Segera setelah ia berbicara, Lika turun dari mobil.
Yama tidak menduga kejadian seperti ini, Ia tidak ingin terlihat panik walau sebenarnya ia khawatir tentang bagaimana Lika akan memandangnya setelah menampakkan sedikit emosi ke dalam kata-katanya tadi.
"Lika..." Yama sudah berada di belakang Lika, berjalan bersama dengan Lika yang memasuki halaman rumahnya.
Di saat Lika membuka pintu rumah, ekspresi wajahnya masih terlihat kesal namun ia tidak berkata apa-apa kepada Yama.
Dan yama juga tidak lagi berkata-kata. ia hanya berdiri di samping Lika, menunggu gadis yang ia sukai ini melampiaskan kekesalannya saja.
Lika masuk ke rumah, Yama juga ikut melepas sepatunya dan masuk bersama Lika.
Ia langsung duduk di sofa ruang tamu, diam tak melakukan apapun di sana sementara Lika masuk ke kamar. Walaupun perasaannya berkecamuk bingung harus berbuat apa, Yama menguatkan hatinya untuk tidak menambah masalah lagi.
Sepuluh menit kemudian, pintu kamar Lika terbuka. Berharap Lika akan berbicara padanya namun ternyata ia di abaikan saja oleh Lika yang dengan entengnya melangkah menuju dapur.
Yama hampir saja hendak menyusul langkah Lika ke dapur namun juga urungkan.
Lalu terdengar suara, "Mau minum tidak?" tanya Lika dari dapur, nada suaranya masih terdengar ketus namun tak apa bagi Yama, mendengar Lika bertanya padanya saja sudah membuat Yama senang.
Kebingungan menjawab pertanyaan Lika yang tak terlihat, Yama ragu-ragu bangkit dan pelan-pelan menuju dapur.
Lika mendapati Yama datang dan berdiri sambil mengangguk kepalanya, Yama tak sadar bahwa sekarang ia terlihat sangat menggemaskan.
Lika sedikit tertegun, menyadari sikapnya pada Yama bisa saja terpengaruh karena ingin menutupi kejadian di Paris bersama Nino.
Walau ia dan Nino tahu bahwa posisi mereka hanyalah teman, tetap saja jika kejadian tersebut sampai terdengar ke telinga Yama tanpa sengaja maka kemungkinan Yama tersakiti akan sangat besar.
"Lu kenapa di situ doank? sini minum " Lika melunak, ia duduk di kursi meja makan.
"Thank you" Yama ikut duduk di kursi tepat sebelah Lika. Ia masih belum ingin berbicara pada Lika, kalau-kalau ucapannya nanti salah lagi lalu ia hanya meneguk air mineral yang di letakkan Lika untuknya tepat di hadapannya.
Dengan canggung ia meletakkan minuman kembali ke meja, ia melihat bahwa Lika sedang menatapnya lembut. Yama menegakkan kepalanya dan menoleh pada Lika di iringi sedikit senyuman manis yang kaku.
Bergerak perlahan kedua tangan Lika untuk menggenggam tangan Yama, ia juga mengubah posisi duduknya berhadapan dengan Yama sekarang.
"Sorry... ucapan gua tadi..." dengan tulus Lika meminta maaf, raut wajah Lika menjadi sedikit sedih melihat ekspresi canggung Yama dari tadi.
Hanya memperhatikan gerak gerik dan perlakuan lembut Lika padanya, Yama tidak menduga secepat ini meredanya emosi sesaat seorang Lika. Menggenggam kembali tangan Lika...Yama yang selalu menginginkan kedamaian dalam hubungan mereka tidak terlalu mengambil pusing tentang perubahan emosi sang kekasih.
"Di maafin..." Menarik Lika pelan ke pelukannya lalu membiarkan Lika duduk di pangkuannya sekalian, posisi mereka berhadapan.
Lalu kata Yama lagi, "Terus ini udah di rumah, gak jadi jalan dong kita?"
"Tapi gua laper..."Lika menaruh dagunya di bahu atletis Yama, entah kenapa Lika kadang bisa menjadi sangat manja saat bersama Yama.
Kenyataan ketika bersama sedang Yama, emosi Lika sangat mudah naik turun, dari kesal berubah manja ini contohnya.
"Mau pesan makanan aja? atau mungkin memasak?" Yama merangkul pinggang langsing Lika.
"Pesan aja... kalau nunggu masak mesti lama lagi" sebuah kecupan cepat mendarat di bibir Yama
Sekali lagi Yama tertegun sejenak setelah menerima ciuman kilat Lika, ia menatap ke dalam mata indah Lika.
"Can I get more of... that?" Yama mempererat genggamannya pada tangan Lika, ia menginginkan sedikit lagi ciuman dengan Lika.
Sedetik setelah Lika mengangguk kepalanya tanda setuju, Yama mengubah posisi tangannya yang tadi menggenggam tangan kini sudah menahan tengkuk Lika dan menciumnya sedikit ganas namun tetap lembut dan menjaga agar Lika tak kesakitan.
"Hmp...Yam..." Lika mencoba berbicara di tengah serangan ciuman bertubi-tubi dari Yama.
Tidak terdengar oleh Yama suara Lika di sela-sela gencarnya ciuman mereka, malah sekarang tangannya dengan lembut masuk ke baju kaos Lika, meraba kulit lembut punggung Lika, juga terasa di tangan Yama menyentuh tali bra Lika.
Yama merasakan sesuatu menegang di bawah sana, mungkin Lika juga merasakannya karena benda itu tergesek mengenai paha Lika.
"Yama..." Lika menyentak tubuh Yama menjauh dari tubuhnya. Kali ini benar-benar perlu sedikit kekuatan supaya ia bisa mendorong tubuh kekar dan jangkung Yama.