Warning!! Rate Dewasa!
"Hm?" Yama akhirnya menyerah dan menatap dalam mata gadis manis di pangkuannya ini. Dada Yama bergerak naik turun mengikuti nafasnya yang terengah-engah.
"You say just little bit" Lika mengingatkan Yama akan permintaannya tadi
"Iya tapi..." Yama tak melanjutkan kata-katanya, ia kemudian hanya memeluk Lika erat dalam pelukannya, menciumi wangi aroma bunga dari rambut Lika yang lembut.
Entah karena Lika merasa tersentuh sedikit oleh sikap Yama yang memilih mendengarkan kata-kata Lika atau karena Lika sendiri yang ingin.
Terasa Lika bergerak dalam pelukan Yama dan mengigit dada Yama yang masih mengenakan baju.
Seketika itu juga Yama merasakan adrenalin kembali naik, nafas Yama terengah saat merasakan gigitan kecil di dadanya yang tak berhenti di situ saja, kepala Lika bergerak seakan mencari sesuatu yang lain untuk di gigit dan benar saja, ia berhenti di puting Yama dan dengan lembut menggigitnya.
"Aahh....Lika... honey...emmh" berusaha menghentikan pergerakan Lika yang semakin liar, Yama memegang kepala Lika.
Namun sepertinya tidak berpengaruh pada Lika, ia kini memasukkan kepalanya kedalam baju Yama dan di dalam sana semakin leluasa ia menjalari tubuh atletis Yama.
"Lika...Ahh....ahhh... itu sakit" Merasa gigitan Lika mengganas di dalam bajunya, Yama dengan cepat memasukkan tangannya ke dalam baju Lika dan meremas sedikit kencang kedua buah dada Lika sembari mendorong tubuh Lika keatas.
Merasa tak di gubris oleh Lika yang masih asik menjilati dan menghisap putingnya di dalam bajunya.
Yama berpikir tentang melakukan hal yang sama dengan yang sedang Lika lakukan, ia memasukkan jari-jarinya ke dalam bra Lika.
Saat nafas mereka semakin terengah-engah di tengah gerakan liar mereka yang masih dalam posisi berpangkuan.
Dering handphone Yama terdengar, nampaknya seorang menelpon.
Keadaan itu tidak membuat Yama menghentikan aktivitasnya bersama Lika, namun kemudian, sekali lagi panggilan masuk.
Tak ingin penasaran, Lika mengentikan ciumannya dengan Yama,
"Coba cek dulu... mungkin penting" ia menengok ke layar handphone Yama yang terletak di meja.
Nama yang tak asing muncul di layarnya, Tyra.
Yama menuruti keinginan Lika, ia mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo...iya lagi di Jakarta...Mau ketemu? Oh belum tahu kapan gue bisa ketemu lagi...Tyra gimana keadaan sekarang? Oh...tar gua kabarin lagi ya kalau dapat waktu yang cocok...okay, gua usahakan secepatnya...okay...see you" Yama menutup panggilan tersebut yang tampaknya memang Tyra yang berbicara.
"Itu tadi Tyra?" tanya Lika yang sudah beranjak dari pangkuan Yama ke kursi sebelah Yama.
"Iya Tyra, dia mau ketemu katanya... lu kapan ada waktu?" Yama menaruh kembali gadgetnya seraya bersandar manja ke bahu Lika
"Lah kok gua? yang di tanya kan elu bukan gua... tapi gua juga pengen ketemu sih, moga next week ya... Minggu ini gua masih harus beres-beres pesanan mama" Dengan cepat Lika mengecup rambut Yama
"Gua ngikut aja..." ikhlas Yama, ia kembali mengelus lengan Lika disertai tatapan memelas.
"Knape lu? ha ha ha...udah ah yuk cari makan" Lika sekarang tak lagi menggubris sentuhan lembut Yama pada kulitnya.
"Aaah....Likaaa" Seperti anak kecil merengek, Yama menarik-narik lengan baju Lika, ia tahu bahwa Lika mengerti apa yang dia inginkan tapi mungkin Lika sudah tidak bergairah lagi setelah terhenti tadi.
"Ha ha ha... gua lapar, pesan dulu aja yuk buat cepat makannya" Dengan lincah jemari Lika mencari aplikasi untuk memesan makanan lalu memesan beberapa makanan dan minuman untuk mereka berdua.
