Chereads / Dari Samping Yama / Chapter 28 - Pelukan Nino

Chapter 28 - Pelukan Nino

Jadwal pesawat yang transit di Istanbul memberikan waktu untuk penumpang menunggu sekitar tujuh jam.

"Lika mau kopi?" Nino menawarkan membeli kopi untuk Lika saat ia akan pergi membeli di coffee shop bandara

"Mau...eh tunggu gua ikut aja sekalian mau beli yang lain juga" Lika meninggalkan ruang tunggu dan ikut serta dengan Nino

Pergi berdua menuju coffee shop, Lika yang berjalan di depan Nino tidak sadar betapa bahagia pandangan Nino menatapnya dari belakang.

Seandainya saja Lika bukan pacar Yama, Nino pasti sudah mencoba di segala kesempatan yang telah banyak ia dapatkan untuk membuat Lika menjadi pacarnya.

Gerak gerik Nino saat bersama dengan Lika sepanjang mereka bersama terlihat jelas sekali bahwa ia menjaga dan selalu sigap saat Lika membutuhkan sesuatu. Bahkan orang yang lewat pun akan mengira bahwa mereka sepasang kekasih dari baiknya Nino menjaga dan tetap berdiri di belakang Lika saat memesan dan membeli beberapa barang di mini mart bandara namun tidak terlihat begitu bagi Lika yang tidak peka pada perlakuan Nino.

" Lapar gak? makan yuk" Lika memegang perutnya lagi, padahal ia baru beberapa waktu yang lalu melahap habis makanannya di pesawat

"Lu lapar? ya udah yuk makan dulu" Nino melirik jam tangannya, masih banyak waktu tersisa sebelum penerbangan lanjut ke Jakarta

"Okay yuk..." Lika menarik koper kecilnya dan dengan alami menarik tangan Nino

Gaspp!

Nafas Nino tertahan saat Lika mengandeng tangannya, cepat-cepat ia kendalikan dirinya dan santai mengikuti langkah Lika.

Masuk ke dalam sebuah restoran ala jepang, Mereka memesan dengan cepat dan mendapati tempat duduk nyaman di dekat sudut ruangan yang bernuansa jepang ini.

"Gimana kemarin fashion show lu? lancar?" sembari meletakkan tasnya dan membuka jaketnya, Lika bertanya santai

"Huh? hahaha..." tiba-tiba Nino terbahak

"Eh?! lu kenapa?" Lika heran dengan tawa tiba-tiba ini

"Eh lu hampir bikin gua di amuk agensi gua tau...gua yang muncul hanya beberapa jam sebelum acara di mulai bikin manager gua di telpon sama pihak panitia ha ha ha....gua kena omel sih tapi emang gua yang salah jadi ya terima aja...." Nino juga membuka jaketnya dan menaruh di kursi kosong sebelahnya

"WHAT?! YA AMPUN... maaf banget ya Nin, itu semua gara-gara gua" raut wajah Lika berubah sedih

"Hei... nyantai aja, semua aman kok ampe kelar acara malah gua dapat tawaran lagi tapi ini dari brand lokal yang kebetulan liat gua di acara kemarin...hei...gak usah gitu mukanya" Nino menarik kedua pipi Lika gemas

"...." Lika kini hanya menatap Nino, ia ingin bertanya tentang bekas-bekas merah di badannya kemarin

"Kenapa sih? udah gua bilangin gak usah di pikirin...tar gak jadi makan loh" Nino tertawa melihat ekspresi Lika yang tampak masih memikirkan kejadian kemarin

"Terus gimana sama bekas merah-merah di badan lu itu? Huaaaah...!! I'm so sorry Nino..." Lika memegang tangan Nino erat, ia benar-benar merasa bersalah sekarang. Membayangkan tubuh seorang model dengan bekas gigitan dan full of hickey, wah Lika...kamu sangat hebat dalam mempersulit hidup orang lain.

"Gua bilang aja pacar gua mainnya ganas dan mereka cover it up pake make up, semua amannn...udah ah makan yuk" Nino tidak segera menarik tangannya dari pegangan Lika, ia mengelus tangan Lika dan melepaskannya.

"Hufff!" Lika menghembuskan nafas keras "Next time gua kayaknya gak boleh minum-minum lagi deh, bikin susah orang lain" alis Lika bertaut tanda kesal

waitress meletakkan makanan mereka di meja

"Thank you" Nino berterimakasih pada waitress "Udah ngomelnya...makan ya" Nino mengatur piring Lika mencoba menghentikan omelannya pada diri sendiri

Lika menopang dagunya dengan kedua tangannya terlihat sedikit bete, entahlah tapi rasa laparnya tadi berangsur hilang hanya karena moodnya berubah setelah tahu cerita fashion show Nino.

"Tu kan apa gua bilang!" Nino meletakkan sepotong sushi yang sudah siap ia masukan ke mulutnya karena melihat Lika

"Huh? Oh iya...iya gua makan. Santai dong Nin he he... orang-orang pada ngeliatin kita woi" Dengan kilat Lika mencomot sebuah sushi untuk mengalihkan perhatian pengunjung lain yang sempat kaget mendengar suara Nino yang mungkin akan keras.

Setelah makan masih ada banyak waktu dan iseng Lika mengajak Nino ikut tour kilat keliling yang memang bisa di ikuti orang ataupun penumpang manapun yang bosan menunggu penerbangan mereka selanjutnya.

