"janji?"
" ya janji papi!" Aletta mengulangi ucapan Aksa, kali ini ia memilih berdiri menghadap Aksa, menatap Aksa dengan kekecawaan yang nyata di sana.
"janji papi yang akan selalu mengantar jemput Aletta! Kenapa papi menolak permintaan Aletta waktu itu untuk pulang dengan bus? Kenpa setelah mengatakn bahwa Papi yang akan mengantar jemput Aletta, baru kemarin papi mengata kan nya, tapi tadi pagi, papi melanggar nya!" Aletta berkata dalam satu tarikan nafas, tanpa terputus atau pun terjeda.
" papi… papi tidak bermaksud begitu sayag, papi benar benar tidak sempat menjemput mu! Papi sedikit sibuk sayang!" Aksa mencoba memberi pengertian, namun tampak nya ia gagal meyakin kan aletta untuk kali ini.
" sejak kapan minggu papi kekantor? Sejak kapan weekend papi kerja?!"
"papi…."Aksa terdiam tak bisa melanjutkan kalimat nya. Jika ia mengatakan nya sekarang semua nya akan kacau balau. Semua yang sudah ia persiapkan bersama sekretaris nya yang sangat ia sukai karena selain memiliki paras yang bagus ia juga ahli dalam segaa hal.
" papi kenapa? Papi kenapa pi?" Tanya Aletta frustasi.
Saat ini, dia antara ke duanya ada rasa yang sama sama tidak bisa mereka jelas kan, namun sangat terasa di antara kedua nya. Kedua nya hanya membatin.
Apa yang papi pikir kan tentang sekretaris nay?!_
Apa yang Aletta pikirkan pemuda itu?!_
Kedua nya hanya mampu membatinkan pertanyaan yang sangat sulit untuk satu sama lain jelas kan. Sesuatu yang sulit di jelaskan, namun sangat terasa di dalam dada masing masing, sesuatu yang terasa menggelora, sesuatu yang terasa membakar jauh di didalam hati keduanya.
Aletta berbalik memunggungi aksa, ia menghela nafas nya dalam dalam kemudian menghembuskan nafas nya perlahan. Mengumpulkan keberanian.
"harusnya, papi tidak perlu berbohong…" ucap Aletta sempat terhenti sejenak, gadis itu mencoba memilih kata agar tidak sumbang terdengar.
Aska hanya berderdiri menatap punggung Aletta yang sudah bergerak teratur, gadis itu selalu bisa mengatur emosi nya dengan cepat.
Bohong? Apa yang berbohong?_ Aksa bertanya Tanya menegenai maksud Aletta.
"jika papi ingin kencan dengan stela, sela atau siapa pun, papi tinggal bilang, tidak perlu di tutup tutupi!" kata Aletta akhirnya dengan sura dingin, kemudian meninggalkan Aksa di tempat nya.
Aksa hanya melongo mendengarkan penuturan gadis kecil nya, ia membiarkan Aletta meninggalkan nya tanpa repot repot memanggil nya. Bukan cemas melihat Aletta pergi dengan ekspresi dingin aksa malah tersenyum senang.
Kini,ia mengerti kenpa Aletta nya marah, Aksa menganggap putri kecil nya sedang ceburu terhadap sekretaris baru nya.
Cemburu?_ entah kenapa, saat mengetahuiAletta cemburu, hal itu justru membuat perasaan Aksa menghangat, ia tak tau kenapa, yang pasti ia lega.
" sepertinya akan menjadi spektakuler!" gumam aksa terkekeh sendiri berlalu kekamar nya.
Di sisi lain, Aletta justru duduk dengan kesal, ia melempar selimut,bantal dan boneka nya kelantai, ia benar benar kesal saat ini pada ayah nya.
"apa apan tadi itu? Dia tidak mencoba mengklarifikasi tentang Sella!" memukul guling yang ada di tangan nya. Sedetik setelah nya mata Aletta membesar, sebuah pikiran melintasi otak cantik nya.
"jangan jangan itu memang benar? Yah itu pasti benar, sampai sampai papi tidak punya muka untuk sekedar mencoba menjelaskan nya kepada ku! Harus nya papi menyusul ku kemari, lalu memeluk ku kemudian membujuk ku !"
"harus nya itu yang terjadi!" teriak Aletta menghantamkan bantal guling pada kasur tidur nya berkali kali.
"menyebalkan !" teriak Aletta berbaring dengan kasar, lalu memeluk guling nya dengan gerakan yang sama kasar nya dengan gerakan berbaring nya, lalu dalam hitungan menit Aletta telah terlelap.
"sepertinya dia sangat lelah!" Aksa mengusap kepala Aletta denganlembut dan hati hati.
Tadi, setelah mendengar teriakan kencang Aletta yang marah marah tadi, Aksa segera menyusul Aletta kekamar nya, namun ia hanya berdiri di depan pintu kamar menunggu Aletta tenang sambil menyimak apa yang gadis itu gumam kan. Tidak terlalu lama aksa tidak lagi mendengar suara Aletta berbicara seorang diri.
