Di depan cafe, tepat sebelum Lika sempat melambai untuk memanggil taxi. Terlihat Yama tergesa-gesa berlari kecil menyusulnya juga terlihat lagi Nino di belakang Yama.
"Lika! tunggu" Nino lebih dahulu berteriak memanggil Lika, Yama dengan cepat menoleh ke belakang namun lanjut mendapati Lika.
Degup jantung Lika tak beraturan, ia merasa tertekan melihat kedua orang ini secara bersamaan.
Yama memegang tangan Lika, lalu menatap pada Nino yang berdiri berserta mereka berdua "Lu ada apaan Nin?"
Yama bertanya penasaran atas sikap Nino yang membuatnya bingung, terlebih lagi Lika juga terlihat tidak nyaman saat Nino terdengar memojokkannya dengan pertanyaan tadi.
"Gua gak kenapa-napa" Nino menjawab pertanyaan Yama dengan singkat lalu merubah tatapannya ke Lika "Lika...sorry kalau pertanyaan gua tadi bikin lu gak nyaman, gua benar-benar minta maaf ya..." Nino merasa bersalah atas sikap cerobohnya di dalam tadi, hanya karena atmosfer antara ia dan Yama lalu Lika yang akhirnya tertekan.
Lika bisa merasakan ketulusan dalam kata-kata Nino namun inilah yang membuat ia bingung, kenapa sikap Nino berubah ubah saat ada Yama. Lika hanya mengangguk cepat lalu berkata "Gua yang berlebihan nanggapinnya... it's okay now, gua kayaknya balik aja"
Yama terdiam, ia hanya mendengarkan percakapan Lika dan Nino sambil menenangkan hatinya.
"Yama...gua balik ke dalam ya, sorry for the mess" Nino menepuk pundak Yama pelan "Lika...gua masuk" ia berlalu dengan sedikit tidak tenang.
Lika melepaskan tangannya dari pegangan Yama, ia melihat ke sekeliling seolah takut jikalau ada orang yang mereka kenal melihat mereka seperti ini.
Yama mengerti maksud Lika, detik berikutnya ia mengambil lagi tangan Lika lalu mengandeng Lika untuk masuk lagi ke dalam cafe.
"Loh...wait! Yama...mau kemana?" Lika menghentikan langkah dan menarik Yama agar tak melanjutkan masuk kedalam.
"...." Tak menjawab Lika, Yama malah hendak menarik lagi Lika untuk mengikuti langkahnya masuk cafe.
Namun sekali lagi Lika kali ini dengan kedua tangannya ia menarik kembali Yama "Jangan masuk...kita ke tempat lain aja...kunci mobil lu mana biar gua nyetir"
Tidak dapat melawan kehendak Lika, Yama mengeluarkan kunci mobilnya dan mereka masuk mobil dengan Lika yang duduk di kursi pengemudi.
Hingga mobil keluar dari area parkiran, Yama belum ada berkata-kata lagi pada Lika begitupun dengan Lika, ia hanya terdiam sambil menyetir...ia mengarah pulang ke rumahnya.
Setelah sekitar lima menit diam diaman, Yama tampaknya mulai menyadari bahwa ini adalah jalan arah ke rumah Lika.
Yama mengulurkan tangannya, dan mengelus lembut kepala Lika. Ia sedikit banyak mulai tahu bagaimana karakter Lika yang kadang bisa keras kepala juga kadang tak terbaca apa yang ada di pikirannya.
"Tadi elu kenapa ampe nervous gitu pas di tanya Nino? Kan Nino juga udah tahu kalau lu ama gua ada hubungan...dasar dia aja yang usil pake nanya gitu " Yama penasaran dan ingin tahu apa yang Lika rasakan saat itu sehingga ia terlihat gugup.
Lika tak mengalihkan pandangannya dari jalan, tapi dalam kepalanya juga menanyakan hal yang sama pada dirinya sendiri, kenapa tadi ia gugup.
"Gua gak bakat bohong kayaknya" Lika rasa ia memang seperti itu, ia kadang tidak pandai menyembunyikan perasaannya.
"Terus kenapa gak mau di publish aja hubungannya?" Yama menarik tangannya yang mengelus kepala Lika
"Balik ke pertanyaan itu lagi?"
"Hm...kan lebih leluasa juga kalo udah pada tahu...boleh ya" Yama setengah merengek manja pada Lika
Terpikir oleh Lika alangkah baiknya jika semuanya sesuai dengan kemauan mereka berdua tapi yang pernah terjadi adalah, saat ada yang tahu akan keberadaan Lika di samping Yama saja sudah menimbulkan beberapa masalah dalam kehidupan Lika jadi menurut Lika sebenarnya bukan pilihan yang tepat baginya membuka hubungan mereka ke teman-teman ataupun lingkungan sosial mereka.
Lika menggeleng pelan, "Begini saja lebih baik Yama"
Tidak mau menyerah begitu saja, Yama berkata lagi "Gua mau dekat elu tiap hari...mau manja...mau bikin cowok yang mau dekatin elu pada tahu kalau lu tu pacarnya Yama" nada Yama pada kalimat terakhir sengaja ia kecilkan suaranya agar tidak terdengar offensive
"Yama..."
"Hm? fine... I'm sorry" Yama menundukkan kepalanya tanda kecewa
Lika menggapai tangan Yama lalu menciumnya "Gua suka kita apa adanya...bukan karena pengen buktiin sesuatu ke siapapun yang seharusnya tidak termasuk dalam hubungan kita"
"But I don't like it when someone tries to get closer to you.... kayak Ni...no contoh..nya" Yama terikut perasaan lagi saat mengingat Nino dan mulutnya secara spontan menyebut namanya.
Yama sadar ia baru saja melakukan sebuah kesalahan dengan menyebut lagi nama Nino.
Kali ini Lika tidak merespon perkataan Yama, hanya saja kecepatan mobil Yama yang di kemudikan oleh Lika semakin bertambah.
"Lika...? are you mad at me? maaf Gua gak sengaja nyebut namanya" ia mencoba menenangkan Lika.
Hingga tiba di depan rumahnya Lika, mobil berhenti... Lika membuka seat belt begitu juga Yama.
Sebelum keluar dari mobil, Lika berkata "Fase awal hilangnya sebuah hubungan kayak di mulai dari tidak adanya rasa saling percaya"