"Nino?" tenggorokan Yama terasa tercekat
"Hai..." Nino menyapa dengan ekspresi bingung, alis terangkat bibir tersenyum canggung
"Why are you here?" perhatian Yama terfokus pada Nino, ia tidak melihat kearah Lika yang juga bingung harus berbuat apa.
Nino membuka mulutnya "Ehm... Gua ama Lika..."
"Wait Nino! biar gua yang jelasin..." Lika menahan Nino "Yama masuk dulu ya" Lika hendak menggapai tangan Yama namun ia urungkan melihat wajah Yama masih sedikit tegang.
"Jelasin apa ni? No Lika wait...ini gak seperti yang gua bayangin kan? Kalau tadi gua gak telpon ke mama kamu, aku gak bakal tau kalau lu udah balik... Lu kenapa gak ngabarin gua pas udah balik?" Yama masuk kedalam rumah namun tidak untuk duduk, ia hanya masuk beberapa langkah agar tidak mengusik ketenangan pagi orang yang mungkin lewat depan rumah Lika. perasaan Yama tidak tenang...jika apa yang akan di jelaskan Lika ternyata di luar harapannya, Yama belum siap.
Lika menghela nafas panjang, ia lalu menarik Yama ke kamarnya untuk bicara. sedangkan Nino kembali membereskan barang-barangnya, walau ada sedikit rasa sakit hati saat melihat Lika dengan Yama, ia harus berbesar hati karena dari awal Yama memang kekasih Lika.
Di kamar Lika, duduk saling berhadapan Lika dan Yama.
"Pertama, Gua minta maaf gak ngabarin elu kepulangan gua...ini mendadak asli. Kedua, Nino ama gua gak sengaja ketemu di penerbangan yang sama dan akhirnya kita bareng, dia nganterin gua ke rumah dari bandara karena dia bawa mobil...udah tengah malam banget pas kita nyampe bongkar barang-barang. Dia ketiduran di sofa dan gua gak tega bangunin buat nyuruh pulang...jadilah pagi ini dia masih ada di sini bersama gua" sesaat Lika berhenti untuk melihat respon Yama, lalu katanya lagi "Maaf..."
Yama menghela nafas berkali-kali, ia bingung harus memberikan reaksi seperti apa kepada penjelasan Lika. Akal sehatnya terus mendorong rasa curiganya terhadap Nino, karena sudah sejak dari puncak dulu Nino selalu terlihat bersama Lika jika ada kesempatan namun rasa percayanya pada Lika membuat ia sedikit tenang apalagi setelah penjelasan yang masuk akal dari Lika.
Karena melihat Yama terdiam sejenak, Lika membiarkan Yama memutuskan apa yang ingin ia percaya.
Lika benar-benar memberi tahu hal yang terjadi padanya dan Nino sejak tidak sengaja bertemu di bandara namun merahasiakan kejadian di hotel saat di Paris, karena bagaimanapun halus, pintar dan mulusnya kata-kata yang di gunakan untuk menjelaskan kejadian di hotel itu tetap saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik untuk hubungan mereka.
Yama dengan lembut menarik Lika kedalam pelukannya.
"I'm not a good man you know...Gua cuma cowok biasa yang juga cemburu liatin di rumah pacarnya ada cowok lain, mana masih pagi banget lagi" Kata-kata Yama adalah ekspresi sebenarnya dari dalam hatinya yang sedikit terluka.
Lika hanya terdiam, tak ingin menambah keruh pemikiran Yama. Ia tahu ia tidak di posisi menyangkal
"You know...tadi gua khawatir banget karena gak bisa ngubungin elu, syukur lu udah nyampe dengan selamat dan....buat kejutan pagi ini, gua milih percaya sama penjelasan elu okay" Yama menambah sedikit kekuatan dalam pelukannya pada Lika.
Mencerna kata-kata Yama barusan... Lika seakan tak percaya walau ia memang sangat berharap Yama mempercayainya.
Sekarang Lika tidak tahu apakah ia harus senang atau tenang atau malah semakin beban dengan kepercayaan Yama padanya.
******
"Lika ikutan nongkrong malam ini di cafe Okle yuk, lu gak pernah jalan sama gua selama liburan ini" pesan dari Sima masuk di handphone Lika
Lika membaca singkat pesan dari Sima, lalu berpikir "Kemarin gua udah janjian jalan sama Yama... tapi bener juga kata Sima, apa gua janjian sama Yama di sana aja ya?"
belum sempat membalas chat tadi, handphonenya berdering.
