Selamat membaca📖
Setelah perdebatan kecil di kelas tadi, kini keduanya terlihat berlari menulusuri lobi. Aletta yang tak tau kemana diri nya akan di bawa hanya bisa pasrah pada kaki nya yang melangkah mengikuti Yudistira yang menyeret nya menuju tempat yang belum pernah di jamah nya, yaitu parkiran speda motor.
"Mau ngapain kak?" tanya Aletta ikut berhenti bersama Yudistira yang juga berhenti di sebuah speda motor sport berwarna hitam.
" Jalan!" Jawab Yudistira sekena nya.
Lelaki itu berjalan kearah speda motor matic, lalu mengetik pesan pada ponsel nya.
"Kakak ngapain sih? Itu kenapa bawa helem orang?" Tanya Aletta gemas dengan sikap sok misterius dari kakak lelaki dari sahabat nya ini.
"Udah di pinjam kok, nih pake!" Yudistira menyerahkan helem kepada Aletta, gadis itu menerima helem dengan wajah bingung tak mengerti nya yang siap nya begitu menggemaskan.
"Helem nya di pake Aletta, ayo! "
Yudistira memundur kan speda motor nya agar keluar dari parkiran, membelok kan kearah pintu keluar parkiran speda motor.
Beberpa saat kemudian, mesin motor sport itu berbunyi.
" Ada apa Aletta? " Tanya Yudistira menoleh pada Aletta yang masih saja terpaku pada helem berwarna merah jambu yang adan di tangan nya.
"Letta ngak pernah naik motor sebelum nya!" Aletta yang melihat Yudistira mengulum senyum malah mencebik sebal.
"Apaan sih gitu aja ngambek!" Kekeh Yudistira mengacak acak rambut Aletta, tangan nya terulur meraih helem yang ada di tangan Aletta, kemudian memasang kan helem tersebut dengan hati hati dan lembut ke kepala Aletta.
" Naik! " Yudistira menepuk kursi belakang nya setelah memasangkan pengaman pada helem.
"Emm.... Tapi Letta takut kak!" Cicit Aletta mengenggam tali tas mini yang tersandang di punggung Aletta.
"Aman kok!, aku punya SIM, nih liat. Sim nya juga bukan SIM calo, aku ikut ujian SIM tau!" Jelas Yudistira menyakin kan semua keraguan Aletta yang semakin terlihat gugup dan cemas.
"Tapi kak!"
"Sudah lah Aletta, kamu tinggal naik, sudah hampir 1 episode kita disini!" Kata Yudistira bergurau menarik tangan Aletta.
"Apaan sih!" Aletta yang sebal menaiki motor sport yang sedikit lebih tinggi tempat duduk penumpang di banding pengendara.
Di tempat tempat nya, Yudistira tersenyum senang, tidak sia sia hari ini ia datang ke kampus mengorbankan hari libur nya. Kini Aletta sudah duduk di motor yang sama dengan nya. Mereka akan berboncengan.
Tak ingin Aletta berubah fikiran, Yudistira mulai menjalan speda motor nya dengan kecepatan minimum. Ia tak ingin menakuti Aletta, dan tak ingin memberikan kesan buruk terhadap Aletta mengenai speda motor.
"Kak kita mau kemana? Kok lama banget?" Tanya Aletta sedikit mengeraskan suara nya saat sebuah fuso lewat.
"Lihat saja Aletta, kau yakin ingin segera sampai? Kalau begitu pegangan!" Seru Yudistira.
Ia menaikan sedikit kecepatan speda motor nya, masih dalam batas wajar sebenarnya, tapi tidak bagi Aletta yang kini memeluk erat tubuh Yudistira. Jelas, yang di peluk senang nya bukan main, untuk pertama kali nya ia senang haya karena pelukan di atas motor oleh seorang gadis. Meski pun berpelukan dengan lawan jenis bukan yang pertama kali nya.
"Ayo turun! " Ujar Yudistira mengintrupsi Aletta yang masih memeluk nya. Mereka telah berhenti.
"Mau peluk terus nih?" Goda Yudistira yang di hadiahi cubitan di perut nya oleh Aletta sebelum gadis itu melepaskan pelukan nya.
"Kita dimana kak?" Tanya Aletta yang kebingungan menatap sekeliling yang begitu rimbun.
"Ayo jalan!" Ajak Yudistira menarik tangan Aletta, meninggalkan motor di parkiran.
Aletta sadar, di parkiran itu motor mereka tak sendiri, ada beberapa motor dan mobil di sana. Yang menandai tempat ini cukup ramai.
"Kak, kita mau kemana sih? Ngapain berjalan di jalan setapak kayak gini coba?!" Tanya Aletta menggerutu.
Tangan mereka bergandengan, dengan Aletta terus saja mengomel sendiri, sedang kan Yudistira hanya tersenyum melihat berapa cerewet n ya Aletta saat ini. Benar benar sisi manis yang tak pernah di lihat nya, biasa nya Aletta hanya berbicara seadanya dan terkesan dingin dan sombong di waktu yang bersamaan.
"Bawel banget sih!" Kekeh Yudistira mencubit hidung Aletta.
"Ih, kak Yudistira!" Kesal Aletta menjauh kan tangan Yudistira dari hidung nya.
Hidung kecil itu memerah bekas cubitan Yudistira, hingga membuat pemuda itu semakin tertawa.
