Aku baru saja menegak habis teh yang dipaksakan Agatha saat akhirnya Reese muncul di kamarku. Ia sudah mengganti pakaiannya dengan seragam ksatria Calverion. Pelat logam dengan lambang Calverion menutupi dadanya. Dia juga mengenakan armor standar untuk menutupi tubuh atas dan sebagian kakinya.
Tidak ada lagi jejak darah dikulitnya yang terlihat, tapi aku bisa mencium bau darah samar darinya. Bayangan hitam tebal di bawah matanya bahkan Pipinya menjadi lebih cekung dalam 2 hari, justru menambah kesan misterius saat menatap matanya yang gelap.
Dari Agatha aku mendengar bahwa Reese sudah bertingkah gila sejak kami kembali dari berbelanja. Dia tidak makan atau tidur selama 2 hari ini. Dan dia memprovokasi para ksatria lebih dari biasanya. Awalnya mereka menanggapinya dengan marah, tapi begitu menyadari Reese hanya diam saja saat mereka menyerangnya, mereka berhenti. Jadi dia mulai mengganggu sir Brass untuk memukulinya tanpa sekalipun mengangkat tangannya untuk membalas.
"Duduk"
Dia bergerak-gerak gelisah sebelum akhirnya duduk di hadapanku.
"Anda datang lebih cepat dari perkiraanku"
"..."
"Apa anda sudah makan?"
"..."
"Apa anda sudah mengobati luka-luka itu?"
"..."
"Hhhhh. Tolong katakan padaku sir Reese. Apa anda melakukan ini karena aku?"
Lagi-lagi dia tidak membuka mulut menjawab ku.
"Aghh. Bisakah kalian semua meminta maaf dengan cara yang lebih normal"
"Tolong hukum aku Putri"
"Anda tidak makan ataupun tidur. Anda bahkan sudah dipukuli oleh ksatria lain. Tidakkah itu sudah cukup. Dengarkan aku sir Reese. Aku tidak ingin berada dalam situasi berbahaya apapun. Tapi itu tidak berarti aku akan menempatkan orang-orang ku dalam bahaya"
"..."
"Anda salah karena meninggalkan aku dan aku juga ketakutan. Tapi anda kembali untukku. Dan sekarang aku sehat dan selamat. Tidakkah itu cukup?"
"Putri... Anda seharusnya membenci saya"
"Kenapa orang-orang terus memintaku membenci atau memarahi mereka?"
"..."
"Aku benci jika kalian mulai meminta maaf dengan cara menyakiti diri kalian. Apakah dengan membuat kalian terluka kalian akan bisa menjagaku dengan lebih baik?"
"..."
"Tolong jangan lakukan hal seperti ini, semenyesal apapun anda. Apakah anda mengerti?"
"... Baik putri"
Aku lega setelah mendengar pengakuannya lalu memutuskan untuk kembali berbicara informal dengannya.
"Agatha, siapkan makan malam untuk kami disini. Aku ingin memastikan sir Reese benar-benar memahami apa yang aku katakan"
"Itu tidak..."
Dia tidak melanjutkan ucapannya begitu aku memelototinya.
Kami menghabiskan makan malam dengan tenang tapi aku tidak berniat melepaskannya begitu saja.
"Lepaskan pakaian anda?"
"Hah? Apa?"
"Agatha, tolong bawakan apa yang aku minta"
Reese melompat kaget begitu mendengar kata-kataku. Dengan curiga ia mengawasiku dari seberang ruangan saat Agatha dengan cepat meninggalkan kami.
Begitu melihat apa yang di bawa masuk Agatha dan seorang pelayan lain, bahu Reese kembali menjadi rileks.
"Saya akan mengobatinya sendiri Putri"
"Apa kau tidak tahu aku harus menahan napas selama makan agar tidak mencium bau darah dari tubuhmu"
"..."
"Luka yang tidak diobati dengan baik akan bertambah buruk. Bahkan mungkin akan berubah menjadi borok bau yang. akan sangat mengganggu"
"... Maafkan aku Putri"
"Lepaskan pakaianmu agar aku bisa melihatnya"
Aku pura-pura tidak melihat saat Reese melotot sebelum berpaling ke arah lain. Aku bisa melihat ujung telinganya yang mencuat dari balik rambut sekarang berubah menjadi merah.
Apa sekarang dia malu? Dasar bodoh.