"Yakin mau ikutan?" Nino membaca brosur yang berada di stand penyedia tour

"Yakin ajalah, lagian di sini nunggu ampe berapa jam pasti bikin bete deh...Lu ikut gak?" Lika melangkah kedalam untuk daftar seperti banyak penumpang lain yang juga ikut serta

"Gua gak niat tour sih, tapi buat nemanin elu boleh deh" Nino akhirnya ikut juga kedalam untuk daftar

Begitulah akhirnya mereka berdua berada di dalam tour kilat yang lumayan melelahkan. Walau tidak banyak yang bisa di lihat karena suasana malam, mereka tetap banyak sekali berfoto di setiap tempat yang di singgahi.

Penerbangan mereka berlanjut menuju ke Indonesia. Walau nomor seat-nya berada jauh dari Lika, Nino tetap duduk di samping Lika yang kali ini syukurnya juga tidak ada penumpang di sea tersebut.

"Capek?" Nino mengatur kakinya yang panjang untuk duduk lebih nyaman

"Lumayan capek... gua mau bobo ya" Lika juga mengatur posisi duduknya dengan nyaman, lalu menarik selimut yang sudah di sediakan.

"Good night..." Nino tersenyum manis dan juga menyiapkan diri untuk tidur, sekilas melirik kearah Lika yang sudah menutup matanya dan dengan nyaman di dalam selimutnya. Nino membuka galeri foto di smartphonenya, ada banyak sekali foto dari jalan-jalan mereka malam ini tersimpan di sana, sebagian besar adalah foto Lika yang ia ambil tanpa di sadari oleh Lika dan senyum Nino mengembang lagi bersama dengan rasa bahagia di dalam hatinya.

Hampir 3 jam tertidur,

Nino duluan terbangun saat pengumuman adanya cuaca buruk yang mungkin akan mempengaruhi penerbangan pesawat yang mereka tumpangi ini dan sesaat setelah pengumuman untuk bersiaga usai, mulai terasa sedikit demi sedikit guncangan kecil dari badan pesawat yang mulai memasuki zona cuaca yang sedang tidak bersahabat tersebut.

Para penumpang satu persatu terbangun dan terjaga dalam keadaan siaga sementara Lika masih terlelap lelah.

Demi keamanan Lika, Nino membangunkan Lika dengan menyentuh pundaknya

"Lika...Lika...bangun yuk" Nino tidak tahu harus mengucapkan apa agar Lika tidak terbangun dengan kaget

Kelopak mata Lika tampak sedikit terbuka mendengar panggilan dari Nino namun kemudian sebuah guncangan keras mendadak terjadi membuat Lika yang setengah sadar ini tersentak keras dari posisinya sedikit menyender

GRABB!!

"Aahh!!"

Pekikan dari beberapa penumpang dan juga Lika menggema di dalam pesawat.

Nino menarik tubuh Lika kedalam pelukannya, sekedar memberikan sokongan kekuatan fisik dan mental bagi Lika yang masih perlahan membangun kesadaran akan keadaan darurat yang sedang terjadi.

Tidak hanya sekali goncangan keras terjadi, sudah hampir sekitar tiga menit dan itu terasa sangat lama sekali bagi mereka semuanya.

Doa-doa terdengar dari para penumpang yang mulai panik karena turbulensi tak kunjung usai, suara dengungan lantunan doa kian keras dan histeris berbarengan guncangan badan pesawat yang mana di luar jendela pesawat juga terlihat kilatan menyambar di antara gelap gulita.

Lika mengintip dari balik pelukan erat Nino, ia melihat wajah para penumpang lain yang semuanya nampak sama, satu ekspresi...putus asa.

Nyali Lika juga ikut menciut melihat keadaan sekeliling, berusaha tegar ia menengok keatas ke wajah Nino

"It's gonna be okay... Tuhan pasti jaga, Lika doa juga ya" Nino masih mendekap Lika hangat di tengah tegangnya keadaan.

Nino adalah tipikal cowok dengan kepekaan tinggi untuk melindungi orang yang lebih lemah daripada dia di saat genting, ingat dia juga melakukan itu kepada Lika di Paris saat Lika di goda oleh seorang iseng.

Beberapa menit kemudian pesawat mulai terasa tenang dan pramugari sudah melepaskan safety belt untuk kembali bekerja dan penumpang mulai lega dan sebagian juga berterima kasih pada kapten pesawat dengan cara berteriak riang.

"Bang...gua boleh di lepas dah" Lika menengadah sekali lagi, Nino menunduk menatap mata Lika, bernafas lega lalu dengan alami mencium ubun-ubun Lika

"Padahal gua juga nervous banget tadi huffh... syukurlah sudah aman" Ia tidak terlihat canggung setelah secara alami mencium ubun-ubun Lika, hanya Lika saja yang agak terkejut atas perlakuan santai Nino.

"Nino!..." Lika menutup mulutnya yang terbuka dan matanya terbelalak sedikit, menatap nanar pada Nino.

"What?!" heran Nino melihat ekspresi Lika

"Did you just kiss my head?"

"Yeah what wrong with that? waktu lu telanjangin gua di hotel juga....gua gak pro..hmp!" Lika segera membekap mulut Nino dengan kedua tangannya supaya tidak melanjutkan kata-katanya

"Fine!!" Lika menarik tangannya kembali "Tapi jangan keras-keras juga kaliq Nin ngomongnya...gua malu"

"Hehe...my bad, janji dah gua gak pake alasan itu lagi buat yang aneh-aneh, I swear" Nino mengangkat dua jarinya berjanji