Chereads / HE IS NOT MY DADY / Chapter 16 - bab 15 keputusan Aletta

Chapter 16 - bab 15 keputusan Aletta

Selamat membaca馃摉

Setelah kencan seharian, kini Aletta dan Aksa sudah kembali ke rumah mereka. Rumah tempat mereka tinggal. Berdua, hanya berdua. Itu yang selalu kedua nya yakin kan di hati masing masing. Mereka akan baik baik saja meski hanya berdua.

"Pi, tante tadi siapa?" Tanya Aletta yang membersihkan meja usai makan malam mereka. Sedang kan Aksa mencuci piring.

Aletta datang, berdiri di sebelah Aksa menerima piring yang sudah di cuci dan di bilas untuk di keringkan. Ada setumpuk piring kotor di meja mestafel. Mereka hanya tinggal berdua sehingga mereka mencuci piring 1 kali sehari yaitu malam hari. Makanya piring kotor mereka banyak.

Kenapa tidak di bersihkan oleh pembantu? , karena saat malam dan siang hari tidak ada pembantu, pembantu hanya datang dari jam 6 pagi hingga pukul 10 pagi. Untuk menyiapkan makanan, makanan sudah di taruh sesuai waktu. Mereka hanya perlu memasukkan kedalam microwave untuk menghangat kan makanan. Kecuali sayur untuk malam dan telur goreng untuk Aletta.

"Yang mana?" Tanya Aksa mengingat perjalan kencan mereka seharian. Yang siap nya terasa begitu nyata dan menyenangkan untuk lelaki tua seprti diri nya.

" Yang di mall loh pi, yang di parkiran mall? " Aksa masih mencoba mengingat ingat siapa yang Aletta maksud. Namun Aksa masih mengerutkan kening berfikir, Aletta menghala nafas聽

"Jam 5 sore saat kita pulang dari mall pi, bukan pagi! " Cerca Aletta terlihat sebal dengan Aksa yang entah benar benar lupa atau pura pura lupa.

"Ah... Itu, itu sekretaris papi, orang nya pintar dan cekatan loh! " Puji Aksa dengan senyum mengembang saat membayangkan sosok sekretaris yang tadi di temui nya saat pulang dari mall yang kedua kali nya dalam sehari.

"Ooh" Aletta kembali fokus pada piring di tangan nya, sabil menjawab lirih. Aletta menjawab lemah, ia tak tau kenapa, yang pasti ia merasa tak nyaman saat Aksa menceritakan seorang wanita cantik dengan senyuman聽 merekah dan memuji nya pula. Ya, wanita yang di temui saat di parkiran mall tadi sore begitu cantik dalam balutan rok span hitam ketat yang membungkus kaki jenjang dan blaze yang senada dengan rok nya. Begitu cantik dan elega.

Seketika Aletta merasa insecure dengan sekertaris ayah nya, Aksa sangat memuji sekretaris itu. Karena apa yang Aksa puji tentang sekretaris nya sangat berbalik dengan diri nya. Tidak pernah berada di peringkat 3 besar semasa SMA, sangat lelet, dan maja pasti nya. Aletta benar-benar insecure.

Di sisi lain Aksa sadar beberpa menit setelah jawaban singkat Aletta, gadis itu tak lagi bicara. Aksa bisa merasakan perasaan kecewa Aletta meski Aletta tak mengatakan nya.

"Letta ke kamar duku ya pi, Aletta capek." Lirih Aletta mengeringkan tangan nya lalu meninggal kan Aksa yang terdiam mendengar suara dingin dan datar aletta.

Aletta juga melupakan sesuatu, ciuman selamat malam di pipi, kali ini tidak di berikan Aletta. Ternyata firasat nya benar Aletta sedang marah pada nya.

Aksa bergegas mengeringkan tangan nya menyusul Aletta kekamar, saat pintu kamar terbuka, ia melihat Aletta berbaring dengan mata nyalang namun kosong kearah nakas.

Apa yang terjadi? Kenapa Aletta terlihat marah? _ Aksa mencoba berfikir keras.

Kepala Aletta menengok kearah Aksa yang berdiri kaku di pintu bak pantung pancoran di bundaran.

