selamat membaca
kedua tangan Aletta tidak lagi memeluk pingga Yudistira, kini ia sudah lebih berani untuk menegakkan tubuh nya, menerima terpaan angin dari kegiatan berkendara mereka menulusuri jalanan yang basah bekas curah hujan beberapa menit yang lalu. kini hanya tersisa aroma basah dan lambab menyeruak indra penciuman Aletta. aroma hujan membawa kenanagn lama nya, kenangan indah masalalu saat ia masih bersam ibu nya, meski terkadang ibu nya tak menenali dirinya dan ayah nya. tapi tetap saja itu adalah kenangan terbaikyang aletta punya.
" hujan mengajarkan kita untuk selalu sabar Aletta!" ujar Yudistira memberitahu Aletta sambil terus mengendarai pelan speda motor nya.
"kenapa begitu?!"balas aletta penasaran, aletta mencondongkan tubuh nya agar bisa mendengarkan penjelasan Yudistira lebih jelas.
" hujan itu sangat sabar, berapa kali pun ia di jath kan oleh awan ketanah, ia akan kembali menguap bertemu awan, kemudaian dijatuhkan lagi begitu seterus nya tanpa lelah!" jelas Yudistira menjelas kan, ia menatap aletta lewat kaca sepion motor nya yang ukuran nya tida terlalu besarnamun cukup untuk menyaksi kan wajah penuh rasa ingin tau aletta.
"apa itu artinya kita harus pasrah dengan keadaan?" tanya aletta dengan begit polos nya.
"bukan begitu aletta. kau pasti tau, setiap hujan turun maka awan akan hilang, karena awan ada kerena ada nya air.!" Yudistira menyela pemikiran aletta.
"alasan kenapa Air hujan tetap mau kembali kelangit? arena ia tidak ingin kehilangan awan. meski awan seringkali tak sanggup menampung cinta si air, hingga akhir nya menjatuh kan air hingga terjadi hujan, semua itu terjadi karena awan tdak tau betapa hujan mencintai nya, ia tidak tau dengan menjahui hujan maka dia akan tiada, hungga setelah hujan turun awan sadar ia telah kehilangan bagian dari diri nya!" Yudistira bercerita panjang lebar hingga tanpa mereka sadari merka telah memasuki area perumahan tempat tinga aletta.
speda motor Yudistira berhenti di muka gerbang, Aletta turun dari sepeda motor, menyerahkan helem.
" cerita mu sungguh mengharukan kak!" ucap Aletta memasang wajah sedih nya.
"haha... aku mencerita kan itu bukan untuk membuat mu bersedih Aletta!" Yudistira terkekeh mengacak acak puncak kepala Aletta dengan lembut.
"lalu?" aletta merengut kesal merasa di permain kan .
"dengar aletta, jaga semua yang kaucintai, jangan melepaskan nya haya karena sesuatu hal yang sepele. munkin merekasedang lupa diri atau sedang di lema singga tanpa sengaja menyakiti mu."
Aletta menatap Yudistira dengan wajah terpana dengan kata katabijak dari sang senior.
"karena sekali saja kau melepaskan nya, bisa jadi dia akan hilang untuk selama nya!"
"tadi kau bilang hujan selalukembali pada awan!" protes aletta membenarkan rambut nya yang semerautan karena ulah angn.
" memang, bagiman jika iar hujan jatuh di tempayan?. kemudian iar di tempayan itu di bawa masuk kedalam rumah, maka awan benar benar akan kehilangan air hujan yang sangat mencintai nya!" jelas Yudistira mengakhiri pembicaraan mereka.
yudistira menghidup kan kembali mesin speda motor nya.
" aku pulang!, lain kali kita harus habiskan waktu bersama lebih lama dari ini, maka akan kucerita kan banyak hal pada mu!" Ucap Yudistira melambai sekilas.
"Ya, suatu hari, pasti akan ada hari dimana kita habiskan waktu lebih lama hanya sekedar mebahas mengenai istilah mu!. Oh iya kak, Terimakasih untuk hari ini, Letta harap setelah hari ini kita bisa menjadi teman!" Pinta Aletta begitu tulus dan lemah lembut.
