Baru saja membicarakan Yama, seperti hantu tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke smartphone Lika dari Yama.
Secepat mungkin Lika menutupi screen dengan genggaman tangannya lalu ijin ke luar untuk menerima panggilan tersebut dan gelagat Lika yang sedikit buru-buru membuat Sima penasaran.
"Gak biasanya ni anak pergi menjauh kalau nerima telpon" gumam Sima namun kemudian kembali sibuk
Di luar rumah,
"Hai..." sapa Lika singkat dan dingin, ia teringat perkataan Sima tentang gadis yang di peluk Yama di klub.
"Hai honey...Hari ini mulai jam sembilan pagi ini gua bakal main basket di turnamen XX bersama timnya Dewa, agak mendadak sih mereka ngajakinnya jadi gua baru ngabarin elu juga" Yama berujar agak panjang.
"Oh... Okay" Sekali lagi jawaban Lika hanya kata-kata pendek. Ingin Langsung bertanya pada Yama tentang perkataan Sima namun ia urungkan mengetahui Yama akan bermain, ia merasa pertanyaannya bisa saja merusak konsentrasi Yama.
" Honey...Are you okay?" tak ingin berspekulasi, Yama langsung saja bertanya.
"Oh hahaha, I'm fine tadi lagi keganggu dikit...Gua gak bisa nonton ya, Good luck turnamen nya" Cepat-cepat Lika mengambil kembali rasa hatinya. Masalah beginian lebih baik di bicarakan langsung pikir Lika.
"Thank you. Tar gua kabari kalau udah bisa pegang handphone ya" mood Yama terdengar ceria lagi
"Okay...see you then" ucap Lika
"See you honey" jawab Yama
Kembali ke dalam setelah beberapa saat, Sima memicingkan matanya menatap Lika.
"Sejak kapan lu sembunyi-sembunyi gitu telponan dari gua? Tadi siapa? Pacar elu?" ia mencerca Lika dengan pertanyaan bertubi-tubi
"Wow, lu kedengaran posesif woy" Lika duduk lagi melanjutkan pekerjaan tadi "Tadi sepupu gua, nanyain mama" dusta untuk kesekian kalinya demi menutupi hubungan antara dia dan Yama yang belum siap ia publikasikan ke teman-teman nya.
"Oh..." akhirnya Sima tak melanjutkan lagi cercaan curiga nya.
Lalu mereka sama-sama kembali terlarut dalam kerjaan mereka lagi.
****
Di hari yang sama, bertempat di gedung olahraga basket di tengah kota, sedang berlangsung turnamen basket antar klub yang di ikuti Yama dan klub temannya yang bernama Dewa.
Hari ini hanya ada satu kali tanding untuk tim Yama.
Keadaan penonton sangat ramai saat pertandingan berlangsung karena kebetulan kedua tim yang sedang bertanding adalah dari klub terkenal, terkenal dalam bakat dan kegantengan mereka.
Sengitnya persaingan perebutan point membuat waktu terasa sangat cepat bagi penonton dan pemain.
Di warnai sedikit ketegangan yang terjadi antara Dewa dan pemain lawan bernama Eric saat perebutan bola di udara.
Skor mereka tidak terlalu jauh, hanya beda 2 angka di pimpin tim lawan, sehingga membuat suasana panas dan emosional bagi kedua tim yang ingin memenangkan pertandingan ini.
Detik-detik terakhir, bola berada di tangan Yama dan mau tidak mau Yama harus segera melempar bola ke ring untuk menambah angka bagi mereka jika ingin menang.
Dengan gesit berlari sambil mendribble bola, Yama menghindari hadangan dua pemain lawan lalu melepaskan tembakan dari luar lingkaran agar mendapat tiga angka.
Dan...
"Waahhhh!!!" teriakan penonton membahana oleh karena pesona Yama dan tepatnya tembakan tiga angka dari Yama masuk ke dalam ring sebelum detik terakhir di papan berubah menjadi nol.
Kemenangan seketika menjadi milik tim Yama dan teman-temannya.
Pemain inti dan pemain cadangan berlarian memeluk Yama yang merupakan penyelamat bagi tim mereka.
Sumringah di wajah mereka berbanding terbalik dengan raut wajah pemain lawan yang kecewa dengan hasil yang mereka dapatkan.
