Selamat membaca 馃摉
Aksa di sibuk kan dengan layar ponsel nya yang menampilkan berita terkini. Berita yang di lihat nya adalah berita tentang saham, modal tempat atau lokasi yang strategis dan sesekali melihat keolahraga. Tak jarang Aksa mengunjungi situs fashion wanita, tujuan nya untuk sekedar melihat lihat model dan tren terkini agar tak kesulitan memberi kan Aletta kejutan atau hadiah seperti sebelum sebelumya.
Dan terkadang lagi, Aksa mengunjungi situs fashion laki laki yang sesuai untuk umur nya, fashion yang menampilkan efek lebih muda di usia nya yang terbilang matang. Yah, usia Aksa di posisi hot seorang pria yaitu 36. Tapi entah kenapa belakangan ia sangat memperhatikan fashion nya sendiri, ia mulai merasa malu saat berjalan bersama Aletta yang sangat cantik dan masih muda. Tentu saja masih muda, jelas jelas Aletta adalah anak nya.
Tapi entah kenapa Aksa tak ingin terlihat terlalu jauh dari Aletta, mungkin karena ia takut Aletta di kata-katai baby sugar. Mungkin saja, atau ada sesuatu yang tak bisa aksa jabarkan dengan kalimat dan fikiran nya, namun hanya sanggup di rasakan. Etah perasaan apa itu yang pasti rasa itu terasa ada dan semakin ke sini semakin terasa.
"Papi, ayo kita pergi, jangan lupa bayar!" Kekeh Aletta menarik tangan Aksa dengan semangat agar pria matang dan tanpa itu bangkit diri posisi duduk nya saat ini.
" Iya,iya! " Jawab Aksa tanpa menoleh pun ia tau siapa orang yang sedang berbicara dengannya.
Suara manja dan menggemaskan itu hanya cocok di gunakan Aletta nya, dan Aletta hanya boleh begitu kepada nya saja. Egois memang, namun itu adalah kenyataan, mungkin setiap ayah ingin putri nya selalu manja dan bergantung hanya pada diri nya. Atau ada hal yang lain?.
Aksa memasukkan ponsel kedalam saku celana, kemudian bangkit dari posisi nya. Begitu berdiri dengan posisi benar, Aksa menoleh pada Aletta yang tersenyum lebar seolah berkata aku cantik kan!.
Aksa terdiam menatap Aletta dengan seksama, Aletta nya begitu cantik dan mempesona kali ini. Tidak, biasa nya Aletta juga cantik dan mempesona, tapi kali ini terasa sangat berbeda, Aletta, dia terlihat lebih dewasa di usia nya yang hampir menginjak usia 18 tahun, mungkin 1 atau dua tahun lebih dewasa dari usia nya, tanpa meninggalkan kesan mengemaskan nya. Apa semua Ayah menganggap putri nya menggemaskan?.
Tentu saja_ pikir Aksa memutuskan.
Aksa membalas senyum Aletta, ia benar benar mengagumi penampilan Aletta saat ini, sangat cocok dengan gelar mahasiswi nya, begitu elegan dan menawan.
" Jangan bilang papi terpesona sama Letta? " Kekeh Aletta menggoda Aksa dengan candaan receh nya. Para karyawati yang melihat interaksi Ayah dan anak ini tersenyum senyum. Mereka kagum akan kedekatan mereka.
" Tentu saja terpesona, tuan putri nya papi benar benar mengalihkan dunia papi! " Aksa balik menggoda Aletta dengan tangan mengusap pelan pipi cuby Aletta dengan sayang. Usapan aska sangat pelan bahkan terasa seperti sapuan ringan di wajah Aletta, memang ia tak ingin merusak make up yang sudah terlihat begitu serasi di wajah Aletta.
Kali ini wajah cuby Aletta terlihat lebih tirus karena di lapisi sheding yang memberikan kesan lebih tirius sehingga Aletta terlihat lebih dewasa. Dewasa yang Aksa maksud bukan dewasa nakal, melainkan dewasa elegant penuh dengan wibawa.
