Yama seketika menarik dirinya cepat dan menjauh dari tempat tidur Tyra.
"Tyra... lu gak boleh gini" Yama memperbaiki bajunya yang sempat terangkat oleh Tyra
"..." Tyra tidak bergerak setelah Yama menjauh, ia menatap Yama lalu pelan membaringkan dirinya sendiri, lalu menutup setengah badannya dengan selimut hangat.
Melihat Tyra yang tampaknya mulai menguasai akal sehatnya, Yama menghela nafas dan duduk di samping ranjang.
"Gua bakal di sini nemanin elu sampai keluarga elu datang jemput... gua kabarin Ade elu ya" Yama mengeluarkan handphone hendak menghubungi Yigit
lirih terdengar suara Tyra yang berbaring menyamping, menghadapi dinding
"Gua pengen sendirian dulu..." ucapnya pelan
Yama meletakkan handphone kembali, memutuskan tidak menghubungi siapa-siapa dulu. Yang ia ingin pastikan sekarang adalah Tyra aman.
Tanpa persetujuan dari Tyra, Yama memutuskan untuk stay di sini bersama Tyra dulu dan memberitahu temannya tentang masalah pribadi yang tiba-tiba hingga harus menginap di tempat lain.
"Lu juga boleh pergi Yama... gua sendirian dulu, sorry untuk yang tadi" kembali terdengar suara serak Tyra meminta Yama untuk pergi
"Gua gak akan pergi, lu istirahat... anggap aja gua gak ada di sini" balas Yama bertahan
kemudian hanya suara AC ruangan terdengar. perlahan terdengar suara nafas teratur Tyra yang tampaknya terlelap karena kelelahan.
Yama mengambil handphonenya dan mengecek panggilan masuk. Ada dari Lika!
segera Yama menjauh dari ranjang Tyra dan menelpon kembali Lika dan kali ini tidak ada jawaban dari Lika.
"Hi...udah nyampe ya? tadi gua lagi gak bisa terima telpon. have fun ya di sana....I miss you"
Yama mengirim pesan kepada Lika yang tidak menjawab telepon.
****
Pagi hari di paris tepatnya di kamar hotel Lika, Lika terbangun karena sinar matahari masuk melalui celah-celah gorden kamar.
Kepalanya terasa pening dan terasa kamar berputar-putar. Lika menutup kembali matanya untuk sekedar fokus dengan kejadian semalam dan di saat yang sama terasa hangat sebuah lengan memeluknya dari belakang.
"...!!" Tubuh Lika menegang, siapa ini pikirnya, ia sudah lupa kalau semalam ia habiskan dengan jalan-jalan dan berakhir dengan mabuk bersama Nino.
Perlahan Lika melepaskan pelukan ini dan melihat kearah laki-laki yang tidur seranjang dengannya ini.
"Nino?!" jerit Lika dalam hati, ia menutup mulutnya sendiri dan buru-buru memeriksa tubuhnya.
Huff.....syukurlah ia masih mengenakan pakaian walau hanya celana jeans-nya dan baju kaosnya yang juga ia pakai tadi malam.
TAPI...!
Kenapa Nino tidak mengenakan apapun?!
"No way!! gak mungkin kan gua "main" sama Nino?! tapi kenapa dia telanjang bulat?! no way! Lika kamu udah gila!" Lika perlahan menjauhkan dirinya dari Nino dan turun dari ranjang pelan-pelan.
Lika memeriksa jam dinding, sudah menunjukkan pukul 10 dan tour hari ini akan pindah ke kota lainnya. rombongan di minta berkumpul jam 12 di lobby
Masih dengan perasaan stress, Lika mengemasi barang-barangnya dengan pelan tak ingin membangunkan Nino walau pada akhirnya sosok yang di ranjang bergerak juga.
Lika yang sedang melipat baju untuk di masukkan kedalam koper seketika terhenti.
"Good morning..." suara serak nge-bass Nino menyapa Lika yang mematung
Tak berani menatap kearah Nino, Lika ingin bersikap santai namun ia juga ingin tahu apa yang terjadi tadi malam, yang pasti aku gak making out sama Nino, itu pikirnya.
"Lagi beres-beres?" Nino duduk bersandar di kepala ranjang, masih memperhatikan Lika yang masih mematung tak menoleh kearah-nya. Nino tahu ia telanjang bulat dan ini karena tadi malam.
"Wait...boleh gak lu pakai pakaian dulu?" pinta Lika
"Well...kalau ada pakaian lu yang muat boleh deh" jawab Nino membuat Lika bingung
"Maksud lu?" Lika tidak mengerti, ia menoleh kearah Nino dan mencari-cari di dalam ruangan keberadaan pakaian Nino, tidak tampak.
