"Tyra... lu gak apa-apa?" Yama mencoba menarik tangannya dari pegangan Tyra
membuka matanya perlahan, Tyra tersadar bahwa ia mencengkram lengan Yama semenjak tadi.
"Maaf...itu mimpi buruk" ucapnya terbata dengan cepat melepaskan tangannya
"It's okay...kita udah nyampe rumah lu" Yama turun membukakan pintu mobil untuk Tyra
"Thanks udah ngantarin gua, hati-hati di jalan" Tyra keluar dan berdiri dengan agak mundur sedikit menjauh dari mobil agar Yama bisa pergi
"Sama-sama... sampai jumpa lagi, selamat istirahat" Yama tersenyum
Tyra mengangguk
Lalu Yama melanjutkan perjalanan pulang sambil memikirkan kejadian tadi, entah mimpi apa yang datang kepada Tyra tapi pasti terasa sangat berat bagi Tyra yang harus menanggung rasa bersalah atas kejadian yang menimpa ia dan Tian.
Mungkin tidak sedikit orang di dunia ini yang pernah melalui apa yang Tyra lalui, hanya saja...Yama merasa ini sangat dekat dengannya karena ia termasuk dalam kejadian ini.
3 hari kemudian
Smartphone Yama berdering di pagi hari, jam 6 pagi
Sebuah panggilan masuk dari Tyra
"Halo...." setengah terbangun Yama menjawab
"Halo kak Yama...." suara adik perempuan Tian malah yang terdengar
"Oh hai... ini Yigit ya? ada apaan ni?" Yama penasaran
"Kak Yama bisa datang ke rumah sakit?" tanya Yigit
oh tidak pikir Yama.... ia langsung terpikir Tian dan apa yang telah terjadi ini? pikir Yama
"Is something happened?" Yama tidak ingin menimbun penasarannya
"Kak Tian kak...." Suara Yigit berubah dari stabil menjadi serak sengau dengan tangis tertahan
"....gua siap-siap kesana ya" tidak tahu hendak respon apa karena ia tidak tega mendengar tangis Yigit, yang bisa Yama katakan hanya sepatah kalimat itu saja
"Thanks kak..." sambungan terputus dan Yama bergegas bersiap ke rumah sakit dengan hati berdebar sedih terlebih lagi Yama harus mengabari Jordan tentang hal ini.
Tiba di rumah sakit, sudah banyak keluarga besar Tian dan orang tua Tyra juga berada di sana. Semua dalam keadaan berduka, Tyra tidak mau beranjak dari sisi Tian yang kini perlahan menjadi kaku di ranjangnya, Tyra tidak mau melepaskan tangan Tian dan ia terus-menerus menangis, matanya sudah sangat bengkak dan rambutnya kusut tak ia pedulikan, hanya mamanya yang mengikat rambutnya sambil mencoba menguatkannya.
Hingga proses pemakaman di lakukan, Yama terus berada dengan keluarga mereka untuk membantu.
Pulang dari pemakaman, Yama melihat kondisi Tyra yang terlihat sangat lelah dan tak bersemangat. Yama menghampiri mobil yang di tumpangi Tyra dan berpamitan pulang padanya
"Tyra...take care of yourself ya...banyakin istirahat dulu aja...gua pamit pulang ya" Yama memegang pundak Tyra
"Thanks Yam....thank you banget" suaranya pelan dan serak parau kehabisan suara karena menangis terlalu lama
*******
Seminggu kemudian
Yama bepergian ke puncak bersama teman basketnya untuk sekedar menghabiskan liburan dan juga menghilangkan penat selama ini.
menginap di hotel bintang lima mereka dapat kamar di lantai 7.
Malam harinya mereka hang out untuk makan dan akan melanjutkan minum sambil bersantai di cafe dekat dengan hotel
Saat menuju cafe, sekilas Yama seperti melihat seorang Tyra berjalan ke arah lift naik
"Heh? mustahil dia ada di sini" Yama mematung di belakang teman-temannya yang ada 7 orang
"Kenapa Yam?" Joni berpaling karena mengetahui Yama tak berjalan di sampingnya
"Enggak...gua kayak liat orang yang gua kenal...."eh bentaran deh, gua nyusul lu pada okay..." Yama berlari menuju lift namun sudah tertutup dan naik ke lantai paling atas
Yama mengeluarkan Smartphone dan menghubungi nomor Tyra.