Tak ingin menghabiskan waktu dengan memuji kecantikan Aletta yang tak akan ada habis nya, meski di bicarakan sehari semalam, mereka segera berlalu dari meja kasir setelah menerima kembali kartu kredit. Kedua berjalan bak sepasang kekasih, dengan tangan kokoh Aksa merengkuh pinggang Aletta dengan posesif, hingga mereka keluar dari mall dan memasuki mobil.
"Tumben papi peluk pinggang Letta rapat banget? " Tanya Aletta saat mereka sudah di dalam mobil Sambil membiarkan Aksa memasangkan sabuk pengaman.
Aksa mengangkat kepala nya, duduk di posisi kemudi, lalu menoleh pada Aletta dengan senyum cerah di bibir nya.
"Sayang, kamu itu terlalu cantik, papi ngga rela kalau ada mata-mata nakal yang mencuri pandang pada princess papi." Jelas Aksa serius.
Ia tak berbohong, ia memang tidak rela ada orang menggoda Aletta terutama saat ini, cara nya kali ini sangat efektif, semua orang hanya melirik, tanpa berani menggoda Aletta.
Mobil meninggalkan parkiran, menuju bioskop Cinemaxx yang ada di perempatan jalan yang tak jauh dari mall. Kenapa tidak bioskop yang ada di mall, alasan nya Aletta sudah terbiasa nonton di Cinemaxx sejak mereka masih di jakarta dulu. Se-simple itu.
"Iya sih pi, ngga ada yang berani cuit cuit-in Letta waktu papi peluk pinggang Letta! " Aletta mengangguk anggukkan kepala nya tanda ia sedang berfikir keras dan memahami pembicaraan mereka.
Tak lama mereka berhenti di sebuah gedung besar berlantai 3. Cinemaxx 2.
"Mari tuan putri!" Ucap Aksa membuka kan pintu penumpang, ia mengulurkan tangan nya kemudian di sambut tangan mungil Aletta.
Aletta keluar bak putri dari Kerajaan seberang, cantik dan elegan. Di tambah garis wajah nya juga menggambar kan sosok timur Tengah sehingga ia terlihat begitu mempesona.
"Tuan putri papi, mau nonton apa? " Tanya Aksa kembali merengkuh pinggang Aletta posesif.
"Hem... Kita nontooonnn... Hem... Boleh nonton after?" Tanya Aletta menunjuk poster bertuliskan after.
"Not baby, itu terlalu dewasa!" Aksa menggelengkan kepala nya tak setuju.
"Oke... Kalau gitu kita nonton Avenger saja!" Tunjuk Aletta pada poster Avenger.
"Mungkin tuan putri papi harus melihat kearah sana!" Aksa menunjuk sebuah poster yang di dominasi hitam putih dan abu abu.
"Paranormal activity! " Teriak Aletta terkejut senang.
"Papi memang yang terbaik! " Ujar Aletta mencium pipi Aksa sekilas kemudian tersenyum lebar.
Semoga aku mampu menjaga senyum ini setiap harinya! _ Aksa membatin dengan wajah menampilkan senyum bahagia yang di tular kan aletta.
"Ayo beli popcorn!" Aletta menarik tangan Aksa menuju meja pemesanan makanan.
"Mbak, popcorn couplenya satu rasa keju manis!" ucap Aletta semangat.
Si penjaga meja pemesanan melihat kearah Aksa kemudian kembali kepada Aletta. Sedewasa apa pun make up Aletta tentu akan tetap terlihat jauh dari Aksa yang usia nya sudah kepala tiga.
" Maaf mbak, itu untuk yang pasangan, entah pacar atau suami!" Ujar si pelayan kurang sopan.
Aksa bisa melihat ketidak sopanan itu, pelayan itu menatap Aletta seolah Aletta adalah wanita murah-han atau simpanan. Atau lebih buruk lagi Aletta di kira peliharaan orang kaya, alias Aksa itu sendiri. Ini tidak bisa di biar kan, ia tidak terima Aletta nya di leceh kan secara visual.
"Kenapa mbak?" Tanya Aksa merangkul pinggang Aletta dengan posesif, seolah menunjukkan bahwa mereka adalah pasangan.
"Apakah anda berfikir buruk tentang kekasih saya?" Tanya Aksa dengan mata menyipit mengintimidasi Si pelayan kurang ajar itu.
"Tapi pak_"
Tbc