Udara terasa begitu menyengat, padahal jam masih menunjukkan pukul 10:30 am. Meski pun begitu hal tersebut tak menyurut kan semangat Aletta melangkahkan kaki nya menuju taman pinggir kota yang tidak terlalu ramai.
Seyum Aletta terulas saat melihat ke arah taman yang tak jauh di halte, dia melihat seseorang yang sedang berbicara dengan anak kecil yang merespon ucapan pria itu dengan semangat.
" dasar, kebapak bapaan, kalau orang lain lihat, bisa luntur image playboy nya!" Kayla mendesah lelah sambil bersandar pada tiang halte sambil bermain ponsel.
"ayo kesana!" ajak Aletta bersemangat.
"no!" jawab Kayla cepat.
Mendengar jawaban Kayla, membuat kaki Aletta yang hendak melangkah berhenti. Gadis cantik itu kembali menoleh, menatap sahabat nya dengan tanda tanya besar.
"kenapa?" Tanya Aletta.
Gadis itu mendekati Kayla yang menatap layar ponsel nya.
"kenapa?" sekali lagi Aletta bertanya sedikit menaikkan intonasi nya di dekat telingan Kayla.
"huft..jangan menghampirinya lebih dahulu, seorang tuan putri selalu di hampiri pangeran!" jawab Kayla sebal mengusap telinga nya sendiri,
" akhh… si kamp*** itu bahkan tidak membaca pesan ku!" sebal Kayla mengguncang ponsel nya sambil memaki pada ponsel nya seolah orang yang di maki nya adalah ponsel itu.
" tapi Kay, aku bukan tuan putri!" balas Aletta dengan polos nya yang membuat siapa pun tak tahan utuk tidak membungkus nya untuk di bawa pulang.
"akkhhh…. Untung cantik, kalo nggak udah gue jejelin ke aspal juga lo!"sebal Kayla menekan tobol panggilan pada nama kakak nya Yudistira,
Seketika Aletta memasang mimic wajah sedih.
"jadi Kay berteman dengan Letta karena fisik Letta?!" Tanya Aletta menambah kadar kepolosan nya yang membuat keimutan dan kecantikan gadis itu berlipat lipat ganda.
Jika di gambarkan di dalam komik, maka, Aletta akan di gambar kan denagan pipi gembul, mata bulat berkaca kaca, dan telinga anjing atau kucing diatas kepala nya, jangan lupakan fiter kilau kilauan yang membuat tokoh karakter itu terlihat semakin menggemaskan.
Sedangkan Kayla akan di gambar kan sebagai sosok yang tak sanggup menahan filter dari keimutan Aletta, sehingga ia pingsan dengan darah menyembur dari hidung nya.
Meski tidak selebai itu, namun tetap saja Kayla tak bisa menahan diri nya untuk mengutuk Aletta kenapa teralu menggemaskan.
"lu belum pernah di jorokin ke torotoar kan? Mau coba?!" sebal Kayla memutuskan sambungan telepon saat melihat Yudistira berdiri hendak mengeluarkan ponsel dari saku celana nya.
"hehe… iya iya sorry sorry… Letta nakal ih!" Aletta mengetuk kepala manja ala anime anime wanita yang centil.
"cukup Aletta, lo seneng banget bikin gue gak bisa nahan diri untuk meluk lo, ini tempat umum let, ge gak mau di kira lesbi!" sebal Kayla menokok kepala Aletta sedikit dengan ponsel nya, untung saja ponsel Kayla terlindungi case karet lembut sehingga tidak menyakiti Aletta.
"sakit_-!" rengek Aletta manja.
"udah Aletta, kak Yudis udah baca pesan guee, liat dia menghadap sini!" Kayla benar benar kesal dengan sahabat nya itu.
Aletta berbalik, berjalan bersama Kayla mendekati Yudistira yang menghadap mereka, seketika ekspresi manja Aletta menghilang berganti ekspresi dewasa dan elegan namun tidak meninggal kan kesan imut gadis itu terlalu jauh.
"hey!!" seorang pria melambai pada Aletta dan Kayla yang sedang berjalan kaki santai dari arah halte.
"kau sangat hebat mengatur ekspresi!" ejek Kayla.
"terima kasih, tapi itu hanya untuk mengoda Kay!" kekeh Aletta melihat sekilas pada Kayla.
"dari pada menggoda ku alangkah baik nya kau menggoda kakak ku!"