"Hello..." Lika menjawab panggilan dari Sima tersebut.
"Lika, lu lama bener balas chat gua... malam ini gua jemput di rumah ya... ok sip, see you" tanpa mendengarkan jawaban Lika, Sima sudah memutuskan sambungan telepon. seperti biasa, ia tidak ingin mendengarkan alasan Lika.
"Ehh?!" Lika menatap dilema layar handphonenya. Mau tidak mau akhirnya ia meminta Yama untuk datang langsung ke tempat yang di beritahu oleh Sima tadi agar setelah nongkrong mereka bisa lanjut jalan berdua.
Rencana berlangsung sesuai dengan perjanjian, tepat pukul 19.00 Sima sudah datang menjemput Lika dan berangkat lagi menuju tujuan sesungguhnya.
Pada awal tiba hanya Lika dan Sima di sini, namun beberapa saat kemudian teman kelas mereka satu persatu datang.
"loh ini nongkrong bareng sekelas toh?" Lika sedikit panik mengingat Yama akan datang tanpa tahu ini kumpulan sekelas dan bagaimana jika Nino juga datang?
"Lah lu gak tahu?" Rahmat mengaca pada handphone
Lika menggeleng, cepat ia menggapai handphone untuk menelpon Yama namun dari pintu masuk sudah terlihat dua sosok sama-sama tinggi berjalan bersamaan menuju tempat duduk mereka.
Yama dan Nino tampaknya bertemu di area parkir cafe dan masuk bersamaan walaupun ekspresi keduanya sangat bertolak belakang. Nino terlihat tenang dan manis dengan senyuman di wajahnya sementara Yama juga tetap terlihat menawan dengan ekspresi dingin di wajahnya.
"Loh? Yama kok bisa sama Nino? tadi lu bilang lu mau ngedate apa pacar elu...kok malah kesini?" Rahmat yang beberapa waktu lalu menghubungi Yama merasa heran atas kedatangan Yama yang tidak di sangka "Lu pacaran sama Nino?" ucap Rahmat seenaknya
"Ya Allah, itu mulut sopan dikit nape!" Sima menabok mulut Rahmat "Hi Yama...hi Nino" Sima dengan ramah menyapa
"Hi..." sapa Nino langsung duduk di sebelah Lika
Yama tersenyum sebentar lalu juga duduk di sisi lain Lika. Ia menyentuh pundak Lika sedikit lalu duduk dengan tenang, namun Lika bisa merasakan aura ketegangan antara Yama dan Nino dan tidak mungkin Lika mengatasi keadaan ini di tengah kumpulan para teman kelas mereka yang tidak tahu menahu perihal kejadian yang terjadi diantara mereka bertiga.
Walau masalah sudah clear tapi namanya lelaki tampaknya memang sudah kodratnya ingin jadi pemenang.
"Lika tumben ikutan nongkrong?" suara Nino lembut bertanya
"Ha ha...iya...tadi gua di jemput paksa ama Sima jadi ya ikut aja sekali-kali" Lika menjawab pertanyaan Nino sambil melirik ke arah Yama yang berpura tak mendengar padahal telinganya sedang ia arahkan fokus kepada pembicaraan Lika dan Nino.
"Lu gak jalan sama pacar lu?" lagi dengan usil Nino bertanya, ia tahu bahwa tampaknya Yama dan Lika masih menyembunyikan hubungan mereka dari teman sekelas mereka ini.
"Hah? eh ha ha...gua pamit ke toilet bentar ya" Lika sengaja menghindari pertanyaan usil Nino.
Dengan cepat ia melangkah pergi, membawa tas kecilnya ia hanya berpura-pura ingin ke toilet padahal ia sekarang berpikiran untuk pulang saja tanpa memberitahu siapapun termasuk Yama.
Melihat gelagat panik Lika, Yama juga pamit ke toilet di ikuti Nino yang langsung berdiri mengikuti kemana Lika pergi.
Yang lain hanya melongo melihat ketergesaan ketiga orang ini.
"Ada apaan sih?" Leonardo menepuk pundak Sima
"Gak tahu juga gua...kok mereka kayak lagi ngejar diskonan gitu ya?" alis Sima berkerut heran.