"Tadi malam lu paksa gua buka pakaian gua buat nari telanjang, terus lu buang pakaian gua keluar jendela" Bahkan jawaban Nino kali ini pun membuat Lika menganga
"WHAT?! gua minta elu nari telanjang?" mata Lika terbelalak
"Trust me... lu bukan elu tadi malam, gua gak tahu kalau lu mabuk bisa kayak jadi gitu" Nino mengingat kejadian semalam setelah ia memutuskan untuk duduk di samping ranjang Lika dan Lika terbangun karena haus, lalu tiba-tiba dengan ganas menyerang Nino untuk melepaskan bajunya, meminta Nino untuk mencari dalam keadaan telanjang dan dengan bahagianya ia melempar baju Nino keluar jendela.
"...." Lika terdiam, malu pada dirinya sendiri
" lu gak boong kan?" Lika mencoba menyelamatkan dirinya dari rasa malu
"Kenapa gua mesti boong? gua harus balik ke hotel gua jam 11 untuk rehearsal... untuk apa gua nyusahin diri gua sendiri? anyway ada baju elu yg gedean gak? gua pinjam" Nino hendak turun dari ranjang, Lika dengan cepat berbalik badan tak ingin melihat tubuh telanjang bulat Nino
"Jam 11..?! bentar lagi dong! Wait gua cariin yang muat" buru-buru Lika melihat lihat bajunya dan ada sebuah kaos pink besar yang biasanya ia pakai untuk tidur, dan celana training abu-abu
"Pakai ini gak apa-apa kan? tapi gua gak ada celana dalam yang muat elu Nin" Lika menyodorkan baju tanpa menoleh
"Gak apa-apa, ini juga udah lumayan...baju gua di bawa juga udah di buang ke bak sampah kayaknya sama pegawai hotel" Nino mengambil baju dari Lika dan sebelum masuk kamar mandi ia berkata
"By the way...Tadi malam lu gak ingat udah ngeliat semua badan bentuk badan gua?"
"AAAGGGHHH! NINO!" Lika menutup telinganya tak ingin mendengarkan lebih jauh tentang kebodohannya semalam
"Ha ha ha!" suara tawa Nino terdengar setelah menutup pintu kamar mandi
Selesai berkemas, Lika menunggu Nino keluar sambil menginfokan ke mamanya melalui telpon antar kamar ia akan turun sebentar lagi.
Nino keluar dari kamar mandi, ia terlihat manis dengan baju pink dan training kependekan milik Lika. Syukur ada kaus kakinya yang agak panjang menyelamatkan fashion dadakan itu dan kini ia tetap terlihat fashionable
"Udah kelar? yuk turun" Nino dengan santai mengambil handphonenya dan tas kecilnya
"Wait up! tadi malam kita...." Lika terdengar ragu dan Nino tahu apa yang ingin ia tanyakan
"No we are not...kalau lu mau nanya apa kita having sex tadi malam, kita gak sejauh itu kok..." ceplos Nino lugas, ia tahu Lika adalah pacar Yama dan ia tak ingin membuat Lika merasa bersalah
"Really? huwaaahhhh leganya..." Lika menghela nafas sambil mengelus dadanya
"Ha ha ...iya gak having seg, tapi liat ini..." Nino membuka bajunya dan memperlihatkan bekas biru dan merah di leher dan badannya
"Itu apaan? No way!! itu bukan gua kan?" Lika kembali frustasi
"Yepp... they're yours, udah lupain aja...lagian lu ama gua juga mabuk, gak usah mikir aneh...buruan turun!" Nino menarik koper Lika saat keluar kamar dan Lika dengan gontai mengikuti, pikirannya sekarang adalah Yama
Duh...
*******
Sudah hampir seminggu Lika dan Yama tidak saling telpon. mereka hanya berkomunikasi melalui chat karena jadwal tour melelahkan dan juga Yama tidak terlalu ingin menganggu liburan Lika.
hari ini Lika menghubungi Yama
"Hallo...Yama?" Lika menelpon ke nomor Yama
"Hallo..." Yang menjawab telpon Lika adalah suara seorang wanita
"Oh...ini handphone Yama kan? wait...ini bener nomor Yama kok...Boleh saya bicara dengan Yama?" Suara Lika dari seberang sana
"Yama...dia lagi tidur" jawab suara ini pendek dan lesu
"Huh? Ah okay...boleh tahu ini dengan siapa?" Lika penasaran
Belum sempat ada jawaban dari wanita tadi, sambungan telpon terputus, sekali lagi Lika mencoba menghubungi namun tak aktif sekarang nomor Yama.
Hati Lika berdebar-debar, entah karena marah atau kesal atau penasaran. Kenapa seorang wanita yang menjawab telponnya dan Yama sedang tidur katanya? mereka tidur bareng? gak mungkin Yama ngelakuin itu, pasti ada alasannya.