Chereads / Dari Samping Yama / Chapter 31 - Bar part 2 with Huge Suprise.

Chapter 31 - Bar part 2 with Huge Suprise.

"Yama kan? oh kirain gua salah liat..." Simayati dengan becanda menepuk-nepuk pundak Yama sementara matanya melirik ke cewek di pelukan Yama.

Bukan orang yang ku kenal, batin Sima.

"Lu lagi liburan juga?" Yama bertanya sambil terus mencoba memisahkan diri dari pelukan gadis yang menempel padanya ini.

"Hm... sama sepupu gua... by the way... ini pacar lu?" Sima yang udah dari sononya gak bisa menahan diri untuk bertanya tentang hubungan orang apalagi teman kelas dia gini.

"No! tolongin gua lepasin dia dong... gua cuma lewat doank di kira gebetan dia" Yama masih berusaha melepaskan diri yang akhirnya berhasil, segera Yama menjauh dari gadis tersebut supaya tak menambah masalah namun sayangnya Simayati sudah melaju pergi karena di tarik oleh sepupunya.

Yama ingin mencarinya di kerumunan orang-orang ini tapi ia merasa tak ada guna juga ia menerangkan bahwa tadi bukan siapa-siapa nya dia sementara mungkin Simayati pun belum tahu kalau Yama dan Lika sedang berpacaran.

Kembali ke temannya, Yama tidak ingin terlalu pusing memikirkan hal tadi. Sekali lagi Yama mengecek handphonenya berharap ada pesan atau telpon dari Lika, karena tidak biasanya Lika lupa mengabari kegiatannya pada Yama dalam sehari walau hanya pesan pendek tapi itu sudah cukup bagi Yama.

Iseng saja Yama melirik jam tangannya dan mengira-ngira sekarang jam berapa di Paris, ia menekan panggilan di handphonenya mencoba menghubungi Lika.

Tut....Tut...Tut....

panggilan tersambung namun agak lama hingga suara dari sana terdengar hening saat panggilan terhubung.

"Lika?...Hi dear...you there?" Yama cepat-cepat keluar dari ruangan ramai ini dan menuju lobby dimana suara dentuman musik tidak terlalu keras terdengar.

Tidak ada jawaban dari Lika hanya suara kresek kresek...

"Hello...Lika lu bisa dengarin suara gua?" Yama mengerutkan alisnya mencoba mendengar lebih jelas suara apa yang terdengar ini, terlalu hening dan mengapa Lika tidak menjawab? lalu panggilan terputus.

Mencoba menghubungi sekali lagi dan kini nomor tidak bisa di hubungi. Yama sedikit cemas, ia tahu Lika sedang bersama kedua orang tuanya namun tetap saja tadi terdengar agak aneh, apalagi terdengar hanya hening padahal panggilan sudah terhubung.

"Semoga saja tidak apa-apa..." batin Yama sebelum mengirim pesan pada Lika untuk mengabarinya segera setelah membaca pesannya.

****

Jam sembilan pagi hari di Jakarta, hujan lebat turun sejak jam enam membuat cuaca menjadi dingin, membuat malas orang-orang untuk memulai aktivitas mereka walaupun pada akhirnya mereka tetap harus menerobos hujan untuk pergi bekerja.

Di balik selimutnya yang hangat masih terlelap Lika, begitu juga dengan Nino di sofa yang berbeda, tepat di seberang Lika.

"hmmm..." Nino menggeliat pelan, badannya terasa pegal-pegal dan juga lelah. Dengan malas ia membuka matanya perlahan lalu tersadar saat mendapati langit-langit rumah ini bukanlah langit-langit rumahnya melainkan rumah Lika.

Bagai flashback kilat otak Nino mencerna lagi kejadian mulai dari keberangkatan ke Indonesia hingga bisa berada di sini bersama Lika, ya Lika...teman kelas Nino yang juga gadis menarik yang semakin terlihat menawan bagi Nino.

Tidak ada satupun kenangan saat bersama Lika yang ingin Nino lupakan, termasuk kejadian malam itu di kamar hotel saat Lika mabuk berat dan meminta Nino untuk membuka semua pakaiannya dan mencumbu ganas tubuh Nino...yang walaupun malam itu Nino tidak melakukan apa-apa terhadap Lika tapi gambaran liar itu akan selalu memberikan arti yang dalam bagi Nino.

Tak sadar Nino tersenyum manis sambil menatap sendu pada Lika.

Nino bangun, melipat selimutnya pelan, beranjak dari sofa menuju dapur untuk melihat apakah ada kopi di sana.