"Papi?" Panggil Aletta pelan.

Jauh di diri Aletta, ia tak mengerti dengan diri nya saat ini, kenapa ia harus marah kenapa ia harus kecewa? Bukan lah sudah seharus nya ayah nya mencari pasangan baru penganti sang ibu. Tidak! Papi sudah janji tidak akan menikah sebelum Aletta punya pasangan_ ego Aletta menyerang otak nya hingga Aletta tanpa sadar memaling kan wajah nya kearah lain untuk menunjukkan bawa diri nya sedang marah dan harus di pujuk.

"Sayang!" Aksa mendekati ranjang Aletta.

Aletta bisa merasakan tempat tidur bergerak pelan tanda Aksa sudah duduk di sisi kosong tempat tidur.

"Sayang" Sekali lagi Aksa memanggil Aletta dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Aksa sudah tau kesalahan nya, Aletta tidak suka ia membahas wanita lain sambil tersenyum, mungkin Aletta berfikir Aksa jatuh hati pada sekretaris nya dan akan menjadikan nya sebagai istri.lalu membagi perhatian nya. Itu tidak benar mereka sudah berjanji.

"Maafin papi ya!" Ucap Aksa mengusap kepala Aletta dengan sayang menyampaikan penyesalan lewat usapan lembut.

"Kenapa minta maaf?" Tanya Aletta datar meski hati nya tak sanggup menahan godaan untuk memeluk sang ayah lalu menangis. Kali ini sang ego pemenangnya, dan Aletta berhasil menahan diri nya agar tidak memeluk Aksa.

"Sekertaris papi itu nama nya sella, cantik tapi papi tidak tertarik pada nya, dia bagus dalam bekerja namun papi tidak akan menikahi nya hanya kerena itu! " Jelas Aksa langsung ke inti tanpa basa basi.

Aletta tersenyum, ayah nya selalau begitu, selalau mengerti apa yang menganggu pikiran nya, mampu membuat penjelasan tanpa menjelek kan satu pihak.

Aletta berbalik, yang tadi nya memunggungi Aksa, kini menghadap Aksa, menatap sang ayah dengan senyum merekah di bibir pink muda.

"Janji tidak ada hubungan dengan sekretaris papi? " Aletta menujukkan kelingking nya untuk mengikat janji dengan Aksa.

Jadi benar ini karena sella_batin Aksa bersyukur ia bisa menebak apa penyebab Aletta murung.

Aksa tersenyum, tangan nya terulur.

"Janji, apa pun untuk Aletta! " Ujar Aksa mengait kan jari kelingking nya ke jari pendek dan kecil Aletta.

Kedua nya tersenyum setelah melepas kan ikrar janji mereka, Aksa kembali mengusap kepala Aletta seolah me-nina bobok kan Aletta yang mulai mengantuk.

Tentu saja mengantuk, setelah hati nya lapang karena rasa tenang, kini sudah waktu nyamata nya istirahat.

"Pi" Terdengar suara lirih Aletta memanggil.

"Hem?"

"Aletta akan lanjut kuliah, tapi Aletta baru masuk setelah ospek, Aletta ngak mau di hukum!" Ujar Aletta membuka mata nya lalu memohon dengan pupy eyes andalan nya.

"Sesuai keinginan tuan putri!" Aletta tersenyum skilas sebelum mata nya tertutup lemah karena mantuk yang menyerang.

"Love you dad!" Lirih Aletta kemudian jatuh tertidur ke alam mimpi.

Sedang kan di alam nyata tersisa Aksa yang masih tersenyum mengusap kepala Aletta. Ia bangkit dari posisi nya, membenarkan posisi kepala Aletta agar tidak pegal saat bangun, lalu menyelimuti Aletta hingga batas leher, terakhir sebuah kecupan basah hingap di kening Aletta dan di akhiri dengan ucapan.

"Love you more sayang, papi paling mencintai mu! " Lirih Aksa kemudian meninggalkan kamar Aletta.

Ia juga butuh istirahat agar besok ia mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa hambatan. Pekerjaan nya hari ini yang dintinggal kan nya harus di bayar besok hari.

Tbc