Karena cemas, aksa membuka pintu kamar Aletta, namun begitu pintu terbuka, ia mendapati Aletta terbaring memeluk guling tanpa bantal kepala, tanpa selimut.
"sepertinya dia sangat lelah!" ucap Aska mengusap kepala Aletta dengan penuh kasih sayang.
Setelah menyelimuti Aletta, Aksa ikut bergabung dengan Aletta. Ia berbaring di tempat tidur yang sama dengan Aletta, memangku kepala gadis itu di lengan nya, kemudian memeluk tubuh Aletta. Sebelum nya, Aksa menyetel alaram dengan volume kecil pada ponsel nya.
Beberpapa jam kemudian, aksa terbangun saat alaram ponsel nya terdengar, meski bersuara kecil Aksa tetap terjaga, karena ia terbiasa bangun di tengah malam saat mendengar suara kecil.
dulu sewaktu mendiang istrinya masih hidup, istri nya itu sering terbangun ditengah malam, ditambah Aletta yang sangat rewel.
Pukul 05 tepat.
Aksa menyibak selimut, menaruh nya kembali kelantai, pun dengan bantal yang Aksa guna kan tadi, ia tak ingin Aletta tau bahwa ia memeluk Aletta sepajang malam. Untung nya gadis itu bukan tipe orang yang bangun tengah malam hanya untuk sekedar lapar, atau pun ingin buang air. Aletta merupakan tipe orang yang sekali tertidur maka hanya akan bangun dipukul 6 pagi, jam berapa pun ia tertidur. Sangat langka menemuka Aletta terjaga sebelum pukul tersebut.
"bersabar lah sayang, all will be okay!" ucap Aksa sebelum akhir nya menutup pintukamar.
Meninggalkan kamar persis seperti sebelum ia memasuki kamar. Aletta hanya akan tidur selama 1 jam tanpa batal dan selimut, semuanya akan baik baik saja.
***
"hoam…!" Aletta mengeliat saat mendengar alaram yang berada di atas nakas.
Setelah mematikan alaram Aletta duduk. seketika Aletta kembali merengut kesal, bagaimana tidak, selimut tetap teronggok di lantai, itu artinya ayah nya benar benar tidak datang kekamar nya meski hanya sekedar untuk menengok. Karena aletta yakin, jika ayah nya mengunjugi nya tadi malam, ia pastibagun dalam keadaan terlilit selimut.
"tapi tidak ke dinginan?!"gumam Aletta menyentuh pipi nya, lalu ia menoleh kesudut ruangan paling atas.
"AC nya menyala!" Aletta mengangkat bahunya tak acuh kemudian berlalu memasuki kamar mandi.
Beberapa menit kemudian, Aletta keluar dengan bathrobe. Setelah berpakaian Aletta meraih ponsel nya yang ada di dalam tas nya, kemudian membuka grup chat kelas.
Hari ini libur, semua dosen mengikuti seminar,
Libur 4 hari, lusa mulai cuti natal,ampe tgl 26
Pesan pertama yang di baca Aletta tentu saja membuat nya jengkel, pasal nya, ia sudah memakai baju kasual untuk kekampus. Mau tidak mau, Aletta kembali mengganti pakaian nya dengan pakaian rumahan.
"tidak kekampus?" Tanya Aksa yang menaruh piring di hadapan Aletta yang sudah duduk di kursi meja makan.
"tidak!" jawab aletta ketus.
" ooohhh…" gumam aksa kembali menaruh sesuatu di hadapan Aletta, kali ini susu vanilla hanggat.
"tidur mu nyenyak?"Tanya Aksa santai, kemudian mengunyah sandwich telur keju nya, menu sarapan pagi mereka.
"hem…!" jawab Aletta berdeham dan masih saja terdengar cuek.
Tapi ia tidak berbohong, meski tidur tanpa selimut dan bantal, ia tidak mengalami sakit leher atau kedinginan saat bangun.
Kedua nya kembali diam, bahkan hingga sarapan masing masing habis pun masih saja diam. Tanpa ada seorang pun yang mencoba mencairkan suasana yang terasa beku dan canggung ini.
" hari ini papi tidak kerja!" Aksa memberi tahu sambil mengambil piring kosong yang hendak di angkat aletta.
"lalu?" Tanya aletta pura pura cuek.
"papi ingin pergi dengan sella, mungkin akan pulang sedikit terlambat!" balas Aksa berjalan mebawa piring kotor menuju dapur, sebelum nya menyempat kan diri untuk mencuri ciuman di pipi aletta.
"terserah!" sarkas aletta meninggalkan dapur dengan kaki yang di hentak hentak kan.
Aksa yang menyaksi kan kemarahan aleta hanya terkekeh kecil sambil mencuci piring makan mereka tadi.
"tunggu saja sayang, setelah ini kau akan bahagia! "
TBC