"Lika.....Lika!!" Flora menangkap tubuh Lika yang hampir jatuh "Kita mesti ke rumah sakit sekarang" Flora menambahkan, kata-kata Flora membuat Lika menguatkan hati dan tubuhnya.
Pamitan dengan terburu, ia dan Flora menuju rumah sakit dimana Yama dan temannya berada.
Sepanjang jalan, Lika dan Flora hanya terdiam tidak ingin mengucapkan apapun yang mungkin membuat mereka bertambah cemas dan khawatir.
Flora tahu dari raut wajah Lika, Ia tampak pucat saat tadi hampir jatuh tapi sekarang terlihat kekhawatiran di wajahnya dan tangannya dengan kuat menggenggam tangan Flora yang bahkan baru ia kenal beberapa jam yang lalu. Terasa keringat dingin tangan Lika, flora memgusap belakang Lika dengan satu tangannya untuk menenangkan.
Tiba di rumah sakit tujuan mereka, kaki Lika seakan hilang kekuatan untuk melangkah berjalan masuk ke dalam. Flora membantu mengaitkan lengan mereka berdua dan berjalan tergesa-gesa ke meja informasi.
"Mbak maaf....pasien atas nama Yama berada dimana ya?" Flora yang buru-buru bertanya tanpa mengucapkan permisi karena panik
"Oh sebentar saya check dulu..." petugas di meja informasi mengetik beberapa kali untuk mengecek keberadaan nama pasien yang di cari
"Atas nama Yamashita masih di UGD, sebelah kanan saya lurus sedikit ada tulisan ruangan UGD nya"
"Okay... terima kasih mbak" Flora menarik lagi tangan Lika ke arah yang di maksud petugas tadi
mereka masuk terburu-buru kedalam ruangan bertuliskan UGD yang ternyata banyak lagi ruangan di dalamnya. satu persatu mereka menengok kedalam ruangan dan mencari sosok yang mereka kenal.
"Itu Yama!" Flora menunjuk ke dalam dan masuk
Degup jantung Lika tak beraturan lagi, ia bergegas menyusul Flora masuk ke dalam dan melihat Yama terbaring di ranjang dengan keadaan mata terpejam. tampak beberapa bekas luka yang telah di bersihkan di dahinya, tulang pipinya lebam biru.
"suster maaf.....gimana keadaan kakak saya?" Flora bertanya pada suster yang tampaknya sedang bertugas
"Lukanya sudah kita bersihkan dan masih menunggu keluarga untuk mengurus CT scan untuk mengetahui keadaan kepala setelah benturan, nanti boleh di urus langsung mbak, untuk sekarang pasien sedang tertidur" jelas susternya
"Oh....okay thanks a lot" Flora Akhirnya dengan tenang berbalik ke arah Yama terbaring dan Lika mematung di sampingnya.
"Lika....tadi susternya bilangin gua kalo ini Yama sedang tertidur dan nanti bakal di CT scan untuk mengetahui apakah benturan di kepalanya memiliki efek atau tidak" Flora mengusap bahu Lika
Lika yang hanya mematung memandangi wajah Yama perlahan menunduk, memegang tangan Yama yang juga tampak luka goresan membuat hati Lika semakin pilu.
Lika menempelkan wajahnya di dada Yama yang bergerak naik turun dengan tenang. mendengar suara detak jantung Yama dan hangatnya tangannya dalam genggaman menghasilkan air mata di pelupuk mata Lika, tak bersuara.....Lika hanya diam di dada Yama dengan berurai air mata. mengusap pelan tangan Yama yang hangat seakan ingin memberitahu bahwa ada dia di samping Yama dan syukur di hatinya melihat Yama yang walau terluka tetapi masih berada di sini dengan selamat.
