Chereads / Dari Samping Yama / Chapter 30 - Bar part 1

Chapter 30 - Bar part 1

Nino terbangun setelah beberapa lama kemudian dan listrik yang tadinya padam menyala lagi.

Tak merasakan kedinginan,Nino mendapati dirinya di tutupi selimut tebal yang hangat dan juga melihat Lika yang tertidur di seberang sofa tempat Nino berbaring.

Barang-barang Lika masih belum tersusun rapi karena ia kelelahan dan langsung tertidur saat merebahkan diri, juga Lika belum sempat menghubungi Yama untuk memberitahu bahwa ia sudah kembali ke Indonesia.

Perlahan Nino bangkit dari sofa dan jongkok di hadapan wajah Lika yang masih tertidur pulas. Lama Nino memandangi Lika dalam diam, berharap seandainya saja Lika masih punya ruang untuk nya.

Tak sadar Nino menyentuh ujung hidung Lika dengan telunjuknya. Melihat Lika tak bergerak oleh karena sentuhannya, Nino perlahan mendekatkan wajahnya pada wajah Lika dan....

Cuph...

Sebuah kecupan singkat mendarat di kening Lika.

******

Pagi hari, sekitar pukul 9 pagi.

Yama kini sudah bisa tenang karena Tyra sudah ada keluarganya yang menemani setelah diam-diam mengabari mereka lokasi dimana ia dan Tyra berada.

Mengeluarkan smartphone dari sakunya ingin menghubungi Lika.

Tut...tut... tut....

Suara panggilan terhubung namun yang empunya nomor tidak menjawab. Yama mencoba mengecek jam berapa kira-kira di Paris saat ini.

Yama mengirim pesan singkat dari aplikasi chatting lalu kembali menghubungi Lika untuk beberapa kali, masih tetap tak di angkat panggilan telpon dari Yama.

Hari ini Yama akan kembali pada temannya dan juga kembali menikmati liburannya yang sempat tertunda oleh karena kebetulan bertemu dengan masalah Tyra.

Kejadian beberapa hari ini sungguh menguras tenaga dan mental bagi Yama apalagi bagi Tyra yang merasakan kehilangan terbesar dari kejadian ini. Yama berharap semoga Tyra bisa menata kembali hatinya dan menjalani lagi hidupnya dengan baik.

Yama menghubungi teman-temannya untuk nanti akan bergabung bersama mereka lagi.

Menjelang petang, Yama sudah berada bersama teman-teman tim basketnya lagi dan kali ini mereka berencana nongkrong di sebuah bar terkenal di puncak.

Gaya hidup anak muda kota-kota besar tidak terlalu asing akan kehidupan malam dimana sebagian besar dari generasi muda bahkan tua sudah menjadikan bar ataupun kafe dan tempat santai lainnya sebagai sarana untuk melepas kepenatan setelah seharian bekerja.

Di perjalanan menuju kafe tujuan mereka, Yama terus mengecek handphone nya, berharap pesan balasan dari Lika namun pesan yang ia kirim juga belum di baca oleh Lika.

"Tumben ni anak gak ngecek handphone" gumam Yama sedikit heran

"Napa Yam?" Rahmad melihat raut wajah Yama

"Oh? Enggak...ini gua lagi nunggu balasan chat" Segera Yama masukkan kembali handphone ke dalam sakunya dan larut dalam percakapan lagi.

Tiba di tempat tujuan, mereka yang membawa dua kendaraan, memarkir mobil berdampingan agar memudahkan mereka saat pulang nanti.

Memasuki ruangan kafe yang juga sebuah bar ini otomatis membuat perasaan bersemangat dengan adanya suara musik yang berdentum, suasana di dalam ruangan ini di dominasi oleh warna hitam dan terasa semarak dengan kelap-kelip lampu warna-warni.

Belum terlalu banyak pengunjung dan masih nyaman bagi mereka menuju meja yang sudah di booking sebelumnya.

Rencana mereka memang ingin melepas penat dan bersenang-senang jadi dari awal mereka sudah mengundi siapa yang tidak akan minum malam ini supaya bisa menyetir mobil saat pulang.

Awalnya Mikael dan Bimo yang mendapatkan undian tidak beruntung tersebut namun Levi menawarkan diri untuk mengantikan Bimo yang tampak sangat kecewa dengan hasil undian tadi, alhasil Bimo yang kesenangan hampir mencium Levi.

Malam semakin larut dan pengunjung semakin ramai memenuhi ruangan yang lumayan besar ini.

Suara dentuman musik oleh DJ di ikuti penampilan para dancer cantik berbadan tinggi ideal dengan kaki jenjang semakin menambah ramainya sorakan pengunjung.

"Gua mau ke toilet bentar!" Yama setengah berteriak kepada Rahmad yang duduk di sampingnya

Rahmad terlihat sangat asyik mengiringi musik dengan geleng-geleng hebat kepalanya, ia mengangguk saja untuk menjawab Yama.

Berjalan dengan kepala agak pening, Yama berhasil masuk ke toilet dan buang air kecil selesai. Saat mencuci tangannya,Yama berhenti sebentar untuk mengatasi rasa pening kepalanya sembari mencuci wajahnya agar segar-an dikit.

Hendak kembali pada temannya di meja mereka yang berada di ujung, Yama tidak sengaja menabrak seseorang.

