Milly pov,
Entah bagaimana caranya, aku bisa berada di sini. Namun, aku tidak tahu dan tak mau ambil pusing, karena di sini tempat dimana aku tidak pernah merasa kesepian, semua orang menyayangi kami tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Robert House adalah rumah bagi kami untuk saling berbagi kasih sayang, melindungi kami dari kejamnya kehidupan di luar sana.
Di tempat ini aku mengenalnya, sosok yang melindungiku layaknya seorang kakak kepada adiknya, lebih dari sahabat,dan dialah kekasih masa kecilku.
Kedengarannya bullshit banget, gadis kecil seperti diriku, yang masih berusia 5 tahun terpesona kepada seorang anak laki-laki yang terpaut 1 tahun diatasku.
***
Akhirnya yang kutakutkan menjadi kenyataan.
Mendengarnya membuat tubuhku menggigil gemetaran. Shock melihatnya tersenyum kepada mereka, dia menerimanya. Menyambut kasih sayang yang mereka tawarkan kepadanya.
Nicky memeluk orang tua asuhnya, lalu menoleh sesaat ke arahku yang berada jauh di belakangnya.
"Mom! bolehkah aku menemuinya untuk terakhir kali?" tanya Nicky dengan polosnya. Orang tua angkatnya mengangguk sambil mengusap kepalanya dengan penuh rasa sayang.
Nicky menghampiriku dan menarik tanganku ke taman yang ada di belakang bangunan ini.
Sesampainya disana, ia langsung memelukku. Mataku mulai berkaca-kaca berusaha menahan tangisanku agar tidak meledak saat itu.
"Kamu mau pergi meninggalkanku disini?" tanya gadis kecil yang tak lain diriku, sambil mengigit bibir bawahku.
"Ya.. aku akan pergi.. tapi suatu hari, aku pasti kembali untuk mencarimu!" kata Nicky dengan yakin.
"Benarkah?! berjanjilah nik.. " ucapku dengan polosnya sambil menujukkan jari kelingkingnya.
"Janji! selamanya kita tetap bersama!Tunggulah aku Mil.. " jawab Nicky sambil menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking milikku sebagai simbol janji diantara mereka.
Lalu Nicky mengeluarkan sesuatu dari balik kantong celana.
" Ini untukmu " seru Nicky sambil memberikan gelang perak berinisial N.
"Woah.. terimakasih nik! ini sangat cantik!" pekikku kesenangan sambil menerima gelang tersebut.
" Sini aku pakaikan! " tawar Nicky, dijawab anggukan kepala olehku.
" Cantik! Lihatlah... aku juga memilikinya dengan inisial M " seru Nicky antusias.
" Dari mana kamu mendapatkan benda ini? " tanyaku dengan rasa penasaran.
" Aku meminta bunda Lily membelikannya, sebagai permintaan terakhirku di sini " jawab Nicky dengan polosnya.
" Hiks.. hiks.. nik.. aku pasti merindukan mu" ungkapku sendu.
"Jangan menangis! jika sudah besar nanti, aku pasti mencarimu! aku juga pasti merindukan mu " hibur Nicky sambil memeluk tubuhku dengan erat. Aku hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, karena aku masih terus menangis dipelukkan Nicky.
Cup!
Nicky mencium pipiku.
"Aku menyayangi mu!" ungkapnya.
"Jangan lupakan aku " pintaku sendu. Nicky menganggukkan kepala lalu berlalu.
Akhirnya ia pergi meninggalkan aku disini. Sejak kepergiannya dari panti asuhan ini, aku tak berhenti menangis dan menyendiri di kamarku. Semua petugas panti berusaha merayuku, tapi semua sia-sia saja.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan aku masih menangisi kepergiannya. Aku benar-benar merindukan sosoknya hingga suatu hari, ada gadis yang sebaya denganku berusaha mendekatiku.
"Hai! aku Retta! siapa namamu?" tanya Retta ragu.
"Mau apa kamu kesini?!" seruku dengan ketus.
"Mau kenalan.. siapa namamu? " tanya Retta cuek sambil mengulurkan tangannya kehadapanku.
" Aku tidak mau kenalan dengan mu!" sahutku sambil berdiri lalu meninggalkan Retta sendirian.
Retta terus mencoba mendekatiku, walau pada akhirnya aku meninggalkannya dan tidak menyambut uluran tangannya.
Segala cara Retta menarik simpatiku. Mulai mengajak bermain boneka, duduk disampingku saat berada di taman kanak- kanak, menjaga dan menemaniku saat aku terbaring sakit.