"Syukurlah dia gak kenapa-napa....mudahan tidak ada yang serius dengan benturan kepalanya, lu stay sini ya...gua mau ketemu dokternya dulu" Flora menepuk pundak Lika beberapa kali sebelum pergi
tidak lama setelah Flora pergi, 2 cowok masuk dan berdiri di samping ranjang Yama juga
"Oh sorry....hai... kita teman Yama yang juga tadi kecelakaan, gua Rei ini Jordan... kita teman SMA Yama dan kebetulan kerja di Bali" Rei menyapa sambil memperkenalkan diri
Lika mengangkat kepalanya dan kembali berdiri tegak, menghapus air mata dengan pelan, ia juga ingin memperkenalkan dirinya
"Nama gua.... Lika.... gua teman kelasnya Yama" terang Lika dengan mata sembab
"Dia pacar gua...." suara Yama serak terdengar walaupun ia sedang dalam keadaan mata terpejam, ia baru saja tersadar saat Lika menaruh kepala di dadanya
"Hei Yam....!!" Lika buru-buru memegang lagi tangannya Yama dan duduk
" anjir dude!!! lu nakutin kita tahu gak!" tinju Rei di bahu Yama
"Woilah....!!! orang sakit di gebuk..." sahut Yama mengaduh tersenyum membuka mata pelan
"Syukurlah lu masih ingat kita.... tadi kata dokter kepala lu kebentur lumayan keras" Jordan yang berbicara kali ini, wajah Rei dan Jordan tidak terlihat begitu senang dari tadi mereka masuk ruangan ini
Yama menggenggam jemari Lika yang kini duduk di sampingnya, ia melihat wajah Lika yang sembab dan Lika hanya menunduk menatap tangan Yama dan tangannya.
pelan-pelan Yama mencoba mengingat kejadian tadi lagi.
perjalanan pulang tadi Yama yang menyetir karena ingin agak cepat untuk menghadiri acara pernikahan Om Lukas. Berjalan dengan kecepatan sedikit laju, Yama tidak bisa menghindari sebuah mobil putih dari arah berlawanan, mobil itu tengah menyalip truk di depannya dan masuk ke jalur sebelah untuk pengguna jalan dari arah berlawanan yang juga adalah jalur yang di gunakan Yama dan temannya.
walau Yama sudah banting setir ke kiri tetap saja mobil putih dari depan sudah menabrak setengah badan mobil Yama dan temannya karena tampak tidak bisa menghentikan laju kendaraannya.
"Dude... gimana keadaan orang di mobil itu?" Yama akhirnya bertanya
hening....
Rei dan Jordan bertatapan hingga Rei buka suara
"Mereka kayaknya pasangan... cowok cewek, kita belum bisa nanyain lebih lanjut karena dua-duanya masih kritis" ujar Rei
kembali hening....
masing-masing larut dalam pikiran masing-masing. memikirkan keadaan dua orang itu kritis.
"Dude..... please check them out for me ya. semoga tidak terjadi apa-apa dengan mereka" Yama merasa prihatin, ia tahu ia bukan di pihak yang salah namun ia tetap saja khawatir akan keselamatan orang yang sudah menabrak mobil mereka tadi.
"Bro...elu tenang aja biar kita yang urus, kita saksi dan tahu kejadian sebenarnya so it'll fine, tadi gua sama Rei udah ketemu pihak rumah sakit dan mereka sudah menghubungi keluarga keduanya, ternyata mereka orang Jakarta juga"
"Really? so how? mereka gak ada keluarga di sini?" Yama merasa cemas lagi
"Don't know... semoga ada kenalan mereka yg bisa dtg ke sini" ucap Jordan lagi
Genggaman tangan Yama pada Lika terasa erat, dan Lika hanya memperhatikan ekspresi Yama yang tampak jelas khawatirnya.
Lika takjub pada Yama yang sedang dalam keadaan terluka namun masih khawatir pada orang yang yang bisa di katakan telah menyebabkan kecelakaan ini padanya. seindah ini jiwa Yama yang masih belum sepenuhnya Lika mengerti.
******
Rei dan Jordan pamit mengurus hal lain dan Flora kembali ke hotel mengambil baju Yama.
"Maaf ya....lu pasti shock banget ya?" Yama menyentuh wajah Lika yang masih duduk di sampingnya menemaninya setelah yang lain pergi.
