warning R21+
*please maafkan gua atas efek yang terasa pada kalian*
****
Keduanya sama-sama terkejut tampaknya, mereka sama-sama terdiam di tempat berdiri masing-masing.
Gerakan pintu lift hendak menutup menyadarkan mereka. Yama cepat-cepat keluar dari lift dan berdiri tepat di depan Lika.
"Kok lu ada di sini?!" tanya Yama memegang tangan Lika
"Lu juga...kenapa ada di sini?" Lika tidak mau menjawab, ia bertanya balik pada Yama yang masih memandang padanya dengan tatapan heran.
"Lu sama siapa di sini?" satu lagi pertanyaan dari Yama walau pertanyaan awalnya belum di jawab Lika
"Lu sendiri sama siapa ke sini?" tanya Lika kembali.
percakapan mereka adalah semuanya pertanyaan tidak ada bagian yang mau menjawab pertanyaan.
"Gua sendirian" Akhirnya Yama mengalah dan menjawab juga
Tingg!!! lift terbuka lagi dan seorang gadis muda di dalam lift menatap heran pada Yama dan Lika yang posisi berdiri mereka tidak terlalu jauh dari pintu lift
"Yama? kamar nomor berapa?" tanya si gadis muda ini
"....!!!!" Lika menengadah menatap ke dalam mata Yama seakan bilang Yama baru saja bohong berkata dia sendirian.
Lika cepat-cepat melepaskan pegangan tangan Yama dan masuk ke dalam lift tanpa bicara, dalam hati Lika sekarang adalah bagaimana caranya bisa pergi secepatnya.
"Lika.....wait...!" Yama juga berlari mengikuti Lika masuk ke dalam lift
Lika keluar lagi dari lift begitu juga dengan Yama. mereka seperti sedang bermain-main dan si gadis tadi hanya melihat mereka yang terlihat aneh.
"Yama!! lagi ngapain sih?" akhirnya si gadis bertanya pada Yama yang tangannya menahan Lika dari pergi lagi.
"Flora cari sendiri kamarnya ya....gua urusan dulu okay. bye...." Yama menarik tangan Lika ke salah satu kamar yang berada di lantai yang sama dengan kamar Lika. ia mengeluarkan kartu dari sakunya untuk membuka pintu kamar yang merupakan kamar yang sudah ia booking, Yama melakukan itu semua tanpa melepaskan tangan Lika.
Gadis bernama Flora hanya mengangkat bahu melihat kelakuan sepupunya yang sepertinya sedang bermasalah dengan pacarnya. Ia berbalik badan dan pergi mencari kamarnya sendiri.
Di kamar nomor 107, Yama baru saja menarik Lika masuk dan menutup pintu dengan santai.
"Lu kenapa sih suka banget mau pergi-pergi gitu aja dari gua setiap ketemu ada cewek yang kenal gua?" Yama menaruh koper kecilnya di dekat ranjang dan duduk, sementara itu Lika yang tidak di lepaskan tangannya oleh Yama di tarik untuk berdiri di antara kedua kaki Yama.
"You said you're alone" Lika membela diri, memang benar tadi Yama bilang dia sendirian tapi kemunculan gadis itu membuat Lika sedikit kecewa pada ucapan Yama
"Yes I am...." Jawab Yama, sebelum ia sempat menjelaskan lebih panjang, ekspresi Lika sudah dengan tatapan merenggut sekarang
" Cewek tadi itu sepupu gua.... gua datang dari Jakarta sendirian dan janjian ketemuan di sini karena bakal ada acara keluarga" jelas Yama lagi
"...."
Lika hanya menatap mata Yama tajam dari berdirinya, posisi Yama yang duduk membuat pandangan Lika menunduk agak kebawa untuk melihat ke mata Yama.
"Tu kannnn.....ngambek lagi..." Yama memegang kedua tangan Lika sekarang, menarik lagi Lika lebih maju mendekat padanya dan Yama harus melebarkan membuka kakinya untuk Lika maju.
"Okay...terus ke Bali gak pake bilang, padahal tadi lagi telponan sama gua" Lika berhenti membuat ekspresi kesal, ia mengangkat alisnya dan mendongkak wajahnya sementara matanya tetap melihat Yama.
"Itu pertanyaan buat siapa? ini siapa ini yang lagi berdiri di depan gua ini!, sejak kapan orang ini berangkat gak kabarin gua juga!" Yama pura-pura kesal juga karena mereka memang sama-sama tidak memberitahu keberadaan mereka.
