Chereads / Dari Samping Yama / Chapter 25 - Kebetulan Yang Tidak Betul.

Chapter 25 - Kebetulan Yang Tidak Betul.

Tiba di hotel, tempat grup tour mama dan papanya berada. Lika segera menghubungkan smartphone ke WiFi hotel untuk mengabari Yama bahwa dia telah tiba dengan selamat di tujuan.

menekan nama Yama dari list kontak, panggilan terhubung namun tidak di angkat oleh Yama.

Sekali lagi menelpon, Lika hanya mendapatkan suara tersambung ke nomor Yama dan tidak di angkat juga.

"Mungkin lagi sibuk" pikir Lika, dengan cepat ia mengirim pesan melalui aplikasi chatting.

"Hi....gua udah nyampe dengan selamat"

Terkirim.

*******

Keesokan harinya, Lika sudah mengatur jadwal untuk ikut bersama grup tour orang tuanya dan malam ini mereka akan mengunjungi kawasan menara Eiffel yang juga banyak spot bagus untuk foto dan sekaligus untuk makan malam.

Berangkat dari hotel, ada sekitar lima belas orang yang berangkat termasuk Lika. Sebagian memilih untuk istirahat atau berjalan di daerah dekat hotel saja.

Tiba di tujuan ternyata banyak sekali tourist juga warga yang juga berkunjung atau sekedar menikmati suasana malam dari kawasan ini.

Lima belas orang dalam grup ini membuat rombongan agak susah jika terpisah, untungnya mereka punya nomor satu sama lain dan jika terpisah mereka akan menghubungi tour guide mereka yang juga orang Indonesia.

Setelah pengingat dari tour guide tentang jam berapa mereka akan berkumpul lagi di titik awal tepat pada jam 12 malam , sekarang masing-masing boleh melakukan apa yang mereka ingin lakukan seperti mengunjungi toko terdekat atau mungkin berpoto ria lagi.

Lika bersama mama papanya mengunjungi sebuah toko suvenir untuk melihat beberapa barang unik yang mungkin saja menarik untuk di beli atau sekedar oleh-oleh.

"Ma..... Lika cari toilet dulu ya"

"Eh? kok tiba-tiba? itu tanyain mbak yang punya toko aja" saran mamanya

Lika bergegas bertanya pada yang punya toko dan melangkah keluar dari toko

"Loh Lika..... mau kemana?" papanya melihat Lika hendak keluar

"Toilet di sini lagi rusak katanya, ada yang dekat toilet umum, di blok sebelah katanya, udah Lika sana aja.... jangan pergi! tungguin Lika balik!" ia berlari pergi

"Lah.....ma....anakmu lari nyari toilet" info papanya pada si mama yang masih sibuk melihat-lihat

"Eh pa tasnya sama aku loh....." Mama Lika baru sadar ia tahu di titipkan tas Lika saat ia hendak bertanya pada pemilik toko ini tadi.

"Katanya dekat sih, udah tungguin aja dah" papanya tenang melanjutkan melihat souvernir

******

Keluar dari toilet umum, Lika dengan tenang berjalan dan tersadar bahwa tadi ia berjalan sangat tergesa-gesa hingga tidak terasa jauhnya jarak dari toko tadi ke sini.

Kondisi di area ini masih sangat ramai dengan lalu lalang pengunjung, berjalan sekitar 3 menit, Lika mulai bingung tadi atau mana yang ia ambil saat datang.

"Hi.... need help?" seorang laki-laki besar dengan rambut gondrong dan berbaju cokelat menghampirinya, berjalan di sisinya

"Oh... no thanks, I'm fine" sebaik mungkin Lika berusaha untuk tidak terlihat gugup

"You sure? but you look confuse" katanya lagi

"No I'm okay" Lika mempercepat langkah kakinya namun orang ini juga ikut berjalan cepat

"Hey...girl... wanna have some fun tonight?" orang ini mulai tidak sopan

"Go have fun with yourself and don't talk to my girlfriend!" sebuah lengan panjang menarik Lika ke pelukannya

laki-laki tadi tampak terkejut dan dengan wajah merah padam menyingkir setelah melihat gadis yang ia coba goda ternyata mempunyai pacarnya bersamanya.

Lika menengok cepat melihat wajah laki-laki yang satu ini lagi

"Hi...." sapa pemuda ini tersenyum manis

"Nino?!" Lika seketika mengenali orang yang baru saja mengaku-aku sebagai pacarnya ini

"Gimana rasanya di goda orang Francis?" Nino tertawa, ia menurunkan tangannya dari pundak Lika

"Anjim lu! gua deg-degan tau" Lika menonjok pinggang Nino

"Aww!! udah gua tolongin malah dapat tonjokan" protes Nino

"Gua traktir kopi mau?" tawar Lika, tampilan Nino malam ini terlihat modis bagaikan model Paris fashion week

"boleh... tau gua gak liat lu bawa tas dompet handphone?" Nino menyadari dari tadi Lika hanya berjalan tanpa membawa apa pun

"Oalah... tadi aku titip tas sama mama" Lika Menepuk jidatnya keras lalu menengadah ke arah wajah Nino

"Udah gak apa-apa... gua yang traktir, jarang juga kan" Nino tertawa melihat ekspresi memelas Lika

Akhirnya mereka singgah di salah satu kafe dekat kawasan wisata ini dan juga tidak lupa menghubungi orang tua Lika melalui handphone Nino untuk memberitahu Lika sedang bersama temannya dan supaya mereka tidak khawatir akan dirinya.

