Tiba dengan selamat di bandara internasional Soekarno-Hatta Indonesia. Lika dan Nino keluar bersama dari pesawat dan menuju lokasi baggage claim.
"Lu di jemput?" Nino bertanya sambil tetap mengetik sesuatu di layar smartphone-nya
"Mm..." Lika ragu untuk menjawab karena ia tahu saat ini Yama sedang tidak di Jakarta dan di rumah juga tidak ada orang yang bisa datang menjemputnya
"Udah ikut gua aja, biar gua yang nganter ke rumah" Nino memotong jawaban ragu dari Lika
"Eh...? gak ngerepotin?" seingat Lika rumah Nino itu tidak berada di dekat daerah rumahnya walaupun Lika tidak tahu persis tapi dulu Simayati pernah absen lokasi rumah teman-teman kelas
"Gak lah... eh how about Yama? Yama gak jemput kan?" Nino menyimpan smartphone di tas kecilnya dan membantu Lika mengambil kopernya, sedetik berharap semoga tidak ada Yama datang menjemput agar dia masih punya sedikitnya beberapa jam lagi bersama Lika.
"Yama...lagi di luar kota jadi gak bisa jemput" jawab Lika di ikuti dusta, ia bahkan belum memberitahu Yama bahwa ia pulang ke Indonesia padahal Lika tahu jika ia memutuskan memberitahu Yama sejak keberangkatan dari Paris, bukan tidak mungkin Yama akan datang menjemputnya tapi bagaimana keadaan Tyra sekarang?
"Oh... okay fix lu ikut gua" Nino menyambut kopernya sendiri yang juga baru tiba di depannya, lalu menggiring koper mereka menuju lounge untuk kemudian keluar dari bandara.
Lika tidak bisa mengelak, lagipula apa salahnya di antar pulang oleh teman kelas.
Menunggu sekitar sepuluh menit dan mobil jemputan Nino datang.
"Hi pak..." senyum ramah Nino menyambut supir pribadi keluarga mereka sembari menunggu bagasi mobil di buka untuk meletakkan koper mereka
"Iya dek Nino, selamat datang...eh sama mbak ini ya dek?" pak supir melihat dua koper di angkat satu persatu oleh Nino
"Oh iya pak, kenalkan pak...teman kelas Nino, kebetulan ketemu di pesawat" menutup pintu bagasi mobil dan berdiri di samping Lika
"Hi pak, saya Lika"
"Wah namanya bagus...sudah selesai dek Nino?" pak supir bertanya karena tampaknya sudah tidak ada lagi yang di tunggu
"Udah pak... makasih ya" Nino memeluk pak supir
"Sama-sama dek...bapak langsung balik sama Roni ya" pak supir pamit dan berjalan kearah satu lagi mobil di belakang
"Loh bapaknya mau kemana?" Lika bingung
"Bapaknya datang berdua sama mas Roni yang juga kerja bantu mama di rumah" Nino membuka pintu mobil, mempersilahkan Lika masuk duluan
"Lah jadi bapaknya cuma ngantarin mobil kamu doang?" Lika masuk sambil bertanya heran
"Iya, okay... udah siap? yuk let's go!" Nino masuk mobil dan bersiap pergi meninggalkan bandara
"Kita makan dulu mau gak?" Lika merasa lapar lagi, mengingat di rumah pasti tidak ada makanan jadi ia sekalian saja makan di luar, lagipula ada Nino yang bisa menemaninya.
"Mau dong, Lu mau makan dimana?" Nino senang kini Lika tidak terlihat canggung ataupun sungkan.
"Yang dekat rumah gua aja boleh ya?" Lika ingat restoran enak berdekatan dengan lokasi rumahnya.
Menghabiskan hampir 2 jam, dari jalan, makan dan jalan pulang ke rumah Lika. Akhirnya mereka tiba di depan rumah Lika, Nino dengan sigap turun membuka bagasi mobilnya dan mengeluarkan koper dan barang Lika untuk di bawa masuk ke rumah.
"Thanks a lot atas bantuannya" Lika memperbaiki letak barang-barangnya agar lebih mudah di atur lagi nanti.
"You're welcome..." Nino tersenyum, ia melihat jam di dinding rumah Lika dan jarum jam sudah menunjukkan lewat dari tengah malam.
Jleb!!
Sekeliling seketika gelap gulita, tampak listrik sedang tidak bersahabat dengan kedatangan Lika dari jauh.
"Lahhh....mati lampu" Lika merogoh sakunya mendapati ponsel dan menyalakan blitz kamera untuk penerangan begitu pula dengan Nino yang melakukan hal yang sama.
"Wahh welcome back to Jakerdah!! ha ha ha..." Nino tergelak.
Ini bukan hal baru bagi penduduk Jakarta, kadang pemadaman listrik begini terjadi ketika ada masalah dan biasanya tidak terlalu lama akan kembali membaik lagi.
"Ha ha...tau aja ni listrik padam kalo gua baru balik" Lika menuju dapur mencari lilin, mungkin masih ada beberapa stok di lemari dapur.
Tidak terlalu lama mencari akhirnya Lika dapat lilin dan juga lampu cadangan yang biasa di gunakan papanya saat mati listrik seperti ini.
Kembali ke ruang tamu, Lika mendapati Nino tertidur di sofa dengan blitz handphone menyala di tangan kirinya.
Perlahan Lika mengambil ponsel dari tangan Nino, mematikan lalu menaruhnya di meja.
Lika juga mengambilkan selimut untuk Nino, kemudian ia juga merasa lelah dan tiduran di sofa tepat di seberang Nino tertidur.