Chereads / Be a Princess / Chapter 23 - Jaring untuk menjebak... atau terjebak

Chapter 23 - Jaring untuk menjebak... atau terjebak

Ini hari pesta lady Lise. Seperti yang diharapkan dari Roan, pengrajin kaca yang ditinggalkan pelanggan karena sifat eksentriknya, dia menyelesaikan pesanan ku tepat waktu dan persis seperti yang aku gambarkan.

Saat aku tiba, kediaman count Arlo sudah dipenuhi oleh bangsawan lainnya.

"Apakah ini cukup biasa?"

Lady Niesha yang asli jarang menghadiri acara sosial. Sebelumnya ia juga jarang mendapat undangan karena statusnya yang belum di konfirmasi. Dan sebagai Niesha yang baru, ini akan menjadi pengalaman pertamaku menghadiri jamuan sosial dengan wanita muda lainnya.

"Anda adalah magnet sosial Putri. Begitu anda mengkonfirmasi kehadiran anda, para bangsawan lain juga akan berbondong-bondong mengikuti apa yang anda lakukan"

Alih-alih Agatha, Reese menjawab ku. Aku berbalik menatap Agatha untuk mengkonfirmasi ucapan Reese. Sebagai jawabannya, ia tersenyum seperti seorang ibu yang bangga saat menatapku.

"Putri, anda datang!"

Seorang gadis terdengar ceria menyapaku begitu aku memasuki aula utama. Saat ia bergegas mendekat, rambut ikal cokelatnya bergoyang-goyang dengan semarak.

"Lady Arlo, selamat ulang tahun"

"Terima kasih putri. Aku senang anda datang. Oh ya ampun, aku senang sekali"

Ya ampun imutnya.

"Aku punya sesuatu untuk anda. Aku harap anda menyukainya"

Agatha menyerahkan kotak merah muda. Hadiah pertama yang aku siapkan untuk dia.

"Bolehkah aku membukanya"

Begitu aku mengangguk, dia segera membuka bungkus hadiahnya. Beberapa bangsawan yang penasaran menjulurkan leher masing-masing untuk melihat hadiah yang disiapkan seorang Duchess. Diam-diam aku juga menatap matanya untuk memperhatikan reaksinya.

Tapi kenapa dia diam saja.

Dia pasti juga mengharapkan hadiah luar biasa yang akan dia terima.

Tangannya yang terulur masuk mulai gemetar saat ia merogoh ke dalam kotak.

"Pu...putri, apa anda sungguh-sungguh memberikan ini padaku?"

Aku mengangguk. Apa ia kecewa? Lalu kenapa matanya berbinar.

"Kami sudah mengajukan pemesanan buku ini sejak 2 tahun lalu. Tapi begitu giliran Kami, bukunya sudah tidak tersedia. Ayah bahkan akan membeli buku bekasnya jika ada yang hendak menjualnya"

Para bangsawan saling memandang bingung. Itu hanya sebuah buku. Sampulnya memang indah dan terlihat unik dengan beberapa ornamen permata juga tanaman yang terlihat nyata, tetapi itu saja. Mereka tidak bisa memikirkan bagaimana seorang Duchess hanya memberikan sebuah buku dan lebih tidak mengerti lagi melihat reaksi gadis yang berulang tahun itu.

Tentu saja aku sedikit curang. Hadiah yang kuberikan bukanlah hadiah yang aku pilih dengan pertimbangan kasih sayang pada putri Count Arlo. Aku tahu dengan pasti Lise Arlo menginginkan buku itu untuk pengembangan wilayahnya. Dan berkat nama Calverion, aku berhasil mendapatkan buku itu.

"Salam Duchess Calverion. saya adalah Duan Arlo. Dan ini istri saya. Maafkan perilaku Putri kami"

"Halo count! Apa kabar countess? Tidak ada yang perlu dimaafkan. Aku senang melihat gadis muda yang mampu mengekspresikan kebahagiannya. Lagi pula tidak banyak wanita yang memiliki cinta yang besar untuk mengembangkan wilayahnya"

"Terima kasih atas pujian anda Putri. Saya harap anda menikmati pestanya"

Lady Lise mengantarku ke dalam sambil tetap memeluk bukunya dengan hati-hati. Bahkan tampak sekali dia ingin terus menempel padaku jika saja ia bukan tuan rumah yang harus menyambut tamunya.

Untunglah pestanya tidak semengerikan bayanganku. Meski banyak gadis atau pria muda yang mendekatiku, umumnya mereka bersikap sopan dan hati-hati.

Count Arlo awalnya bangsawan di ibukota tanpa wilayah kekuasaan. Tetapi ia menikah dengan istrinya yang hanyalah bangsawan rendah tetapi memiliki wilayah gersang yang cukup luas di barat.

Ia pindah kesana dan mendedikasikan hidupnya untuk mengembangkan wilayah itu. Baru-baru ini usahanya sedikit berhasil dan kehidupannya lebih stabil. Jadi ia membawa kembali keluarganya ke Ibukota agar putrinya bisa mendapatkan pendidikan yang layak sebagai bangsawan juga untuk mengenalkannya ke lingkaran sosial yang lebih baik. Saat sebagian besar orang akan memperlakukan putra dan putrinya sebagai alat tukar politik, count Arlo benar-benar ingin putrinya menjalani hidup sesuai keinginannya.

