Ya ampun, ini memalukan.
Aku berguling-guling di atas tempat tidur sambil terus memukuli bantal yang tidak bersalah.
Bahkan tanpa etika bangsawan pun, bagaimana aku bisa melakukannya. Aku membungkus pipiku dan merasakan suhu hangat di sana. Tapi aku tahu ini sama sekali bukan demam seperti yang disangka semua orang.
Aku menutup wajahku malu dan mengingat peristiwa 2 hari lalu.
Reese menggendongku kembali ke kereta. Awalnya dia membiarkan aku duduk sendiri. Tetapi setelah melihat bagaimana aku tersiksa dengan guncangan kereta yang bahkan begitu halus. Ia kembali meraup tubuhku dan mendudukkanku di pangkuannya.
Aku dan Agatha berdebat dengannya untuk kembali membuatku duduk sendiri. Tapi ia menolak dengan alasan duduk di pangkuan akan mengurangi guncangan yang kuterima, dan itu juga cukup baik untuk kakiku yang terkilir.
Ia mengabaikan fakta bahwa ia menyentuh tubuh seorang wanita bangsawan dengan intim juga bagaimana dia melakukan sesuatu yang tidak sopan pada wanita bangsawan yang dia layani.
Reese keras kepala. Sangat.
Ia bahkan tidak peduli dengan ancaman Agatha. Dia terus menyebutku nona muda kecil. Hei, seorang bangsawan tetaplah seorang bangsawan dengan tumpukan etiket dan tata krama yang mengekangnya tidak peduli semuda apa dia.
Tapi aku berhenti berjuang akhirnya. Seperti menggendong bayi, ia membuatku tetap berbaring dan aku terpaksa bersandar di dadanya.
Apakah masalah selesai sampai disitu? Tidak sama sekali.
Pelukannya nyaman dan hangat. Aku sama sekali tidak sadar saat aku jatuh tertidur di pelukannya. Aku bahkan tidak terbangun saat ia menggendongku hingga tempat tidurku.
Dokter segera di panggil begitu kami tiba. Seketika Mansion menjadi lebih berisik begitu semua orang tahu jika aku diserang lagi. Untung saja tidak ada yang tahu bahwa Reese sudah menggendongku sejak dalam kereta. Untung saja mereka berpikir jika aku cukup shock hingga jatuh pingsan. Selain Agatha tidak ada yang menyadari jika aku hanya jatuh tertidur.
"Nona, apakah anda sudah lebih baik?"
Agatha bertanya hati-hati setelah memasuki kamarku.
"Hmmm..."
"Bisakah... Bisakah anda melihat sir Reese?"
Aku menatap Agatha bingung. Dia tidak menyukai Reese yang berkeliaran disekitarku, yang berbicara informal denganku jadi dia menolak bertindak sopan di hadapannya, apalagi memanggilnya dengan gelar kehormatan.
"Sir Reese? Ada apa dengannya?"
Ya, ada apa dengannya? Aku tidak melihatnya selama 2 hari ini. Hal yang aku syukuri karena tidak yakin aku tidak akan memiliki wajah merah di depannya.
"Sebaiknya anda melihatnya sendiri nona"
Agatha membantuku berganti pakaian dan mengantarku ke aula latihan para ksatria. Ini sedikit jauh, tapi aku butuh menggerakkan tubuhku. Selain itu, udara yang mulai mendingin terasa menyejukkan di wajahku.
Sebelum kami tiba, aku sudah mendengar suara teriakan maupun suara erangan lirih yang saling bergantian. Apa mereka masih latihan? Aku tidak benar-benar tahu jadwal para ksatria. Aku juga cuma sekali datang kesini saat Derrick datang. Tetapi biasanya Derrick sudah kembali ke rumah utama begitu matahari mulai terbenam. Bukankah itu berarti Derrick sudah membubarkan para ksatria yang berlatih untuk beristirahat.
Begitu memasuki bidang pandang, aku melihat para kstaria yang berdiri gelisah. Sementara yang lain mengenakan seragam lengkap, seseorang yang tengah di pukuli bertelanjang dada.
Masih cukup jauh, tapi aku bisa mengenali siapa itu berkat rambut hitamnya. Punggung telanjangnya yang menghadap arah datangku memperlihatkan luka dan darah yang menutupinya.
Semakin dekat aku semakin mengenali siapa mereka. Tapi semakin dekat, aku semakin tidak bisa menahan kerutan di keningku.