" Gua kan di suruh mama, bukan kemauan sendiri buat datang ke Bali... berangkat juga dadakan tadi sore" Lika menghela nafas panjang
"Oh? jadi ini bukan lagi liburan?" Yama merasakan hangat tangan Lika dalam genggamannya
"Di minta mama datang gantiin karna mama sama papa pas berangkat" Lika mundur satu langkah hendak duduk di sebelah Yama
Geeppp!!!
Yama malah mengejut menarik tangan Lika ke arahnya yang membaringkan diri di ranjang dan Lika berada tepat di atas tubuhnya.
Nafas Lika tersendat dan ia merasakan pipinya merona karena tarikan Yama yang tiba-tiba. Tidak bergerak, Lika membiarkan Yama memeluk tubuhnya erat.
"kangen...." hanya itu kata yang keluar dari mulut Yama. Lika sudah terbiasa tidak menjawab atau merespon kata seperti itu dari Yama jadi ia hanya diam dan memeluk balik tubuh Yama.
Sretttt!!!!!
Yama membalik posisi mereka dengan cepat, ia sekarang berada di atas tubuh Lika, mengangkangi tubuh Lika yang masih lengkap dengan sandal dan tas yang masih menyilang di badannya.
Dada Yama naik turun cepat, tatapannya hanya pada manik mata Lika yang berwarna coklat.
Lika hanya menatapnya sambil berpikir apa yang sedang di pikirkan Yama, Lika tidak tahu bahwa Yama sedang berusaha menekan rasa dalam dadanya yang serasa akan meledak karena rindu pada Lika dan juga rasa ingin "memakan" Lika sekarang ini.
Detik Yama berhasil mengatur nafasnya kembali stabil, dan ia sudah hendak merubah posisinya yang sekarang untuk berbaring saja di samping Lika.
Hanya saja tangan Lika menarik tengkuk Yama sehingga ia kembali ke posisi dimana ia berada di atas Lika, menopang agar tidak jatuh menindih Lika yang di bawahnya tangan Yama dengan kuat menahan.
merasakan Yama tidak turun ke arahnya, Lika melingkarkan tangannya di leher Yama dan menarik tubuhnya sendiri untuk naik dan mencium bibir merona Yama.
"Hmp...mmhh...." Yama yang tadi sudah bisa mengontrol dirinya kini tidak menahan diri lagi. Lika bergelantungan di lehernya sambil menciumnya, Yama berhenti menopang tubuhnya dengan kedua tangan, berat badan Yama menindih tubuh Lika yang lebih kecil daripada dia membuat nafas Lika terdengar susah tapi Yama merasa senang melihat Lika kepayahan bernafas dengan bibir mereka tetap saling mengulum lidah mereka.
"Yama....beratt" ucap Lika di sela-sela ciuman dan gigitan di bibirnya
Yama berpindah dari atas Lika ke samping Lika namun tangannya tetap tidak melepaskan pelukan di pinggang kecil Lika, perlahan tangan Yama masuk menyusup ke dalam baju kaos Lika.
Dinginnya suhu dalam kamar membuat jemari Yama dingin dan saat tersentuh di tubuh Lika bagaikan es dingin menyentuh kulit pinggang dan perut Lika.
"Aahh....." desahan Lika tidak pernah gagal membuat nafsu Yama semakin tak tertahan, mata Lika terpejam saat jemari Yama meraba punggung juga.
"You like it?" Yama melepas tas selempang Lika dan menaruhnya di meja kecil samping ranjang. kembali menjilat leher dan belakang telinga Lika membuat Lika menegangkan kakinya oleh sengatan aliran birahi yang naik oleh jilatan basah Yama di area telinga dan tengkuknya.
Yama membuka bajunya memperlihatkan otot perut yang kotak-kotak dan pinggang yang ramping dan kokoh.
Yama mengangkat Lika untuk duduk melingkarkan kakinya di pinggang Yama, posisi keduanya berhadapan, bagian vital mereka bertemu dengan posisi duduk demikian.
Yama menggosokkan pangkal pahanya ke Lika yang masih mengenakan celana lengkap dengan baju. Lumatan bibir mereka terdengar kerasa saat mengecap bibir dan lidah satu sama lainnya.
Yama berhenti untuk bernafas, ia melihat Lika masih dengan mata terpejam memeluk erat leher Yama.
"Mau buka gak?" tanya Yama melihat pakaian Lika masih lengkap sementara ia sudah telanjang dada
Tak ada jawaban namun kemudian dengan pelan, Lika membuka bajunya menyisakan bra dan celana pendek saja.