Syukurnya ternyata bahan makanan di kulkas rumah Lika masih banyak menyimpan hal yang bisa di jadikan pembangkit semangat di pagi hari.

Pelan-pelan Nino mulai memanaskan air untuk kopi, mengeluarkan telur dan roti dari kulkas untuk di buat sarapan.

"Gud mowning..." sapaan dengan suara serak dari belakangnya membuat Nino tersentak

"Hai...good morning...gua ribut ya?" Nino tertawa melihat wajah ngantuk Lika

Lika mengangguk, matanya masih terpejam dan ia masih di balut selimut tebalnya, ia terlihat lucu.

"Lu balik aja lagi tidur...lu pasti capek juga, tar gua panggil kalau udah kelar ini" Nino berusaha membuat Lika kembali tidur namun tampaknya gagal, Lika malah duduk di kursi meja makan, meletakkan kepalanya berbantalkan lengan sendiri.

"Lu gak capek? kenapa udah di dapur pagi gini?" masih dengan suara serak ngantuk Lika bertanya

"Iseng aja gua nyari kopi malah lapar pas liat roti...ya sekalian gua masak juga telurnya, lu beneren gak mau balik tidur lagi?" sekarang Nino memecah dua butir telur, memasukkan ke teflon anti lengket yang sudah panas lalu setelah matang ia taruh di atas masing-masing dua roti yang sudah di panaskan sebelumnya.

"Gua masih ngantuk banget...tapi elu malah di sini" matanya terpejam tapi masih saja ia berkata-kata menjawab pertanyaan Nino.

Sejak tadi Nino sudah menekan perasaan deg-degan melihat Lika begitu polosnya, sekarang Lika terasa lebih dekat dan bagai bisa di gapai olehnya hanya saja akal sehat Nino menahannya untuk tidak lagi berbuat sesuatu di luar batas setelah mencium tiba-tiba Lika di pesawat kemarin.

Membawa dua cangkir kopi ke meja dimana Lika setengah tertidur, juga membawa lagi dua piring yang ada roti panggang dan telur yang tadi ia masak.

Ragu-ragu Nino berdiri di belakang Lika sambil mengulurkan tangan untuk membelai lembut punggung Lika, jika ada yang melihat Nino saat ini pasti mereka akan sadar bahwa Nino menyukai Lika.

"Tar balik tidur lagi aja...gua abis ini langsung balik kok...tar gua juga mau istirahat dulu di rumah" Ucap Nino pelan, tangannya juga bergerak pelan mengusap punggung Lika...kali ini degub jantung Nino tidak karuan sangat berbanding terbalik dengan ekspresi tenang di wajahnya.

Lika mengangguk-angguk, ia tidak begitu peduli dengan belaian Nino, ia masih sangat mengantuk dan lelah.

Nino lalu duduk di kursi sebelah Lika, ia menyantap tenang sarapan mendadak ini, juga dengan tenang menyisip kopinya pelan-pelan sambil sesekali melirik ke arah Lika yang kembali terlelap di meja makan ini.

Selesai dengan sarapan mendadaknya, Nino membereskan sisa makanan dan perabotan yang tadi ia gunakan.

"Lika...Lika...hellaooo" setengah bercanda Nino membangunkan Lika

"Hmm...udah...kelar?"

"Yupp...gua mau balik, Lu istirahat lagi dah abis gua balik" entah kenapa Nino menjadi terbiasa dengan menepuk-nepuk pundak Lika begini

"hu uh..." Lika mengangguk lagi, itu memang rencananya untuk hari ini.

TING TONG!!

Suara bel rumah Lika berbunyi, tampaknya ada tamu datang.

"Ada yang datang kayaknya..." Nino berjalan mengiringi Lika yang masih dengan erat memegang selimut tebal yang menghangatkan badannya berjalan menghampiri pintu depan asal dari suara bel tadi.

"Kayaknya mbak Tini deh...tapi gua belom telpon mbak buat balik ke rumah sini kok atau di telpon mama kali ya" Lika berpikir bahwa ini adalah mbak yang membantu dengan pekerjaan rumah yang biasa di panggil mamanya tiap hari.

TING TONG!

suara bel di tekan lagi

"Iya bentar..." sahut Lika yang sudah berada di dekat gagang pintu

Kreekkk!!

Pintu terbuka, bukan mbak Tini di sana melainkan sosok tinggi tampan yang tidak lain adalah...

"YAMA??!!" seketika ngantuk Lika hilang

Ekspresi Yama yang awalnya bahagia melihat wajah Lika membukakan pintu seketika berubah saat melihat sosok Nino berdiri di belakang Lika.