"kenpa bolos?"pertanyaan itu terdengar begitu penuh tekanan karena menahan amarah.
Jantung Aletta terasa akan meledak mendengar suara rendah ayah nya. tangan Aletta bergetar ketakutan, ayah nya benar benar murka kali ini. entah sudah berapa lama ayah nya tidak pernah berkata dengan sangat rendah, yang aletta tau itu sudah sangat lama. ketika itu ibu nya nya masih hidup, dan itu menjadi pertengkaran pertama dan terakhir antara ayah dan ibu nya, dan itu membuat aletta takut.
"Aletta... Aletta hanya ingin menyegarkan pikiran pi!" Aletta menjawab pertanyaan ayah nya, mengangkat kepala nya dari gelas lalu menoleh pada ayah nya yang ada di sebelah nya.
"Tapi tidak dengan bolos, papi berikan Aletta kepercayaan, tapi Aletta tidak bisa menjaga nya, apa Aletta tidak bisa bersyukur! " Aksa berkata dengan nada rendah nya dengan menatap mata Aletta yang terkejut mendengar ucapan ayah nya.
Aletta menaruh gelas nya keatas meja dengan gerakan kasar, kamudian berdiri dengan kepala tertunduk.
dalam hati, Aletta sangat ketakutan, namun tubuh nya refleks berdiri, bahkan mulut nnya dengan lancang membalas ayah nya dengan suara bentakan ala Aletta.
aku ngapain sih?!_ Aletta mengutuk diri nya dalam hati.
Karena sudah terjadi, mari kita selesai kan!_ Aletta mengepalkan tangan nya penuh tekat, kali ini ia akan menyuarakan isi hati nya.
"Aletta!" Aksa ikut berdiri menatap putri sematawayang nya dengan garang.
"siapa yang mengajarkan mu untuk melawan orang tua Aletta? siapa yang menajarkan kamu kurang ajar Aleta!. kamu tidak mencermin kan anak berpendidikan!" Aksa menghardik Aletta dengan kencang,suara nya mengelegar memenuhi ruang keluarga.
Aletta kalah, dia tidak bisa mengikuti egonya untuk melawan Ayah nya seperti beberpa menit yang lalu. kini, kepalanya semakin menunduk dalam, hati nya menciut mendengar hardikan dari ayah nya untuk pertama kali nya di 17 tahun ia hidup.
Di sisi lain, Aksa berdiri menagatur nafas nya yang terengah karena baru saja meledak, selain di kantor, ia sangat jarang marah marah. namun Aksa tidak menyadari kesalahan nya, dengan menghardik Aletta bukan memberikan pengajaranyang baik malah menjadi petaka untuk Aksa dan ia terlambat menyadari hal itu.
Saat Aksa sadar kesalahan nya, ia sudah terlambat. Bahu ringkih Aletta nampak bergetar menahan tagis nya. seketika, Aksa langsung salah tingkah, kini rasa marah nya sudah berganti menjadi panik yang entah kenapa begitu menakutkanbagi Aksa.
" Letta..." Aksa memanggil Aletta dengan pelan dan suara Aksa jelas terdengar khawatir dengan Aletta yang masih saja tertunduk sejak beberapa menit yang lalu.
yang di panggil tak kunjung bergeming, masih diam di tempat menahan isak tangis yang hampir keluar.
"dengar sayang, papi minta maaf, papi ngak bermaskud memarahi Aletta, tapi papi cuma sedikit kecewa sama Letta!"
"apa salah Letta pi?!" suara Aletta terdengar lirih dan lemah, berikut isak tangis yang mengiringi suara Aletta.
"Aletta bilang ingin pulang dengan bus,tapi nyatanya Letta pulang dengan laki laki, dan bolos pula! " Aksa membalas ucapan Aletta yang masih senantiasa menunduk dalam.
Yah, Aksa melihat Aletta pulang bersama seorang pria. bagaimana ia tau? tentu saja dari scurity nya yang menelpon, ia mengatakan Aletta sudah pulang dan sedang berbicara dengan seseorang di luar pagar. mendengar hal itu, langsung saja, Aksa menyibak gorden jendela untuk melihat, apa yang di katakan oleh scuryti nya.
dari tempat Aksa berdiri, di jendela depan rumah, Aksa bisa melihat Aletta sedang berbicara dengan seorang pemuda yang tidak bisa di lihat dengan jelas oleh nya. namun yang pasti, Aletta terlihat senang. dan jangan lupa kan tangan pemuda itu mengusap kepala Aletta dengan sayang, dan entah kenapa itu membuat aksa kian meradang dan ingin segera kesana untuk melepaskan tagan orang itu dari kepa Aletta.