Jika masa depan tidak berubah untuk mereka, count Arlo akan menjadi salah satu orang kepercayaan Kaisar berikutnya. Meskipun Aku masih belum tahu siapa yang akan menjadi putra mahkota, Aku ingin membuat hubungan kami terjalin cukup dekat.

"Putri, bisakah saya meminta satu tarian dari anda?"

Seorang pemuda yang cukup berani mengabaikan tatapan mengancam Agatha dan Reese di belakangku.

Dansa ballroom, aku sudah melatihnya beberapa kali. Saat Derrick berkunjung, aku pernah menjadi mitra dansanya dan itu tidak cukup bagus untuk kakinya.

"Maafkan aku. Aku tidak yakin bisa menyelesaikan satu tarian dengan kondisi kesehatanku"

"Ya, saya mendengar kondisi kesehatan anda tidak begitu baik. Saya harap saya bisa membantu anda Putri"

"Saya sangat menghargainya. Sir...?"

"Maafkan saya tidak memperkenalkan diri lebih dulu. Saya Luis Billard. Putra ketiga count Billard"

"Sir Billard, saya banyak mendengar tentang anda. Pangeran kedua banyak memuji anda. Saat kalian menghadiri akademi yang sama, anda pandai menilai situasi dan bertindak dengan tepat sesuai prediksi anda"

Wajah pemuda itu memerah dan ia tersenyum malu pada pujianku.

"Saya tidak tahu, saya akan banyak menarik perhatian Yang mulia Pangeran. Dia bahkan menceritakan hal kecil yang seharusnya saya lakukan. Saya merasa sangat terhormat"

Setelah sedikit pertukaran pujian dan malu-malu sedikit lagi, ia meninggalkan aku. Ia bahkan memblokir beberapa pengunjung yang juga ingin menyapaku dengan alasan untuk memberi ruang bagiku agar bisa beristirahat dan tidak terlalu lelah.

"Untuk seseorang yang nyaris tidak pernah melangkahkan kaki keluar mansion, anda tahu cukup banyak Putri"

Reese bergumam dibelakang ku.

"Aku hanya mengerjakan PR-ku"

"PR?"

"Itu seperti tugas yang harus aku selesaikan di rumah"

"..."

"Saya tidak tahu kalau Pangeran punya cukup waktu untuk memuji orang lain di hadapan anda"

"Ohh, apakah itu bukan kebiasaannya?"

"...Anda membohonginya!"

Aku tertawa mendengar suara Reese yang kesal.

"Yang mana? Kenyataan bahwa dia seorang ahli strategi yang di akui akademi kerajaan? Atau kau ingin mengatakan Duchess Calverion dan Pangeran kedua Balstar berbohong?"

"... Wah, anda benar-benar... Wah... Saya kehabisan kata-kata..."

Aku tidak bisa menahan tawa mendengar Reese yang terus menggerutu di belakangku.

Aku memang sedang mengerjakan PR-ku. Aku tahu siapa yang akan memegang peranan penting dalam kekaisaran setelah Kaisar alpha. Jadi aku meminta Agatha untuk menyelidiki mereka lebih teliti. Meskipun aku masih belum tahu siapa putra mahkota yang di maksud dalam novel, setidaknya aku akan membuat mereka terikat pada Pangeran Edgar. Dengan memiliki pendukung yang cukup solid, aku yakin dia akan melepaskan aku.

***

"Kalian lihat... Dia tertawa lagi"

"Seolah dia dan pelayannya bertukar kata dengan akrab"

"Sungguh perilaku yang sama sekali tidak elegan"

"Apa dia benar-benar putri kandung mantan Duke? Mereka sama sekali tidak mirip"

"Ku dengar dia sangat mirip dengan mantan Duchess"

"Diamlah Gladys"

"Dia mengabaikan undangan kita, tetapi justru datang di acara ulang tahun seorang bangsawan desa. Ku dengar dia juga bertukar surat pribadi dengannya"

"Bahkan putra ketiga count Billard juga memiliki wajah tersipu saat bicara dengannya"

"Dia seperti penyihir. Lihat pria-pria bodoh yang memandangnya terpesona"

"Dia cantik..."

"Psst..."

"Psst..."

"Apa mungkin dia benar-benar penyihir? Tidak masuk akal jika Duke yang baru mau membagi gelarnya dengan wanita itu. Selain itu mantan Duke juga menyerahkan posisinya sebagai anggota dewan komite kekaisaran padanya dan segera meninggalkan ibukota ke wilayah mereka"

"Ksatria yang mengawalnya... Apa kalian memperhatikan?"

"Dia tampan meskipun tidak setampan Pangeran Edgar"

"Dia tidak mengenakan seragam keluarganya. Dia memiliki warna rambut yang sama dengan sang putri. Dan lihat, pelayannya diam dengan wajah cemberut, tapi wanita itu terus tertawa saat berbicara dengan pengawalnya"

Sekali lagi para gadis muda itu mengalihkan pandangan mereka ke salah satu sudut ruangan sambil menyembunyikan sebagian wajah mereka di balik kipas tangan mungil yang mereka pegang.