Hingga suatu hari akhirnya aku luluh dengan ketulusannya. Dan kami mulai menjadi sahabat, aku yang semakin dekat dengannya mulai sering menceritakan hari-hari yang aku lalui bersama Nicky. Ia menjadi pendengar yang baik untukku.
"Aku tidak akan meninggalkan mu!" seru Retta tulus.
"Jangan bohong! semua yang ada disini pada akhirnya akan pergi! " jawabku sekenanya.
"Tapi aku tidak akan meninggalkanmu mil! aku menyayangi mu" ucap Retta cepat.
" Aku juga menyayangi mu! "sahutku sambil tersenyum.
" Sahabat selamanya.." kata Retta sambil menujukkan jari kelingkingnya.
" Sahabat selamanya! " sahutku dengan mantap sambil menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking milik Retta.
"Milly !Retta! cepatlah.. sudah waktunya makan malam!!" teriak bunda Lily dari pintu.
Bunda Lily adalah salah satu pengurus Robert house ini. Kami pun berlari menghampiri bunda Lily sambil bergandengan tangan menuju ruang makan, dimana anak-anak lainnya sudah menanti.
Milly pov end.
***
Suatu hari di taman kanak- kanak...
" hiks.. hiks.. hiks.. " suara isakan tangis terdengar.
" Retta! " panggil Milly cemas melihat retta menangis sesegukkan di kelas.
" Milly.. hiks..hiks.. " gumam Retta
" apa yang terjadi? kenapa kamu menangis?" tanya Milly khawatir.
" Milly! aku.. aku memecahkan vas bunga milik bu guru! hikksss...." jawab Retta merasa bersalah sambil menunjuk kearah pecahan vas bunga di bawah meja.
" sstt.. jangan menangis! aku akan menolongmu, jadi jangan menangis " ucap Milly sambil memeluk retta yang masih menangis.
" Apa yang ingin kau lakukan? " tanya Retta di sela- sela tangisannya.
" Rahasia! tapi.. aku punya satu syarat! " jawab Milly dengan wajah nakalnya.
" Apa itu? katakan.. "
" Bagaimana kalau kukatakan kau tak bisa menolaknya persyaratanku? " tanya Milly main - main.
" Baik! tapi tolonglah aku.. " pinta Retta memohon.
" Kau harus membantuku mengerjakan pr sampai kelulusan " jawab Milly seenaknya.
" Apa?! kau.. kau curang! " seru Retta tidak terima.
" Ya sudah kalau tidak mau.. kau selesaikan sendiri dengan bu guru! " ucap Milly sambil beranjak pergi meninggalkan Retta yang bingung sendiri.
" Tung.. nggu! oke, aku setuju ! " teriak Retta panik saat melihat Milly yang sudah berada diambang pintu kelas. Milly tersenyum senang mendengar jawaban Retta.
Sesuai janjinya ia menolong Retta agar tidak terkena omelan ibu guru. Milly mengakui dialah yang memecahkan vas bunga tersebut dengan tidak sengaja. Pada akhirnya Milly lah yang dihukum oleh ibu guru untuk memungut sampah dan merapikan ruangan kelas. Melihat milly dihukum, retta semakin merasa bersalah hingga tanpa sepengetahuan bu guru, ia membantu agar bisa meringankan pekerjaan atau hukuman Milly.
Setelah kejadian itu, Retta dengan sabar mulai sibuk membantu Milly mengerjakan pr-nya, serta mengajari Milly pelajaran yang tidak ia mengerti. Pada dasarnya Retta adalah anak yang cerdas dan selalu mendapatkan nilai sempurna, hal itu yang membuat Milly berinisiatif agar bisa ketularan pinternya.
Akhirnya hari kelulusan di taman kanak - kanak tiba, Milly tidak sabar menunggu hasilnya. Pengumuman kelulusan pun dibacakan oleh kepala sekolah dari atas panggung dan siapa saja yang mendapatkan nilai terbaik akan disebutkan namanya.
" Nicky! lihatlah.. aku pasti berada diatas sana untuk menerima piala itu " gumam Milly sambil mengeratkan genggaman kedua tangannya.
setelah beberapa saat akhirnya nama Milly disebutkan, ia berhasil meraih peringkat tiga sedangkan Retta berada di peringkat pertama. Namun, hal tersebut tidak membuat Milly iri tetapi ia sudah cukup puas berada diatas panggung.
" Terima kasih Retta! " pekik Milly girang ketika sudah turun dari panggung sambil memeluk Retta. Retta membalasnya pelukan Milly sambil tersenyum.
" Kau harus lebih giat lagi." bisik Retta pelan.
" Hm " sahut Milly sambil menganggukkan kepalanya.