"heheheheheh!"
Mereka bertemu, saling berhadapan.
Tadi, usai mengantar nenek, kakek dan tante nya, Aletta akhir nya mendapatkan izin bermain bersama Kayla seharian, meski pada awal nya, seperti biasa akan sulit mendapatkan izin dari Aksa, namun berkat rayuan maut khas Aletta mereka berhasil mendapatkan izin, meski Aletta berhutang satu permintaan untuk Aksa, dan ia tidak tau apa yang akan di minta Aksa nanti.
Aletta tersenyum, saat melihat Yudistira disana dengan celana jeans, baju kaos lengan pendek berwarna maron dengan sedikit corak abu abu dan yang lebih bagus nya adalah Aletta menggunakan baju terusan selutut berwarna abu abu dengan corak marun.
"kalian janjian?" Tanya Kayla menutup mulut nya tak percaya dengan situasi yang terasa seperti sudah di sekenario.
"enggak, mungkin jodoh!" Jawab Yudistira terkekeh kemudian mengusap puncak kepala Aletta.
"kau cantik!" puki Yudistira lembut.
"Trimakasih!" meski sedikit canggung, Aletta membalas senyum Yudistira semanis mungkin.
Di sisi lain, Kayla justru mentap Aletta dan Yudistira dengan tampang longor dan terkesan bodoh, jika di dalam komik atau animasi, dimata Kayla akam nada bintang yang bersinar terang.
"kenapa sih Kay?!" sewot Aletta menarik Kayla agar tersadar dari fantasi nya.
"kalian sweet banget… sumpah liat kak Yudis usap kepala Aletta berasa liat filter pink pink yang ada love love ya itu!" ucap Kayla antusias.
"ngaco, ayo nanti gak puas main lagi!" Yudistira menggarak kan tangan nya mengajak Aletta dan Kayla untuk mengikuti nya.
Yudistra berjalan lebih dahulu di hadapan Kayla dan Aletta, ia setengah mati menahan tangan nya agar tidak nakal dan berakhir menggandeng Aletta. Tidak, ia tak mau gegabah, tak masalah jika Aletta menerima gandengan tangan nya, bagaimana jika Aletta malah merespon sebalik nya dan berakhir menjaga jarak? Tidak itu tidak akan baik untuk hubungan yang sedang ia perjuangkan.
Tak masalah harus pelan pelan, tidak masalah juga harus sedikit lebih lama, yang penting ia bisa memeiliki kesempatan untuk bersama Aletta, dan meski pun berarti kebahagiaan kebahagiaan saat memiliki Aletta untuk diri nya sendiri akan tertunda, dan menjadi lebih sedikit. Tak masalah, itu lebih baik daripada tidak pernah.
"sebentar, kakak beli kartu voucer game nya dulu!" Yudistira memberitahu sebelum akhir nya meninggalkan Aletta dan Kayla di tempat.
"BTW, lo bilang gimana ama bokap lo bisa ngijinin lu naik bus, main seharian lagi!" Tanya Kayla mengusap keringat yang meleleh di kening nya akbiat kepanasan dari taman menuju gedung Timezone. Beruntung, seisi gedung di pasang AC sehingga udara menjadi sangat sejuk.
" Letta bilang bakal kabulin satu permintaan Papi, apa pun itu!" jawab Aletta mengangkat bahu nya, isyarat bahwa ia cuek.
" kira kira bokap lo bakal minta apa ya?" kaya mengusap dagunya berfikir.
Sedang kan dari kejauhan, Aletta melihat Yudistira melambai dengan sebuah card voucer game. Aletta balas melambai, kemudian melangkah mendahului Kayla yang Nampak masih berfikir keras, sebelum nya Aletta berkata.
"tidak tau dan tidak mau tau, sekarang harus senang senang dulu!".
.
.
.
" kiri, depan, tenggah… akhkhhhh!" Aletta mendesah lelah, ia bersandar pada tiang game Dancer, Aletta menoleh kesebelah nya, disana Yudistra masih menginjak blok dance sesuai instruksi yang ada di layar.
Jujur saja, ini sudah putaran ke 3, namun Yudistira masih saja sanggup melanjut kan permainan dance dimana Aletta lebih sering menginjak blok yang salah.
Jelas sekali berbeda dengan Yudistira yang selalu menginjak setiap blok dengan benar, terlihat benar benar enjoy dan menikmati setiap langkah kaki nya yang menginjak blok blok, Aletta yang tidak bisa melakukan apa yang di lakukan oleh Yudistira jelas saja langsung terkagum kagum.