"Jadi lu ke sini buat fashion show? serius?" Lika terkagum setelah tahu bahwa Nino ke Paris memang untuk fashion show

"Gua gak se-wow itu kali, cuma lagi beruntung aja" Nino merendah, duduk berhadapan dengan Lika di tempat yang romantis seperti ini tidak pernah sekalipun masuk ke dalam angan Nino yang memang menaruh perasaan pada Lika.

"Tapi keren banget bisa kepilih gitu.... gua juga pengen tapi apa daya... aku hanyalah kentang (buruk rupa/tidak menarik/tidak cantik)" Lika menyisip kopinya

"kentang? hahaha..." Nino tertawa, apapun yang di ucapkan Lika terdengar lucu baginya

"Senang banget kayaknya elu mah"

"Oops...sorry tapi pemilihan kata-kata elu emang ajib dah...eh anyway lu tahu alamat hotel lu nginap? atau namanya deh biar gua antarin balik...kesian kalau minta rombongan tour lu nungguin elu, udah hampir jam 12 ini" Nino melihat jam di lengannya

"Tau kok, well boleh juga tapi gua pinjam handphone lu lagi ya buat ngabarin mama papa aku" Lika setuju dengan ide Nino

Nongkrong mendadak Nino dan Lika menjadi lebih panjang setelah mengabari orang tuanya bahwa Nino yang akan mengantar Lika kembali ke hotel.

Di awali dengan main-main, mereka berkeliling sambil mencari bar dan berakhir dengan Lika yang menenggak dua gelas besar bir dan segelas champagne. Nino juga mengkonsumsi hal yang sama namun alkohol toleransi Nino lebih baik daripada Lika yang kini sudah harus di tuntun turun dari taxi dan menuju kamar hotelnya

Berdiri di depan pintu kamar hotel Lika, Nino yang memapah tubuh lunglai mabuk Lika mencoba bertanya

"Lika...kunci kamar lu ada sama mama lu kali ya? gua telpon mama ya" ia mengeluarkan handphone hendak membuat panggilan namun tangan Lika melambai lambai ke udara seperti mengusir nyamuk

"Kenapa Lika?" Nino terheran, kelakuan Lika selama ini tidak pernah ia lihat di sisi ini dan ini juga pengalaman pertama Nino melihat orang yang ia suka berada sangat dekat dengannya dalam keadaan kurang sadar.

"kunci gua dalam zaku...cenana gua ni...ha ha ha" Lika mengeluarkan card yang merupakan kunci hotel room-nya dari saku belakang celananya

"Sini biar gua buka..." Nino mengambil alih jadi dan menempelkan di sensor pintu.

Klik... pintu terbuka

Segara Nino membawa Lika ke arah ranjang dan Lika sendiri menghempaskan badannya ke ranjang, ia tertawa sendiri dalam mabuknya

Nino yang masih setengah sadar membantu Lika membuka sepatunya, lalu Nino ke toilet untuk mencuci wajahnya sendiri agar lebih segar karena ia juga harus balik ke hotelnya

saat sedang mencuci wajahnya, suara kaki Lika berlari masuk ke kamar mandi dimana juga ada Nino yang tak memakai baju atasan alias bertelanjang dada

"Buwekkkk.....Bwekk...." Lika sudah berjongkok menghadap ke closet, memuntahkan isi perutnya

Nino mengambil handuk kecil untuk menggelap dan juga dengan tangan satunya ia memegangi rambut Lika yang menjuntai. ikut jongkok dengan Lika, Nino meletakkan handuk di bahunya dan kini mulai memijat belakang leher Lika dengan pelan.

jika saja Lika adalah kekasih Nino atau jika saja mereka adalah seorang kekasih pasti pemandangan ini adalah pemandangan yang indah di lihat saat seorang laki-laki merawat kekasihnya dalam keadaan begini.

"Udah baikan?" lembut suara Nino bertanya

Lika mengangguk dan menyenderkan kepalanya di pinggir closet, tampak hampir tertidur. Nino membasahi handuk kecil tadi dan menyeka wajah leher dan rambut Lika untuk menghilangkan bau alkohol darinya. lalu kembali lagi menuntun Lika kembali ke ranjang.

Lika terbaring di ranjang dengan baju kaos putihnya, terlihat manis.

Nino duduk di samping ranjang sedang berdebat dengan dirinya sendiri, memutuskan apakah ia ingin menjadi seorang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan atau menjadi orang baik juga teman kelas yang baik bagi Lika.