Walau rasanya tak begitu kuat ia menabrak tapi orang ini dengan lemahnya terjatuh setelah di tabrak.

"Oh no, I'm sorry" Buru-buru Yama menjangkau orang ini, seorang gadis cantik bermata bulat indah, wajah yang mungil dan tampaknya gadis ini juga di bawah pengaruh alkohol.

"Ha ha... Hey! jangan pegang-pegang gua!" teriak si gadis dengan kasar melempar tangannya agar tak tersentuh Yama dan di saat bersamaan benda yang merupakan tas kecil di genggaman si gadis terpental jatuh ke lantai namun tidak di acuhkan olehnya, malah ia berjalan terus menuju arah toilet.

Yama memungut tas kecil milik gadis tadi dan berpikir untuk mengembalikan tas tersebut pada pemiliknya yang adalah si gadis kasar tadi.

Sebenarnya Yama bisa saja meninggalkan tas itu di lantai dan membiarkan saja, namun membayangkan pemiliknya kesusahan dalam mencari benda ini saat nanti sadar membuat Yama berbaik hati menunggu gadis tadi keluar dari kamar kecil bagian perempuan.

Dua menit berlalu...

Lima menit berlalu...

Tujuh menit berlalu dan Yama mulai tidak sabaran. Sudah beberapa gadis keluar masuk kamar kecil itu namun tidak ada gadis yang tadi.

Yama menunggu lagi sekitar tiga menit dan akhirnya memberanikan diri masuk ke dalam untuk mengecek keadaan gadis tadi.

"Permisi...mbak...mbak..." panggil Yama sambil menengok satu persatu ke bilik yang terbuka, syukurnya di toilet ini sedang tidak ada yang masuk sehingga Yama tidak terlalu kepikiran.

Tiba di bilik paling ujung keadaan pintu terbuka dan Yama mendapati si gadis tadi tampaknya tertidur dalam posisi menyender ke dinding, mungkin ia terlalu mabuk sehingga lupa hendak berbuat apa di toilet. Mengenakan dress hitam di atas lutut, posisi gadis ini terduduk di atas closet yang tertutup.

"Permisi...! mbak..." Yama mengetok pintu yang memang sudah terbuka supaya gadis ini bangun "Misi mbak...saya mau balikin tas mbak" Yama sekali lagi memanggil

Entah sadar atau tidak, si gadis membuka mata dan menatap Yama nanar, katanya "Lo jahat!"

Yama tidak merasa heran, ia sudah biasa menghadapi banyak drama saat teman-temannya di bawah pengaruh alkohol so Yama bersikap biasa saja menanggapi perkataan gadis itu.

"Iya gua jahat...ini tas elu tadi jatoh, gua balik duluan, jangan tidur di sini" Yama menaruh tas di pangkuan si gadis lalu berbalik badan

Grab!!

Tiba-tiba si gadis berdiri, menarik tangan Yama dan tangan satunya memegang erat tas kecilnya sekarang.

"Lu jangan seenaknya mau pergi!...Gua udah..hic...bayar elu buat nemanin gua kesini! hic" sembari ketegukan si gadis tetap memegang tangan Yama, mungkin sekarang ia mengira Yama adalah orang yang ia bayar untuk menemaninya.

Yama ingin tertawa mendengar kata-kata tidak masuk akal si gadis namun di saat bersamaan masuk dua gadis lain ke toilet ini dan membuat suasana canggung.

"Hey... ngomongnya di luar aja ya" Yama tidak ingin berlama-lama di suasana canggung ini, lagipula ini sudah salah paham namanya.

"Kenapa di luar? hic..Lu malu di liatin orang? kenapa mesti malu, hic...ha ha...jadi malam ini kita ke hotel yang mana?" Ucapan si gadis semakin keras di sertai cegukannya

Salah satu dari dua gadis yang masuk tadi hanya berdiri menatap kelakuan si gadis dan Yama di ujung, lalu kata gadis yang baru masuk pada Yama yang takjub dengan kata-kata si gadis tadi.

"Kenapa malah bengong? buruan keluar dari sini...udah di tanyain tu"

"Ha? bukan mbak...saya bukan siapa-siapa nya....saya cuma kebetulan lewat" Yama berusaha tersenyum mengatasi canggungnya

"Udah sikat aja... toh dia yang minta ha ha" si gadis yang baru masuk tertawa

Yama tersenyum pahit sambil memapah si gadis untuk segera keluar dari kamar kecil ini,. berada di luar kamar kecil kini Yama menyenderkan si gadis ke dinding lorong.

"Sekarang lo boleh lepasin tangan gua ya...gua mau balik ke teman gua" Yama membuka paksa genggaman erat tangan si gadis dari pergelangan tangannya

Mata si gadis tampak hanya lima watt saja lagi, setengah sadar ia memegangi bahu Yama.

"Dingin..." ucapnya memeluk Yama

Saat Yama hendak melepaskan pelukan si gadis yang semakin erat, terdengar suara seorang memanggil namanya dengan lantang dan Yama sangat familiar dengan wajah gadis ini.

"Yama? Wah! Hai...Yama ini elu kan?" sapa gadis yang familiar di mata Yama ini mendekat.

Tenggorokan Yama tercekat rasanya melihat sosok ini

"Simayati? Ha...Hai..." balas Yama tergagap, Simayati adalah teman akrab Lika.