Selamat membaca 📖
MANAGEMENT COLLEGE, sebuah institute perguruan tinggi yang khusus menampung anak anak dari golongan ips, semua tentang ekonomi ada di sini, mulai dari akuntan sampai menejemen semua nya tersedia di sini.
Nama kampus ini sangat meroket seja beberapa tahun yang lalu , Selain citra nama yang lahir dari para lulusan yang sangat memuaskan pasar, kampus ini juga di isi manusia manusia dari keluara kaya. Sadar atau tidak, diskriminasi jelas terjadi di sini, meskipun begitu, tidak semua dari golongan kaya itu suka merendahkan kaum lemah, tak sedikit juga yang justru menjadi andil donatur untuk para mahasiswa yang tak memiliki kemampuan ekonomi yang cukup.
Hari ini, weekend, harus nya para mahasiswa menikmati masa libur yang singkat. Tidak, weekend kali ini, Yudistira datang ke kampus untuk mengikuti kegiatan komunitas pecinta alam.
Bukan tanpa alasan, dirinya tau hari ini Aletta kekampus untuk mengikuti kegiatan komunitas seni dan sastra.
Yudistira sengaja memilih kegiatan ini, agar tidak terlalu mencolok, bahwa diri nya sengaja datang untuk bertemu Aletta. Kegiatan pecinta alam bisa menjadi alasan diri nya yang tidak pernah ikut kegiatan sebelumnya, sehingga ia terhindar dari bisik bisk tetangga.
Yudistira bukan pengecut, ia hanya tak ingin mengejar aletta secara frontal dan terang teranggan. Menginggat diri nya pernah di tolak mentah mentah oleh Aletta karena terlalu agresif dan ia tak mau mengulang kesalahan yang sama untuk kedua kali nya, Ia harus bermain pintar.
Yudistira bersandar pada pohon yang menaungi diri nya dan beberapa orang anggota komunitas pecinta alam alias KPA. Mata nya terus saja memperhatikan ruangan seni dan sastra yang berada tepat bersebrangan dengan nya saat ini. Sesekali matanya menoleh kearah yang berkemungkinan akan menjadi tempat aletta datang.
Setengah jam berlalu, ia tak kunjung melihat tanda tanda aletta akan menampak kan batang hidung nya, berselang beberapa menit kemudian, mata Yudistira menangkap mobil mini yang selalu mengantar jemput Aletta di pinggir lapangann yang memang sangat dekat dengan ruangan seni.
Mobil itu berheni cukup lama, dan itu membuat Yudistira sedikit heran. Karena sudah lebih dari 1 menit, namun Aletta urung keluar dari mobil. Jujur saja Yudistira mulai penasaran. Belum sempat mengangkat bokong nya dari atas rumput yang menjadi alas duduk nya sejak beberapa menit yang lalu, Aletta keluar dari mobil.
Yudisstira menyungging kan senyum nya, saat diri nya hendak kembali duduk,ia di kejut kan dengan pemandangan tak biasa. Di sana, Aletta terlihat marah dan membanting pintu mobi dengan keras sebelum akhir nya berjalan berjalan denga kaku menaham amarah.
Dia kenapa?_ batin Yudistira akhir nya bangkit dengan sempurna dari posisi nya yang menggantung saat ini.
"men, gue toilet dulu!" pamit Yudistira memberi tahu, kepada teman teman nya yang mulai bertambah jumlah nya sejak pertama kali dia duduk di sana.
Diri nya di sahuti dengan anggukan paham dari teman teman nya, mereka semua di sibuk kan dengan aktivitas masing-masing, diantara mereka ada yang sibuk memasuk kan data, menghitung uang bahkan ada yang kerja nya hanya menghabiskan cemilan yang tersedia. Yudistira? Tak satu pun aktifitas itu menjadi bagian dari dirinya, ia hanya selaku anggota yang hanya ikut ikutan.
"kenapa sih?" Yudistira benar pensaran akhir nya mengikuti Aletta dari kejauhan.
Yudistira berhenti depan pintu toilet, entu saja, tidak mungkin ia msuk kedalam toilet wanita, bisa bisa dirinya gerebek dan di sangka berbuat yang tidak tidak bersama Aletta. ah, itu bukan sesuat yang bagus.
"akhhhh…" Yudistira mendengar suara teriakan. hanya teriakan, tidak ada lain nya, karena pintu tertutup rapat.