Mungkin beberapa orang menganggap Yudistira banci, bermain dancer Game, tapi sebenar nya tidak juga.
Tidak semua orang bisa bermain Dancer Game, karena permainan itu tidak semudah yang terlihat, butuh konsentrasi yang besar, karena semakin lama music akan semakin cepat, dan jika bisa bermain sampai akhir, maka akan keluar 100 keping tiket berukuran 2 x 1 Inci dari dalam mesin boks, yang mana tiket itu bisa di tukarkan dengan hadiah di meja kasir.
"capek!"keluh Aletta.
Yudistira tersenyum, mengumpulkan tiket yang keluar dari dalam mesin permainan, Yudistira juga berjalan ke mesin tiket millik Aletta, ada sekitar 30 lembar tikat yang di dapat oleh gadis itu. Berbanding begitu jauh di bandingkan Yudistira, Aletta hanya mendapatka 10% dari apa yang di dapat Yudistira.
"ayo!" Yudistira mengajak Aletta duduk di sebuah kursi yang di temani pohon natal bohongan. Besok adalah natal, jadi sudah sewajarnya nuansa nya natal.
"dimana Kay?" Tanya Aletta mencari cari Kayla yang sepat di lupakan nya karena keasikan bemain.
"coba lihat di sebelah kiri mu, paling ujung di arena simulaisi balap mobil!" beritahu Yudistira.
Aletta menoleh kesebalah kananan nya, melihat dimana sahabat nya, Kayla.
Seketika, Aletta terdiam, di sana, ia melihat 3 buah mobil mobilan, dengan monitor besar yang sedang sedang menunjukkan bahwa di sana sedang terjadi balapan anatra 3 orang.
Disana, Kayla, di apit dua pria, yang berada di mobil masing masing, helm yang di yakini Aletta sebagai alat virtual terjadi . ketiga nya terlihat begitu serius. Setiap orang di sisi kanan atau kiri Kayla terkejut, maka Kayla akan tertawa, begitu pula sebalik nya.
"Letta tebak, Kay tidak mengenal kedua laki laki yang di ajak nya bermain!"
"benar!"
Yudistira menyerahkan se kaleng minuman dingin ket angan Aletta. Ternyata, disaat Aletta terpana melihat Kayla, Yudistira mengambil inisiatif membeli minuman dari mesin penjual otomatis yang hanya berjarak beberapa langkah dari tempat duduk nya.
"sudah ku duga ahhahhahahah! Thanks kak!" Aletta terwawa sambil membuka kaleng minuman nya kemudian meneguk nya dengan cepat.
"oh iya kak, Kakak terlihat sudah biasa bermain Dance Game, Kayla juga terlihat menikmati game simulasi nya, kalian sering kemari?" Tanya Aletta.
"dulu, saat mama masih hidup! Sekaang sudah tidak, ini pertama kali setelah kepergian mama!" jelas Yudistira mejawab pertanyaan Aletta.
"jangan menatap ku dengan tatapan iba!" Yudistira menyela menginggatkan Aletta bahkan gadis itu belum sempat berfikir.
"tidak! Aku tidak iba. Mami letta juga udah pergi, 3 bulan lagi, peringatan kematian mami!" jelas Aletta pula membalas Yudistira.
"kak, tidak masalah kita kehilangan orang yang kita cintai, karna setiap yang bernyawa akan pergi, yang terpenting itu hati kita. Kita harus merelakan kenangan lama mengganti nya dengan yang baru tanpa melupakan nya!" Aletta menunjuk dada bidang Yudistira dengan lembut.
Yudistira menangkap tangan Aletta, menggenggam tangan Aletta dengan sedikit meremasnya.
"apa kau tidak sedih saat ibu mu pergi?"
"tentu saja, Letta 2 minggu tidak keluar kamar, 1 bulan tidak mau di tinggal papi meski saat tidur sekali pun papi harus ada di sisi letta!" Aletta menatap Yudistira dengan hangat, kemudian tangan yang bebas membalas genggaman tangan Yudistira.
"tapi Aletta sadar, Aletta masih punya Papi, masih banyak yang mencintai letta, dan masih banyak kebahagiaan baru yang harus di ukir, jadi…."
"HAYO! Ngapain pegang pegangan tangan!"
TBC