"...." tak bersuara, Yama hanya menatap sendu pada Lika yang tak mengacuhkan sikap manjanya, tangannya masih mengait lengan Lika erat.
Sadar akan keheningan ini, Lika bergerak memeluk Yama tanpa melihat kearah Yama.
"Is that what you really want right now?" walau hanya dengan nada pelan namun jelas, pertanyaan yang Lika ucapkan barusan seketika membuat Yama terkesiap dan berpikir cepat.
"Huh? No! of course not... I'm sorry" Pelukan balik dari Yama kepada Lika menjadi erat dan belaian lembut di punggung Lika seakan mengekspresikan rasa bersalah atas sikapnya barusan.
Yama benar-benar ingin menetapkan bahwa saat ia dan Lika melakukan sebuah hubungan fisik, ia ingin itu benar-benar dari diri mereka sendiri bukan karena merasa beban atas nama hubungan "pacaran" atau apapun itu. Ia ingin Lika bahagia saat bersamanya... melihat Lika sakit atau terluka adalah sebuah duka untuk Yama.
Ia ingin menjaga Lika terlepas dari hasrat tak terduga yang kadang tiba-tiba ada saat mereka berduaan.
*******
Sibuk mengemasi barang-barang pesanan konsumen mamanya, Lika hari ini tidak ada rencana keluar rumah selain mengantar barang ke kantor pengiriman barang terdekat rumahnya, lagipula ada Sima menemaninya di rumah seharian hari ini.
"Eh bentar... gua mau tau, kemarin lu kenapa mendadak hilang? Mana Yama sama Nino juga ikutan hilang pula... mereka berdua mencurigakan gak sih? he he..." menanyakan banyak hal dalam satu kalimat, Sima mendapati raut wajah Lika kebingungan.
"Lu mau gua jawab pertanyaan yang mana?" mengerutkan dahinya Lika sedikit geli dengan ungkapan tentang Yama dan Nino.
"Lu kenapa hilang mendadak gak ngasih tau gua?"
"Itu...gua di telpon pelanggan mama buat ambil bahan di rumah dia, sorry gua lupa ngabarin elu he he..." bohong Lika kali ini, karena tidak mungkin rasanya memberi tahu keadaan kemarin sebenarnya pada Sima.
"Seriusan lu?"
"Elah elu...serius lah, mau makan apaan lu? atau ice coffee mungkin?" Lika menjawab sambil sebisa mungkin menutupi rasa canggungnya dengan bergerak cepat ke topik memesan makanan.
"Gua terserah lu aja dah, tapi gua masih penasaran deh..." Sima tampaknya belum mau menyelesaikan topik pembicaraan tadi
"Penasaran apaan? Elu kan emang selalu penasaran orangnya" kini agak relax Lika lanjut mengetik pesanannya
"Itu si Yama... kayaknya sampai sekarang dia belum ada gandengan baru lagi deh, ya gak sih?" rasa penasaran Sima terucap luwes.
Mungkin bagi Sima yang belum mengetahui hubungan Lika dan Yama, adalah sesuatu yang wajar untuk penasaran dengan pasangan seorang Yama namun hal ini terdengar mencurigakan bagi Lika yang menjalani hubungan dengan Yama.
"Huh? he he..." Tak tahu harus berkata apa, Lika tersenyum namun terlihat kaku dan untungnya Sima terlalu sibuk memikirkan tentang Yama dalam kepalanya hingga tak melihat reaksi Lika.
"Cewek cantik yang meluk dia di club kemarin siapa ya? eish gua lupa Yama ngomong apa ke gua malam itu..." Sima mengingat kembali pertemuan tak di sengaja dengan Yama di club.
Mendengar informasi ini, seketika Lika langsung fokuskan pandangan mata kearah Sima "Lu ketemu Yama di club? bareng cewek?"
"Iya gua ketemu Yama pas gua mau ke toilet cewek, dia bareng cewek sih...tapi gua gak tau itu ceweknya atau bukan...seingat gua si cewek meluknya udah sambil gelayutan di badan Yama...trus Yama ada ngomong sama gua tapi gua tu agak mabok jadi gak ingat dia ngomongin apa, hu hu... padahal jarang-jarang bisa satu club sama Yama" kini Sima agak menyesali keadaan dirinya malam itu sementara Lika yang mendengar cerita Sima hanya bisa terdiam.