Yama menahan nafas saat melihat payudara Lika masih terbungkus bra hitamnya. Yama tidak langsung menerkam Lika, ia hanya menatap ke mata Lika... ingin rasanya Yama menyerah saja, ia tidak sanggup membiarkan Lika menerima terkaman ganasnya
"Lu boleh lakuin apa aja yang lu suka ke gua, okay...gua bakal nerima apapun yang lu suka malam ini" Yama berbisik di telinga Lika
"huh?.... maksud lu?" Lika tidak tanggap maksud Yama
Bingung menjelaskan maksudnya, Yama mendorong tubuh Lika hingga terbaring lagi di ranjang. menindih lagi setanah tubuh Lika, kini tidak seperti tadi, gerakan Yama kali ini lebih ganas dan gigitan Yama pada tubuh Lika terasa lebih kuat bahkan sangat kuat
"Aaakkhhh....Yam...Yama...Aahhh itu sakit" ucap Lika di sela desahannya, rasa itu sakit namun juga geli
tidak berhenti oleh kata-kata Lika, Yama malah membungkam mulut Lika dengan tangannya dan mulai menjilat dan menggigit puting Lika, Yama tidak membiarkan payudara yang satunya menganggur, jari Yama memelintir puting Lika keras
"AAAHH.... Yama..... stop it...aaahhhh....YAMA!! ITU SAKIT!!" pekik Lika membuat Yama berhenti dan melepaskan Lika.
Yama terdiam dan duduk di samping Lika yang masih terbaring dan terkejut oleh tindakan Yama barusan. Lika bangkit dan duduk bersila di hadapan Yama
"Tadi itu apa?" tanya Lika pelan sambil memegang pipi Yama yang terlihat merasa bersalah
"Gua terlalu kangen, kadang gua gak bisa kontrol diri saat high banget...ngeliat elu kayak gini berasa beda banget feelnya dengan yang dulu di puncak, sekarang gua makin suka dan terbayang elu tiap malam...gua ke toilet aja dulu" Yama yang sudah tidak tahan dengan "Junior" nya yang memaksa keluar dari celana dalamnya, ia berniat mengeluarkannya di toilet saja
Tangan Yama di tahan oleh Lika dan tangannya membuka kancing celana Yama, "Junior" Yama hampir menyembul keluar dari bagian atas celana dalamnya. menarik celan dalam dan celana panjang Yama sekaligus, Lika turun untuk mengulum di bawah sana.
Gerakan pelan dan lembut Lika membantu Yama mengatur nafasnya yang sudah memburu dari tadi.
Lika mendorong Yama yang kini telanjang bulat untuk berbaring, Lika mengambil tas selempang-nya di meja tadi dan mengikat tangan Yama di atas kepala Yama.
Yama mengerti perlakuan Lika dan ia pasrah menerima apa yang akan di lakukan Lika padanya lagipula memang ini yang Yama inginkan daripada ia yang dengan ganas menyerang Lika dan mungkin saja menyakiti Lika.
Lika turun ke pangkal paha Yama, menatap sejenak "junior" keras dan panjang juga besar milik Yama, Lika menelan ludahnya sebelum menjilat ujung barang ini
"Aaahhh....Eeeumm.....mmmmhhh...." hanya desahan Yama terdengar sekarang, ia menggeliat kegelian saat sentuhan tangan Lika di putingnya terasa memelintir.
Lika melakukan pekerjaannya di bawah sana dengan sangat baik, ia mampu membuat Yama mencapai klimaks dan lemas. sejujurnya Yama masih sanggup untuk beberapa ronde namun ia tahu Lika mungkin tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya dan Lika sudah sangat bagus bisa melakukannya dengan baik malam ini.
Lika melepaskan ikatan tangan Yama, ia memeluk tubuh Yama dengan senyuman Yama juga memeluknya hangat
"Thank udah baik banget" Yama mengecup lama-lama bibir Lika yang nampak agak bengkak karna gerakan mengulum berulang-ulang dari tadi
"Sakit bibirnya? tadi mau muntah ya?" Yama merapikan rambut Lika yang berantakan dengan lembut
"uh uh" Lika mengangguk dan menyusupkan kepalanya ke dada bidang Yama.
"Maaf ya..." Yama ingat tadi ia mengigit tubuh Lika "Capek? masih mau jalan gak?" tanya Yama teringat tampilan Lika tadi siap pergi
"Lapar" jawab Lika masih memeluk manja pada Yama
"Gua mandi bentar ya...tar kita cari jalan sekalian makan" Yama mengecup kepala Lika dan menyingkirkan Lika pelan dari atas badannya.
Yama mengambil handuk untuk mandi sementara Lika hanya menarik selimut menutupi tubuhnya yang belum mengenakan baju.
Lika mendengar suara pintu kamar mandi tertutup, ia memejamkan mata berpikir mungkin ia akan menjawab pertanyaan Yama selama ini padanya untuk menjadi kekasihnya di sini, di Bali.
Lika tertidur kelelahan pada akhirnya.