Chereads / Dari Samping Yama / Chapter 21 - Keputusan yang Tulus part 2

Chapter 21 - Keputusan yang Tulus part 2

Lika awalnya agak ragu untuk menemui keluarga pasien yang dua orang itu namun ia rasa akan terlalu kasihan melihat Yama seorang yang tidak bersalah yang harus menemui keluarga korban lainnya seakan dia pelakunya padahal ia korban. Rei dan Jordan pasti juga sangat lelah kesana kemari hari ini jadi Lika dan Flora yang pergi menemui keluarga mereka.

Belum saja tiba di depan meja administrasi rumah sakit, sudah terdengar suara gaduh yang berasal dari keluarga pasien yang dua orang itu.

"Permisi mbak....kita yang dari pihak Yama" Lika menghampiri meja tanpa mempedulikan tatapan nanar dari satu orang lelaki paruh baya dan seorang wanita berpenampilan necis.

"Jadi Ini yang nabrak ponakan saya?!" Wanita necis tadi juga segera menghampiri meja administrasi setelah mendengar Lika berbicara tadi

"Harap tenang bu...ini rumah sakit bukan pasar, jika ibu mau silahkan duduk dulu supaya bisa di jelaskan perihal keadaan ini" jawab mbak yang bertugas jaga di meja administrasi

"Tenang?! ponakan saya kritis ya! mau tenang gimana saya?!" wanita ini menepuk-nepuk meja "Kalau terjadi sesuatu pada ponakan saya ataupun tunangannya siapa yang mau tanggung jawab?! mbak bisa tanggung jawab?!" serang ibu itu pada mbak administrator

"Maaf bu... bagaimana kalau pindah keluar supaya kita tidak menganggu pengunjung lainnya, nanti saya jelaskan perkaranya" ucap Lika sopan

Dengan masih bersungut-sungut wanita dan laki-laki itu keluar dan kini mereka berada di dekat parkiran.

"Tante....om... perkenalkan saya Lika dan ini Flora. kita punya teman ada di ruang pasien juga tante, om..." Lika sengaja tidak melanjutkan perkataannya

"Lah apa urusannya sama ponakan saya? kalian jangan main-main ya! orang kena musibah malah di bawa main-main " si ibu tampak mulai tak sabar

"Urusannya dengan ponakan Tante adalah.... teman-teman saya korban tabrak oleh ponakan om Tante, mobil yang di kendarai ponakan tante masuk jalur dari arah berlawanan saat hendak menyalip sebuah truk di depan mereka dan menabrak teman kita" jelas Lika sementara Flora dengan gondok berdiri di sebelah Lika, Flora terlihat lebih tidak sabaran di banding Lika

"Heh jangan ngomong sembarangan ya...emangnya kamu ada di tempat kejadian waktu itu kejadian? kalau enggak ya jangan seenaknya gitu nuduh" si ibu tidak terima penjelasan Lika

"Saya ada di tempat kejadian bu?" suara datang dari Jordan yang baru keluar dari arah pintu rumah sakit

"Siapa lagi kamu?! hei anak muda....kalian jangan main-main ya...ini masalah hidup orang lain, apa maksud kalian begini mengaku-aku kalau ponakan saya yang salah? kalian takut di bawa ke pihak berwajib? iya?" si ibu merasa di permainkan dengan kehadiran satu lagi orang yang mengaku kalau keponakannya yang bersalah dalam kasus ini

"Silahkan kalau tante mau lapor ke pihak berwajib....mobil kita ada camera nya yang bisa kita lihat sebagai bukti kalau bukan mobil kita yang melanggar peraturan" Jordan berdiri di samping Lika

ibu dan bapak tadi seketika terdiam

"Sebaiknya kita urus saja baik-baik dulu....jangan pakai emosi dulu" akhirnya si bapak bersuara setelah dari tadi hanya menyimak

"Kita juga maunya gitu om...teman saya masih ada 2 orang lagi di dalam, syukurnya keadaan kita lebih beruntung dari keponakan om dan tante...kita juga termasuk yang menjaga ponakan tante dari semalam karena khawatir dengan kondisi mereka" Jordan berujar lebih lanjut

Akhir dari pembicaraan mereka adalah menunggu dan berharap tidak ada hal buruk menimpa keduanya. untuk perbaikan mobil akan di tanggung oleh keluarga.