Lika lagi-lagi tersenyum getir, beberapa jam yang lalu bahkan lututnya terasa tak mampu bergerak untuk berjalan. Di tanya langsung oleh orang yang membuatnya hampir pingsan terasa agak lucu untuk Lika namun juga sedih mendengar Yama meminta maaf padanya.
"Tadi gua di seret ke sini sama Flora....lutut gua nolak berjalan ha ha...." ia tertawa namun matanya merah menahan lagi tangisnya
"Sini...." Yama menarik pelan tangan Lika untuk membaringkan kepalanya di bahu Yama "Gua sempat mikir gak bakal ketemu lu lagi" bisik Yama
isak tangis Lika terdengar dan terasa di bahu Yama. sesenggukan ia menangis di sana, dan Yama membiarkan ia menumpahkan perasaannya di bahunya sambil membelai lembut rambut Lika.
Yang ada di pikiran Yama saat mobil mereka terhantam hanya wajah Lika yang mungkin tidak akan ia temui lagi dan juga wajah orang-orang yang ia cintai. walau dengan keadaan seperti ini, Yama benar-benar bersyukur masih bisa bertemu dan memeluk gadis yang dia kasihi ini.
"Gua takut lu kenapa-napa..." Suara sengau Lika berujar dalam belaian Yama, ingusnya menetes di baju pasien Yama, ia mengelapnya dengan baju itu juga.
"Thanks dear....I love you" Yama mencium kepala Lika, wangi tercium dari rambut Lika yang masih dalam keadaan tertata rapi untuk acara pernikahan tadi bahkan baju Lika saja masih gaun yang tadi.
beberapa jam kemudian Flora kembali membawakan baju ganti baik untuk Yama ataupun Lika.
Yama sudah di CT scan dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan dengan hasilnya namun masih tentang keadaan kedua pasien yang menabrak mereka, masih dalam kondisi kritis tanpa ada yang menemani mereka jikalau sesuatu terjadi pada mereka.
Malam harinya, Yama, Flora, Lika,Rei dan Jordan berkumpul untuk diskusi tentang kedua orang yang kritis tadi.
Mereka memutuskan untuk menjaga ataupun menemani setidaknya hingga keluarga mereka datang.
Rei dan Jordan tidak terluka separah Yama dan mereka menyarankan Yama untuk istirahat saja dulu dan tentu saja Yama menolaknya. Biar bagaimanapun ia juga terlibat dalam hal ini dan ia merasa punya bagian dalam bertanggung jawab atas keadaan kedua orang ini.
Rei dan Jordan selalu mengingatkan Yama bahwa ia tidak bersalah dalam kasus ini, hanya hati nurani Yama yang tidak tega membiarkan teman-temannya kesulitan dalam hal ini sendiri.
Akhirnya mereka berbagi tugas jaga di rumah sakit. saat yang lain keluar membeli makanan ataupun beberapa perlengkapan, ada dua atau tiga yang akan berjaga.
sesuai informasi yang mereka dapatkan dari pihak rumah sakit, kemungkinan keluarga mereka akan datang besok hari entah siang atau sore.
Hampir tengah malam, Yama masih dalam status pasien dan mamanya meminta Yama di pindah ke VIP supaya temannya juga bisa menemani dia di sana.
telpon di ruangan Yama berbunyi
"Iya halo...." Lika yang mengangkat telpon sementara Rei, Jordan dan Yama sudah tertidur. Flora masih belum tidur juga dan terlihat asik bermain di smartphone nya
"Oh....okay...tapi pasiennya sedang tidur...oh okay biar saya yang kesana" Lika meletakkan gagang telepon
"Napa Lika? tadi siapa yang nelpon?" Flora langsung bertanya karena ia melihat ekspresi bingung Lika
"Bagian admin rumah sakit.... keluarga pasien yang kritis berdua itu ada datang dan pengen ketemu dengan mereka....lu temanin gua temui mereka ya" Lika bersiap keluar di ikuti Flora di belakang nya.