Dengan pelan ia kembali duduk. Melepaskan potongan armornya satu persatu dengan gerakan lambat menungguku berubah pikiran. Selain suara denting logam dan suara halus saat ia melepaskan tunik hitamnya, tidak ada suara lain hingga ia duduk dengan tubuh atas telanjang.
Aku melangkah mendekatinya untuk melihat lukanya lebih jelas. Seperti yang sudah kuduga, dia buru-buru membersihkan tubuhnya untuk menemui ku karena beberapa bercak darah kering tidak di bersihkan dengan baik. Seluruh dada dan punggungnya dipenuhi luka lebam kebiruan dan sobekan luka yang masih mengeluarkan sedikit darah. Selain itu dia tidak memiliki luka terbuka lain yang cukup parah.
"Nona, biar kami yang melakukannya"
"Biarkan kami yang melakukannya Putri"
Agatha dan Lily, pelayan lain yang mengikutinya masuk buru-buru mendekat begitu aku memegang kain bersih yang telah direndam dalam air hangat.
"Oh, bisakah kalian melakukanya dengan wajah merah padam seperti itu?"
Mereka bertiga saling memandang. Sontak wajah kedua gadis itu bertambah merah begitu tatapan mereka bertemu dengan Reese.
Ahahaha, perasaanku menjadi lebih baik saat menggoda gadis-gadis muda ini. Karena Agatha sangat tenang, terkadang aku lupa jika dia sebenarnya hanya setahun lebih tua dari pangeran Edgar. Aku menatap Reese dari balik punggungnya.
Berapa usia pria ini. Di dunia ini, mereka sudah mempelajari banyak ketrampilan sejak sangat muda jadi tidak heran jika mereka lebih dari mampu melakukan banyak hal yang biasanya dilakukan orang-orang dewasa di duniaku.
Reese nyaris sepertiku. Meskipun warna mata dan rambut kami sama-sama hitam, kulitnya tidak sepucat aku. Mungkin ini karena aktivitasnya. Diam-diam aku memeriksa fitur wajahnya dan menyadari wajah cantiknya. Matanya sedikit sipit, jadi orang seringkali salah memahami arti tatapannya sebagai sorot kecurigaan. Hidungnya tinggi tetapi sempit sesuai dengan bibir tebalnya yang selalu terlihat merengut. Dia tampan saat diam saja tapi dia terlalu sering bertingkah konyol, jadi aku jarang memperhatikan wajahnya.
Apa dia juga cukup muda? Aku merentangkan tanganku di punggungnya untuk mengukur. Tanganku sangat kecil jika di bandingkan dengan punggungnya yang lebar. Mentalitas penuh percaya diri sebagai wanita dewasa yang sebelumnya ku tunjukkan seketika runtuh.
Ya ampun, di dalam sini aku adalah wanita dewasa. Di dunia ku sebelumnya aku bahkan terbiasa merawat para penghuni panti sebelum aku pindah dari sana.
Punggung telanjang? Hah, aku bahkan terbiasa melihat paket yang lebih lengkap.
Tapi kenapaaa... Bagaimana mungkin aku tiba-tiba malu menyentuh punggungnya.
Dan kenapa juga aku tiba-tiba ingat kalau beberapa jam sebelumnya aku masih malu dengan kenanganku yang tertidur saat dia menggendongku.
"Putri, anda juga sudah memiliki wajah merah sekarang"
Lily, gadis pelayan itu menggodaku.
"Yah, Ini sedikit sulit saat kau harus menahan napas agar tidak mencium bau darahnya. Tolong panggilkan seorang dokter untuknya Lily. Mungkin saja Sir Reese mengalami luka dalam"
Lily buru-buru keluar begitu aku memesannya.
"Biarkan saya menggantikan anda Putri"
"Tidak, aku akan melakukannya sedikit lagi"
Aku kembali memeras handuk basah ke dalam baskom yang kini kotor dengan darah yang aku seka dari punggung Reese.
"Bukankah anda sudah memaafkan ku Putri?"
Dia meringis setiap kali handuk tersebut mengenai kulitnya.
"Apa? Aku tidak boleh melakukan ini? Anda bahkan mengijinkan sir Brass dan yang lainnya memukuli anda. Aku kan hanya sedikit 'merawat' anda"
"Terima kasih atas perhatian anda, Putri"
Reese menjawab dengan nada sarkastik, tapi aku tahu dia lebih tenang sekarang.
Di belakangku aku sama sekali tidak menyadari Agatha yang memandang kami dengan ekspresi yang sulit dibaca.
***