Yudistira sempat tersentak kaget dan malah reflek membuka pintu toilet, belum terbuka lebih dari setengah meter Yudistira tersadar, ia menghentikan tangan nya yang hendak membuka lebar pintu .
Yudistira menghela nafas nya lega, beruntung dirinya tidak membuka pintu dengan lebar dan bisa saja membuat Aletta kaget.
Dengan hati hati, ia menutup pintu dan kembali menyandar pada dinding yang besebelahan dengan pintu .
Kepala Yudistira tersandar menatap ke arah langit langit bangunan, tadi, sebelum menutup pintu, ia sempat meliahat kedalam. Disana Aletta menangis dengan kepala menunduk pada wetafel, dan ia juga melihat ada retakan kecil di kaca.
Ia tak bisa mengerti ada apa dengan gadis itu, gadis yang menarik perhatian nya, saat pertama kali menyambut mahasiswa baru.
"dia kenpa?" pertanyaan itu bersaaan dengan suara pintu toilet yang terbuka, mengalihkan perhatian nya pada pintu yang terbuka. Dengan memasang wajah datar Yudistira menatap kearah pintu yang terbuka, kemudian terlihat lah, sosok yang sedang menjadi pikiran nya.
"kak Yudistira?!" suara aletta terdengar terkejut dan sedikit syok dengan kehadiran Yudistira yang tiba tiba muncul, terlebih dengan muka datar. Wajah yang bisa nya memasang wajah tersenyum saat bertemu dengan diri nya.
Ada apa dengan nya?_ kedua ya membatin kan pertanyaan yang sama.
Bereda dengan Aletta yang mempertanya kan kemana pergi nya wajah ramah senyum Yudistira, lelakit tampan ini justru mempertanyakan peampilan Aletta yang terkesan acak acakan, wajah ramah senyum yang selalu terpatri kini, berganti dengan wajah kesal yang menahan amarah yang besar.
"kak Yudistira" kali ini aletta bergumam samar .
"untuk kali ini, biar kan aku mengobati luka mu" ujar Yudistira menarik tangan Aletta.
Aletta yang tak siap hanya menggikuti langkah yudistira dengan sedikit tertatih, entah kenpa yudistra terlihat buru buru menyet nya tanpa sepatah kata pun.
Langkah mereka berhenti di sebuah ruangan kelas, lagi lagi dalam dia Aletta di duduk kan paksa di kursi dosen, lalu meninggalkan gadis itu menuju sudut paling belakang ruangan. Mata aletta mengikuti pergerakan Yudistira, hingga lelaki tampan itu berheni di hadapan nya dengan sebuah kotak berwarna putih polos dengan tanda tambah merah yang besar di atas nya. Ya itu P3K.
"aku tidak akan bertanya apa yang terjadi pada mu!" yudistira mengeluarkan beberapa barang dari kotak putih, lalu menarik tangan Aletta dengan cepat.
"setidak nya jangan melukai diri mu, ada banyak cara untuk melampiaskan kemarahan mu, tapitidak dengan menyakiti diri mu!" yudistira berkata dengan nada marah yang tertahan saat melihat luka yang cukup dalam untuk ukuran seorang perempuan.
"awh…" Aletta meringis saat alkoholmenyapu permukaan luka nya.
" tau sakit sekarang, tadi kenapa tidak berfikir!" yudistira mengomel samba terus mengobati tangan Aletta yang terluka.
"letta, Letta tadi Cuma terbawa emosi kak!" kilah aletta membela diri nya.
" tapi tidak dengan menyakiti diri mu!" sembur Yudistira menempelkan plester perekat pada perban yang sudah meliliti tangan Aletta dengan sedikit menekan nya.
"awh… pelan pelan!"rengek Aletta memukul tangan Yudistira dengan kesal.
Yudistira tersenyum dengan geli melihat satu lagi sifat yang tidak pernah di lihat oleh dirinya, lihat lah betapa manis nya gadis di hadapan nya saat merajuk manja.
"ayo kita berangkat!" yudistira menarik aletta agar bangkit dari posisi nya.
"kemana?" tanya Aletta kesal dengan perbuatan seenak nya dari senior nya.
"cerewet!" kesal Yudistira menarik tangan aletta meninggalkan ruangan kelas.
TBC