"Mang, hidangan spesial yang merakyat untuk 2 orang!" Ujar Yudistira pada sorang pria berumur yang ada di rumah papan yang cukup besar. Di sana merupakan tempat memesan makanan dan memboking tempat pondokan kecil untuk menikmati makan di sana.
Aletta, mata nya menelusuri sekitar nya, ia melihat banyak pondok pondok kecil yang memiliki ukuran berbeda beda, dengan atap dari daun yang tidak Aletta ketahui nama nya. Terlebih lagi Aletta yakin mereka berada tak jauh dari tebing yang menghamparkan pemandangan indah berupa kebun teh dan danau buatan yang di selimuti kabut tipis.
"Kamu mau apa Aletta?" Tanya Yudistira mengalihkan perhatian Aletta dari kekaguman nya.
"Apa saja" Jawab Aletta yang di angguki oleh Yudistira yang kembali sibuk dengan penjual.
Beberpa menit setelah nya, Yudistira kembali, ia menarik Aletta ke araha yang berlawanan dengan pandangan Aletta.
"Kak, Letta mau liat yang di sana! " Tunjuk Aletta pada pondok dan pemandangan yang benar benar menarik perhatian nya.
"Ikut aja, janji lebih dari yang kamu ingin lihat di sana!" Pujuk Yudistira tersenyum.
Aletta hanya pasrah diri nya di seret ketempat yang sedikit err... Lebih rimbun akan tumbuhan semak dan pohon. Mereka menerobos semak hingga mereka tiba di sebuah tempat. Disana, ada sebuah dipan kayu mirip pondokan kecil tapi tidak memiliki atap.
"Duduk" Ajak Yudistira.
Aletta duduk di sebelah Yudistira, setelah nya Aletta berbinar kagum melihat betapa indahnya pemandangan yang tersaji di hadapan nya. Dia benar benar bisa melihat hamparan kebun teh dan danau buatan yang terlihat begitu sempurna dengan di lengkapi terasering di sisi bukit yang bersebrangan.
"Nilai plus disini kamu bisa teriak, karena jauh dari orang orang!" Yudistira memberi tahu Aletta.
Aletta teringat akan tangan nya yang luka karena emosi, jadi ini yang di maksud oleh seniornya.
"Pemandangan nya membuat Letta lupa akan masalah!" Ucap Aletta tersenyum senang. Memang pemandangan indah ini membuat ia lupa akan kekesalan nya tadi.
"Aku membawa mu kesini bukan melupa kan kekecewaan mu sejenak, aku ingin diri mu melepaskan kekecewaan mu dengan berteriak!" Bantah Yudistira.
"Tapi Aletta ngak tau cara nya, Letta juga malu teriak depan kakak!".
Yudistira mengelengkan kepalanya, bangkit dari posisi nya,membawa Aletta berdiri di dekat pagar pembatas.
" Bang***, gue benci kenyataan gue adalah anak haram!" Teriak Yudistira berteriak yang tentu nya membuat Aletta terkejut bukan main dengan teriakan senior nya yang menyuarakan isi hati nya.
" Jangan menatap ku dengan tatapan hiba Aletta! Sekarang suara kan isi hati mu."
Aletta mengangguk paham ia bersiap siap berteriak.
"Aaahhhhhh sia*, Letta benciiii.... Pembohoooong.... Letta benci papiii...." Aletta ngos ngosan setelah mengeluarkan kekesalan nya meski hanya.
"Hosh.... Hosh..... " Aletta tere engah-engah, nafas nya begitu cepat dan detak ja tung nya terpacu. Sesaat setelah nya Aletta tertawa.
"Hahahhahaha.... Terimakasih kak!" ucap Aletta menubruk kan tubuh nya dengan tubuh Yudistira.
" Sudah lebih baik?" Tanya Yudistira begitu pelukan di urai, ia menyerahkan minuman botol yang dingin dari kantong kresek.
Aletta mengangguk, menerima pemberian Yudistira. Minuman dingin itu langsung melesat membasahi kerongkongan Aletta yang lelah berteriak.
"Trimakasih kak!"
"Sans aja, wah... Makanan nya sudah tiba ayo makan!" Ucap Yudistira begitu melihat 3 orang datang dengan nampan besar, mulai dari makanan pembuka hingga penutup di bawa, mulai dari air mineral yang bening hingga yang berwarna ada disana disusun di atas dipan.
"Trimakasih! " Ucap Yudistira menaruh uang tips 100 ribu pada salah satu yang mengantarkan makanan. Kemudian mereka pergi meninggalkan sepasang anak muda.
"Jangan malu malu, ini khusus untuk Aletta!"
Aletta tersenyum kembali, kemudian mengangguk kan kepala nya. Menangkup kan telapak tangan nya.
"Selamat makan!"
"Selamat makan!" Balas Yudistira meniru Aletta. Yang di hadiahi tawa Aletta yang membahana.
Aku ingin melihat senyum itu setiap hari, aku ingin menjaga nya.
"Btw, kk benar-benar anak haram? " tanya Aletta frontal.
" Jangan bertanya seperti itu pada orang lain itu menyakiti hati!"
"Jadi benar? Maaf Letta ngak bermaksud!" Gadis itu kelabakan sendiri.
"Sayang nya salah, aku anak sah dari ibu Linda dan pak surya. Tadi itu hanya pancingan agar kau tidak malu malu!" Kekeh Yudistira menyuap nasi ke mulut nya sendiri.
"Ih.. Nyebelin banget!"
Tbc