat kepalaku mencoba membaca ekspresinya. Ah, aku lupa. Selain topeng, dia juga kerap bersembunyi di balik bayangan. Aku tidak berani menyalakan lampu batu mana terlalu terang agar tidak menarik perhatian pelayan atau pengawal yang berjaga di luar kamarku. Jadi dengan cahaya yang temaram, aku bahkan tidak bisa melihat matanya.
"Kenapa kau bertanya?"
"Itu... Anda tampak kesulitan untuk mengingat masing-masing bangsawan"
Untuk hal ini aku tidak perlu berpura-pura lupa ingatan. Sejak awal Niesha jarang bergaul, jadi wajar jika dia tidak mengenal banyak bangsawan.
Ia melirik catatan yang sedari tadi ku baca. Itu adalah catatan yang dibuat Agatha mengenai masing-masing bangsawan yang akan ku undang. Disini, potret diri seorang bangsawan tidak diproduksi secara massal dan hanya dibuat berdasarkan permintaan dari bangsawan tersebut. Kadangkala seorang seniman juga menerima permintaan potret berdasarkan ciri-ciri yang disampaikan. Tetapi akan butuh waktu untuk menyelesaikan sebuah potret hanya berdasarkan penggambaran Agatha. Jadi akan lebih mudah bagiku untuk menghapal ciri fisik mereka melalui catatan.
"Toh, aku tetap perlu mengingat lebih banyak orang lagi. Jadi ini akan menjadi latihan awal yang baik"
"Anda... Seorang Duchess. Tidak akan masalah jika anda bersikap egois dan melakukan semua yang anda inginkan, putri. Begitu anda dewasa, anda adalah satu-satunya wanita dengan status tertinggi. Semuanya akan mendatangi anda dan tunduk dibawah kaki anda"
"Yang aku butuhkan bukan pelayan. Aku harus mendapatkan loyalitas mereka"
"..."
Keheningan yang tiba-tiba menggangguku. Aku berbalik dan tatapan kami bertemu.
"Umm....sir. Aku tidak tahu namamu"
"... Aidan"
"Sir Aidan, apakah anda sudah lama bersama pangeran?"
"..."
"Bisakah kau membocorkan apa yang di sukai yang mulia?"
"Itu anda"
"Hah?... Ahahahaha"
Dengan canggung aku kembali fokus menatap catatan Agatha.
"Putri..."
"Hmm?"
"Apakah anda tidak bosan terus berdiam diri dalam rumah?"
"Apakah kau sedang menyarankan aku meninggalkan sarangku yang aman?"
Aku bosan.
Tapi jika kesenanganku harus di bayar dengan menahan mual naik kereta untuk pergi ke suatu tempat atau menghadapi ancaman bahaya, tidak terima kasih.
Lagi pula aku tidak benar-benar terisolir tanpa hiburan. Dengan alasan amnesia yang sama saat aku mengambil alih tubuh ini, aku bebas menjelajahi setiap sudut Mansion. Kadang-kadang aku akan menghabiskan waktuku dalam gudang harta Calverion untuk sekedar membuat tubuhku ditutupi dengan beraneka perhiasan dan permata berwarna warni. Aku berharap jika aku kembali ke duniaku, aku bisa menyelamatkan salah satu permata paling berkilau yang kulihat. Aku bisa hidup nyaman seumur hidup hanya dengan itu.
Jika membutuhkan udara segar, rumah utama di kelilingi oleh taman, hutan kecil dan area cukup luas yang bahkan belum ku jelajahi karena luas. Kata Agatha, aku cukup mahir menunggang kuda. Tapi aku tidak cukup percaya diri untuk menggantungkan hidupku pada naluri refleks tubuh ini jika memaksa menaiki kuda yang bahkan lebih tinggi dariku. Alhasil aku akan cukup membuat lelah tubuhku hanya dengan berjalan-jalan sebentar disekitar Mansion.
"Aku akan menjaga anda Putri"
Si ksatria bayangan menjawab pertanyaan ku seolah tahu apa yang ku pikirkan.
"Terima kasih atas tawaran anda. Bisakah aku menyimpannya untuk nanti?"
Ini adalah penolakan. Tapi aku sengaja mengalihkannya agar sir Aidan tidak mengajukan penawaran lain.
Aku tahu dia memahami maksudku karena setelah mengangguk dia kembali mundur ke balik bayangan tanpa menggangguku
***
"Putri, Pangeran mengirimkan anda surat"
Agatha mengangsurkan baki perak saat aku menikmati teh soreku.
Aku berpaling untuk menatap sir Reese yang berdiri di depanku. Dari kerutan keningnya, aku yakin tidak ada gunanya bertanya padanya.
Kalau dipikir ini akan menjadi kali pertama ia mengirimkan surat padaku setelah sir Reese menjadi pengawal ku.
Stempel yang tertera adalah stempel pribadi pangeran Edgar jadi aku membukanya dengan hati-hati. Isinya cukup singkat tapi membuatku menatap Reese kebingungan.
"Apakah kau tahu tentang ini?"
Aku melambaikan surat itu pada Reese yang berdiri gelisah tanpa menatap mataku.
"Jadi kau tidak tahu tentang ini?"
"... Saya adalah subjek Yang mulia. Tuanku tidak harus membagi pemikirannya kepada kami"
Apa aku menangkap nada getir dalam suaranya? Aku tidak tahu seperti apa hubungan para ksatria bayangan dengan anggota keluarga kerajaan yang mereka jaga, tapi mengingat bagaimana Pangeran Edgar mengirimkan surat resmi saat dia pertama datang atau bagaimana Pangeran Edgar menitipkan pesan pribadi secara lisan padanya, kurasa mereka memiliki kedekatan yang tidak diketahui oleh orang lain.
Apa ini bagian strateginya?
"Kenapa Yang mulia ingin bertemu dengan ku?"