Tersambung namun tidak di jawab lalu Yama juga menghubungi Yigit
"Halo kak Yama...kenapa kak?" terdengar Yigit agak bingung dengan telpon dari Yama
"Git....sorry banget ni gua nanya, but Tyra lagi di Jakarta gak ya?" Yama berterus terang saja dengan tujuan ia menelpon
"Eh ka....kak yama...kak Yama di kabarin kalo kak Tyra hilang ya?" jawaban Yigit malah membuat Yama bingung
"Tyra hilang? hilang gimana maksudnya?" Yama segera memencet tombol buka pada lift dan bergegas naik ke lantai paling atas hotel juga
"Udah 2 hari kak Tyra gak ada kabar kak...kita di sini pada nyariin dia. terakhir dia bilang pengen istirahat dan gak mau di ganggu dulu trus tiba-tiba gak angkat telpon dan balas chat,mobil dia juga gak ada di rumah. kita udah lapor ke polisi" Yigit menjelaskan panjang lebar
"Okay....Git thank infonya tar gua kabarin lagi ya" Yama segera menutup telpon dan bergegas keluar dari lift dan menuju rooftop Yang juga ada cafe makanan Italian.
Tidak ingin menunjukkan kepanikan, Yama berjalan sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari sosok yang tadi ia lihat sebelumnya.
Baju blouse dan celana panjang hitam, itu yang Yama cari di antara orang-orang ini. suasana cukup ramai dengan beberapa pengunjung yang juga sebagian besar adalah rombongan keluarga
Di sebuah sisi lebih dekat dengan pagar tepi gedung sisi yang sepi, berdiri sosok yang Yama cari
Entahlah....tapi perlahan sosok itu menaikan kakinya menginjak besi bawah pagar membuat setengah badannya melewati tinggi pagar....sangat berbahaya karena posisi mereka berada di atas gedung hotel dan jika terpleset sedikit saja bisa membuatnya kehilangan nyawa jika terjatuh dari ketinggian ini
"Tyraaaa!!" Yama berlari menggapai lengan sosok yang dari tadi di carinya
Benar ini Tyra dan ia hanya menatap Yama dengan pandangan kosong, seperti tak bernyawa. Tak juga ada emosi apapun terlihat di matanya, ia hanya diam dengan wajah pucat dan terlihat semakin kurus dari biasanya.
"Lu gak boleh gini Tyr....banyak yang nyariin elu, banyak yang sayang sama elu..." ucap Yama pelan tak ingin menyudutkan Tyra
Diam tak bergeming, air mata Tyra mengalir dengan sendirinya, ia menunduk kepalanya menangis, perlahan menjadi-jadi membuat pengunjung menoleh kearah mereka dan cepat-cepat Yama hendak membawa Tyra ke meja kosong di dekat mereka untuk duduk namun saat melangkah, Tyra jatuh pingsan.
******
Tyra terbangun di kamar hotel tempat ia menginap dan merasakan ia menggenggam erat tangan seseorang.
Orang ini adalah Yama, yang tadi mendapatkan Tyra sebelum ia akan melompat dari atap gedung.
Di dalam temaram lampu kamar, Tyra menatap wajah Yama yang kini tertidur pulas dengan posisi duduk di samping ranjang tempat Tyra berbaring. Wajah yang Tyra baru kenal setelah kejadian naas yang akhirnya merenggut nyawa tunangannya.
Mata Tyra terasa panas dan air matanya perlahan menetes lagi, perlahan tangan Tyra mengelus pipi Yama dan dengan begitu saja Tyra bergerak mendekatkan wajahnya pada Yama dan menciumnya di pipi.
Yama merasakan gerakan Tyra dan ia terbangun,sadar bahwa ia baru saja di cium oleh Tyra karena wajah Tyra sangat dekat dengan wajahnya sekarang, namun tidak ada keterkejutan di wajah Tyra malah air mata yang ada di wajahnya.
Yama yang hendak menjauh dan melepaskan tangan dari Tyra namun di tahan oleh Tyra yang melingkarkan kedua tangannya di tengkuk Yama. Posisi membungkuk membuat Yama tidak siap menjauh dengan tengkuk di tarik oleh Tyra, kini ciuman Tyra mendarat di bibir Yama dengan cepat.
"Tyra...jangan gini Tyr..." Yama menarik agak kasar kedua tangan Tyra untuk melepaskan diri
Tidak peduli kata-kata Yama, Tyra memeluk tubuh atletis Yama kali ini dan lagi melingkarkan tangannya di leher Yama seraya menariknya untuk jatuh ke ranjang, pergerakan tiba-tiba membuat semua terasa cepat dan tangan Tyra yang seperti tak sadarkan diri ini sudah berada di dalam baju kaos putih Yama.