Namun niat nya di urungkan karena, pemuda itu telah pergi menyisakan aletta yang berjalan menuju rumah setelah berbicara sejenak dengan scurity.
dan entah kenapa lagi, Aksa yang mennggu di tempat nya saat ini terasa begitu meradang dan begitu jengkel saat merasa Aletta sengaja berjalan lambat. atau Aksa yang tidak sabaran?.
lagi, Aletta membuat kesabaran Aksa habis, ia merasa sudah menuggu gadis itu begitu lama, namun urung melihat tanda tanda kehadiran gadis itu.
Hingga akhir nya ia mengambi inisiatif untuk membuka pintu untuk memastikan.
tangan Aksa terulur, menekan ganggang pintung, kemudian menarik nya. namun siapa yang menyangka Aletta sudah di depan pintu dengan tangan juga di ganggang pintu, kegiatan Aksa menarik pintu mengakibatkan tubuh Aletta terhuyung masuk kedalam rumah, dengan tangan masih mengenggam ganggang pintu.
Dangan wajah polos melongo nya, Aletta terbelalak kaget. Saking kaget nya Aletta tidak bisa bergerak sedikit pun, ia hanya bengog dan terlihat sangat bodoh.
Bagaimana bisa aku memarahi nya yang memasang wajah seperti ini?_ batin Aksa benar benar tak tega, namun fikiran nya memerintahkan sebalik nya.
Setelahnya Aksa menyuruh Aletta duduk di sofa, sedangkan ia menuju dapur untuk menyeduh susu putih rasa valnilla, untuk Aletta. Sambil menunggu Susu meng hangat, pikiran aksa berkelana kemana mana, ia kembali teringat akan pria yang mengantar Aletta tadi. seketika, Aksa merasa terbakar dan sangat ingin marah.
Sesai menyeduh susu hangat untuk Aletta, Aksa kembali ke ke ruangan keluarga tempat Aletta menunggu nya. setelah menyerahkan susu hangat itu kepada Aletta, Aksa duduk di samping Aletta. Ia duduk bersandar pada sofa, mata nya menerawang langit langit rumah, menahan kemarahan nya agar tidak melaedak, juga tidak menoleh atau pun menatap Aletta, ia takut dirinya akan luluh dengan mudah ketika menatap mata putri nya. Kali ini ia harus tegas.
Tapi kini, Aksa justru menyesal, harus nya Aksa tidak bicara tanpa menatap Aletta, harus nya yang Aksa lakukan adalah megenggam tangan Aletta, kemudian menatap kedalam mata Aletta, kemudian bertanya dengan penuh kelembutan, bukan sperti yang ia lakukan beberpa detik yang lalu. Kini Aletta nya berdiri dengan kepala tertunduk dan bahu bergetar, terlebih sebelum nya aletta sempat berteriak, Aletta tidak pernah seperti ini sebelumnya. Tidak, ini tidak akan terjadi jika dirinya bertanya dengan benar.
"sayang, papi minta maaf!"Aksa bergerak pelan hendak meraih tubuh ringkih bergetar Aletta, namun kekecewaan menghampiri nya, aletta menghindari tangan Aksa memilih bergerak mundur secara perlahan.
" ada apa sayang kenapa menghindari papi?" Tanya Aksa menelan kekecewaan nya, memilih bertanya kepada Aletta dengan hati hati.
"kenapa baru bertanya seprti itu setelah papi menyakiti Letta dengan kata kata papi?" Tanya Aletta lirih dan bergetar. Air mata Aletta pun sudah mulai luruh perlahan menuju dagu nya.
"tadi papi terbawa emosi sayang, sungguh papi tidak bermaksud!"
"apa yang Letta lakukan sampai papi sekecewa itu? Apa pi?"
Aksa terdiam sejenak, ia tak tau harus mengata kana pa, dan menjelaskan dengan cara apa tetntang diri nya yang tidak senang dengan aletta yang terlihat begitu akrab dnegan pria lain.
"Kenapa papi mengatakan Aletta tidak amanah sedang kan papi melupakan janji papi sendiri!" akhir nya isi hati Aletta tersuara kan juga. Setelah memendam nya di kampus tadi, akhirnya kini ia berhasil.
"janji?"
" iya, janji papi!"
TBC