*******

"kok lu nekat sendirian gitu sih nemuin keluarga mereka?" Jordan bertanya pada Lika saat mereka kembali ke kamar Yama

"karena gua pikir lu pada pasti capek banget apalagi lu sama Rei yang udah dari kemarin bolak balik" jawab Lika jujur

"Thanks udah mikirin kita... anyway laper gak? kita cari makan yuk" Jordan menoleh ke Flora kali ini

"hah?! gua? eh boleh juga dah... gua juga lapar" Flora mengikut saja sementara Rei dan Lika akan stay di kamar saja menunggu Yama sambil beristirahat juga.

******

Pagi harinya, saat semuanya masih terlelap Jordan mendapat telpon dari seseorang dan ia segera keluar untuk menerima telpon tersebut.

Saat ia kembali ke kamar dimana Yama dan yang lain berada, ia tidak sadar bahwa sudah terbangun Yama di ranjangnya menatap heran pada Jordan yang tampak bingung saat masuk kembali ke kamar.

"Morning... telpon dari siapa pagi-pagi banget?" pertanyaan Yama mengagetkan Jordan

"Huh? eh...itu...dari...eh... keluarga,..." kalimat Jordan mengambang

Yama bisa melihat ekspresi Jordan terlihat seperti orang bingung bercampur kaget seakan ada yang ingin ia sembunyikan.

Yama turun dari ranjang dan menggandeng Jordan ke luar kamar agar yang lain tidak terbangun.

"Lu kenapa? jujur deh, gua tahu lu lagi nyembunyiin sesuatu kan?" Yama langsung pada intinya

"Enggak kok...gua gak gitu..." ekspresi Jordan sekarang semakin campur aduk antara bingung dan ragu

"Well... terus lu kenapa kaget pas liat gua di dalam? lu nyolong sesuatu?" Yama sengaja menyudutkan

"Enggaklah!...duhh gimana sih cara ngomongnya.... bentar gua bingung" Jordan menghela nafas lalu mengatur nafas baik-baik

"Lu apaan sih alay banget dah...buruan cerita...tar yang lain pada bangun nyari kita"

"Oke bentar.... jadi tadi yang nelpon gua itu keluarga orang yang nabrak kita kemarin, tadi malam kita ketemu sama mereka pas lu lagi tidur, kita tukaran kontak supaya gampang urusan ini itu nya...trus tadi mereka nelpon gua kalau keluarga si cowok keadaan masih koma dan keluarga dia mau minta dia di pindahkan ke rumah sakit di Jakarta aja biar fasilitas lebih bagus juga lebih dekat keluarga dia....." Jordan menarik nafas

"Lah iya...trus lu kenapa bingung?" Yama memicingkan mata menatap heran Jordan

"Kalo mereka balik ke Jakarta, Gua ama Rei gak bs ikutan buat urusan lagi di sana....kerjaan kita gak bisa di tinggal Yam, urusan di sini mungkin bisa kita tanganin tapi kalo untuk pantau perkembangan keadaan mereka mungkin kita bakal serahin ke elu Yam, gua tahu di sini kita bukan pihak yang bersalah tapi gua khawatir itu cowok kenapa-napa...mana mereka tunangan pula..duhhh pusing gua" Jordan menggaruk-garuk kepalanya walaupun tidak gatal

Yama mengangguk dan tersenyum...

"Lu ingat Mila ya?" Yama menepuk pundak Jordan

Seketika mata Jordan memerah dan tenggorokan kering tak bisa berkata-kata.

Mila....sosok kekasihnya yang sangat ia sayangi meninggal dalam kecelakaan beberapa tahun lalu di Jakarta, waktu itu Jordan hampir tidak bisa melanjutkan hidupnya lalu ia pindah ke Bali dan bekerja bersama Rei, menenggelamkan masa duka nya dengan bekerja dan hingga kini ingatan akan Mila masih membawa air mata padanya.

"Kedengaran klasik tapi gua beneren gak pengen ada yang ngalamin sedihnya gua Yam..." Jordan tertawa kecil sambil menghapus air mata dengan baju kaosnya

"Dude....lu cengeng banget tapi gua sayang sama elu...gua pasti ikutin perkembangan keadaan mereka tar di Jakarta, gua bakal kabarin lu berdua juga setiap perkembangannya...gak nyangka gua lu masih secengeng dulu ha ha ha..." Menguncang-guncang pundak Jordan hingga badannya bergoyang

"Gua bukan cengeng kali.... sensitif gua mah..he he" Jordan menepis tangan Yama

"iya iya....Sensitif" Yama tertawa sambil masuk di ikuti Jordan yang juga tersenyum.

Jordan percaya keadaan akan membaik dan tidak akan ada yang bersedih.