"Tidak sudah sungkan Aletta, mengenai permintaan mu mejadi teman, kenapa hanya teman? Aku sudah pernah mengungkapkan perasaan ku. Dan itu berlaku selama nya Aletta!" Jelas Yudistira menatap Aletta sendu.
"Denagar kak, mari saling mengenal, untuk itu kita perlu menjadi teman, cinta itu bisa datang karena terbiasa atau_"
" Karena pandangan pertama! Baiklah jika itu mau mu" Sela Yudistira membuat Aletta mengganguk kemudian tersenyum.
"Hati hati di jalan Aletta melambai, berjalan dengan riang melewati gerbang.
" Sore mang, papi udah pulang mag?" Tanya Aletta berhenti sejenak di depan pos.
" Sudah nona, sejak siang tuan sudah di rumah menunggu nona!" Jawab security.
Aletta menggangguk kemudian berlalu menuju rumah nya yang berjarak sekitar 20 meter dari gerbang. Entah kenapa Aletta mejadi deg-degan, yang pasti tangan nya terasa begitu gemetar saat megang handle pintu rumah nya.
Lama berdiam diri dengan tangan tetap di handle pintu, akhirnya Aletta terasadar, saat tangan nya hendak menekan handle pintu, Aletta di kagetkan dengan pintu yang di bergerak terbuka sediri, padahal Aletta baru berniat akan membuka nya.
"Aletta!" Panggil Aksa saat Aletta tak kunjung beranjak dari posisi nya yang memegang handle pintu dengan muka bodoh yang di tampil kan gadis itu.
"Pa-papi?" Gumam Aletta tergugu kaget bukan main. Aletta langsung menegakkan tubuh nya.
"Masuk papi ingin bicara!" Aksa berucap datar, berjalan meninggalkan Aletta.
Aletta yang tersadar segera masuk, kemudian duduk di kursi sofa ruangan keluarga, tidak ada Aksa di sana. Ayah tampan nya itu entah kemana setelah berkata ingin bicara, biasa nya mereka akan bicara di ruang keluarga jika ada sesuatu yang akan di sampaikan baik itu baik atau buruk.
Tak lama Aksa kemabali dengan secangkir susu vanilla hangat, kemudian menaruh nya di hadapan aletta.
"Minum dulu"
Aletta mengangguk menuruti perintah ayah nya, menyesap dengan nikmat susu vanilla rendah gula buatan ayah nya. Memang, dari semua minuman, susu rasa vanilla dengan rendah gula buatan ayah nya sangat nikmat. Entah itu di nikmati dingin atau hangat seperti saat ini. Yang jelas segelas susu buatan ayah nya mampu menghangat kan hati Aletta, terkadang ayah nya berkreasi dengan menambahkan buah yang sudah di blender, atau menambahkan suplemen buah dalam bentuk serbuk. Suplemen itu biasanya din konsumsi oleh anak anak yang tidak suka sayur, namun karena Aletta tidak suka sayur berakhir lah Aletta mengonsumsi suplemen itu tanpa di sadari nya.
"Sudah lebih hangat?" Tanya Aksa yang dari tadi hanya diam menyaksikan Aletta yang benar benar menikmati secangkir susu buatan nya.
Dalam hati, Aksa tersenyum senang bukan main, pahala nya semarah apa pun Aletta pada nya selalu bisa di luluhkan nya dengan segelas susu.
"Hem... Sudah lebih baik! " Balas Aletta memangku gelas berisi susu yang masih tersisa seperempat gelas.
" Papi tadi kekampus Letta tadi Siang sekitar jam 11" Aksa membuka suara lebih dahulu.
Aletta yang mendengar nya terkejut bukan main. Apa sekarang posisi sudah berbalik? Apa sekarang giliran ayahnya yang marah?. Aletta mulai meringis membayangkan Aksa marah.
"Bisa jelaskan kemana Aletta seharian? " Tanya Aksa dengan nada pelan namun penuh intimidasi.
"Letta... Letta hanya jalan jalan dengan teman!" Aletta memejamkan matanya, sebentar lagi ayah nya akan meledak. Harus nya Aletta tidak pulang terlambat.
Tbc
4 jan 2021
00:01