Sementara Reese yang tengah di hajar memiliki seringai kepuasan, wajah sir Brass yang tengah memukulinya justru lebih menyedihkan. Para ksatria yang mengelilingi mereka juga memiliki wajah yang jauh lebih sakit dari pada Reese.
"Sudah cukup Reese"
"Apa kemampuanmu hanya sampai disini pak tua?"
"..."
"Baiklah. Kau istirahat sebentar pak tua. Kalian... ayo lanjutkan dengan kalian "
"..."
"Kenapa tidak ada yang bergerak?apa kalian kehabisan tenaga? Apa kalian layak menyandang gelar ksatria jika kalian bahkan kehilangan tenaga setelah dua pukulan?"
"..."
"Aku bisa merekomendasikan untuk memecat kalian pada Duke Calverion"
"..."
Reese punya bakat memprovokasi orang lain. Saat dia sedang 'bosan', dia akan mendekati sir Brass dan ksatria lainnya dan mulai melontarkan kata-kata yang menyebalkan. Lalu mereka akan mulai bertarung.
Tapi biasanya mereka akan saling bertarung dengan adil. Sementara yang kusaksikan saat ini cukup berbeda.
Reese diam saja menerima pukulan dari sir Brass. Dia bahkan menantang mereka untuk memukulinya lagi.
"Urus dirimu dulu baru kami akan menghajarmu lagi"
"Tidak... Lakukan sekarang. Aku mohon"
Apa ini? Apa dia sengaja meminta mereka memukulinya? Apa dia sudah gila?
"Apa yang kau lakukan?"
Aku yakin suaraku cukup pelan, tapi mereka menoleh menatapku bersamaan dengan ekspresi terkejut.
"Apa yang kalian lakukan?"
"..."
"Tolong hukum aku Putri"
Akhirnya Reese berbalik menghadapku. Ia berlutut di hadapanku dan tidak mengangkat pandangannya.
"Tolong hukum kami juga Putri"
Semua ksatria kini berlutut dihadapanku.
"Apa ada yang bisa menjelaskan apa yang terjadi"
Oke, aku kesal sekarang. Ini terlihat seperti adegan film tentang kerajaan yang sering aku nonton. Semua orang sangat rendah hati berlutut meminta di hukum.
"Hukum kami karena telah lalai melindungi keselamatan anda"
Apakah ini tentang peristiwa 2 hari lalu?
"Pergilah sekarang. Aku akan memikirkan hukuman kalian nanti"
"..."
Tidak ada gerakan dan tidak ada jawaban.
"Apa kalian ingin membuatku mati kesal?"
Ahahaha, aku berlebihan. Aku kesal, tapi aku tidak akan mati karena kesal dengan mereka.
Setelah beberapa gerakan gelisah, akhirnya para ksatria bangkit satu-persatu dan meninggalkan aula latihan.
"Kau masih belum mau berdiri dari situ?"
"Saya akan menunggu disini sampai anda memutuskan hukuman untukku"
"Cepat bangun sebelum aku menghajarmu"
"Tolong lakukan itu Putri"
Aaaaakkkhhh...
Ayo ganti metode. Aku tidak akan menang dengan cara ini.
"Milady..."
"Putri...!"
Bagus, dia bereaksi begitu aku duduk dilantai. Tapi kenapa lantainya sedingin ini. Diatas pakaian dalamku, aku masih mengenakan rok dalam dan gaun dalam ruangan yang cukup tebal, tapi bagaimana mungkin rasa dingin dari ubin tembus hingga bokongku.
"Nona, tolong bangun" Agatha mencoba membujukku.
"Putri, apa yang kau lakukan? Apa kau sudah gila"
Benarkan. Pria ini sangat berbakat memprovokasi orang. Bukan hanya berani bicara informal denganku, menggendongku tanpa ijin dan sekarang dia memanggilku gila. Jika bukan karena permintaan Agatha sebelumnya atau karena melihat tubuhnya yang berlumuran darah rasanya aku ingin sedikit menghajarnya.
"Bukankah kau ingin menunggu aku selesai memikirkan hukumanmu? Terlalu repot jika aku harus pergi dan kembali lagi kesini setelah memutuskan, jadi aku akan memikirkannya disini"
Bola matanya bergerak-gerak gelisah tapi kemudian ia bergerak bangun. Dengan sikap sempurna Reese membungkukkan tubuhnya sambil mengulurkan tangan.
"Tolong bangun putri"
"Bersihkan tubuhmu lalu temui aku"