Keceriaan mereka berlangsung hingga ke ruang ganti.
"Mennn! asli kalo gak ada Yama, udah gugur kali tim kita ha ha ha" Dewa tak hentinya menepuk punggung Yama yang duduk di sebelahnya.
"Biasa aja gua, mungkin lagi rejeki aja gua hari ini" Yama tertawa kecil sambil merendah, ia memang tidak terlalu banyak omong tentang kehebatannya dalam olahraga basket namun banyak tim tahu akan kemampuannya.
Celoteh mereka saling bersahutan sambil ganti pakaian, ada juga yang sedang mandi.
Di depan ruang ganti seorang gadis tampaknya sedang menunggu, entah menunggu siapa tapi ia terus menerus melihat ke arah ruang ganti tim laki-laki namun ia tak berani bergerak mendekati ruang ganti.
Beberapa lama ia berdiri kadang duduk, keluarlah para pemain dari ruang ganti. Segera gadis ini menjadi siaga, mendongak memperhatikan satu-satu wajah para pemain yang mempunyai postur tubuh tinggi-tinggi ini.
Lalu di seseorang ia berhenti, "Yama!" panggilnya.
Mendengar namanya di panggil, Yama auto menengok kearah suara berasal.
"Tyra? Lu di sini? tadi nonton?" Sapa Yama pada Tyra lalu ia meminta teman-temannya duluan saja.
"Iya, gua kebetulan nonton sama sepupu gua, tadi match nya keren" puji Tyra.
Mereka mengobrol sambil berjalan keluar gedung, Yama menyadari penampilan Tyra tampak terlihat lebih segar dan sehat.
"Lu gimana kabarnya?" Kali ini Yama yang bertanya.
"Baik... lumayan, masih sambil minum obat juga dari dokter" senyum manis Tyra mengembang, ia diam-diam melirik wajah Yama yang terasa memberikan ketenangan bagi Tyra.
"Habis dari sini mau kemana?" iseng-iseng Yama bertanya, ia sendiri hendak ke rumah Lika setelah ini jika Lika berada di rumah.
Tyra yang memang ingin bertemu Yama dari kemarin segera menangkap kesempatan ini, "Mau nongkrong di coffee shop langganan sepupu gua, ikut ya, gua traktir buat terima kasih" ia menawarkan Yama untuk bergabung.
"Mmm...okay boleh" Yama menyetujui setelah berpikir sejenak, ia rasa nanti di coffee shop ia bisa meminta Lika datang sekalian bertemu dengan Tyra juga.
Senyum Tyra terlihat jelas, ia menelpon sepupunya untuk mengatakan bahwa ia ke sana dengan menumpang di mobil Yama saja.
Dengan begitu, berangkatlah mereka ke coffee shop tujuan.
Setibanya di sana, mereka sudah di tunggu oleh sepupu Tyra yang sudah terlebih dahulu tiba.
"Hai...!" Sapa si sepupu pada Tyra dan Yama, namun ia kemudian seperti mengingat sesuatu saat melihat Yama.
"Hai..." Sapa Yama sopan sambil duduk di kursi yang masih kosong di depan gadis ini, Tyra juga melakukan hal yang sama.
"Oh no!" si sepupu menutup mulutnya seperti terkejut.
"Lu kenapa Jen?" Tyra terheran melihat gelagat terkejut sepupunya, "Ini sepupu gua, namanya Jenny, Jen...ini Yama" Tyra tetap memperkenalkan mereka berdua walau ekspresi Jenny masih kaget.
"Hai" sekali lagi Yama menyapa, entah apa yang ada dalam pikir gadis bernama Jenny ini, ia masih menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya sambil menatap nanar pada Yama.
"Lu...Elu cowok yang jagain gue di bar puncak kan? bentar, bentar..." Jenny buru-buru mengambil handphonenya fan membuka galeri photo dimana seorang temannya sempat memfoto dirinya dalam keadaan mabuk serta bergelayut memeluk manja pada seorang laki-laki yang tak lain adalah Yama.
"Ini elu kan?" Ia menghadapkan layar ponsel ke Yama, tak tinggal diam penasaran, Tyra juga ikut melongok melihat foto tersebut.
"Damn! Jenny...Yama...kalian udah kenal sebelumnya?" sekarang giliran Tyra yang terkejut.