pagi hari jam 5.30
alarm seseorang berbunyi di kamar para cewek. itu alarm milik Simayati yang sengaja ia setel untuk membangunkan seisi rumah untuk senam pagi.
kenapa harus senam pagi? karena jika tidak ikut senam maka akan di angkut dari ranjang atau dari tidur langsung ke kamar mandi dan di siram. juga jika telat mereka harus mengurus bersihkan sampah sendirian sebelum balik Jakarta.
tahun lalu hanya Rio yang tidak ikut senam dan ia di siram satu ember besar air yang menyebabkan ia harus menyusul grup yang sudah pergi have fun di free time duluan karna harus menjemur ranjang basah, sebenarnya tergantung tempat tidurnya sih...kalau macam Bima dan Wahyu yang di depan tv ya harus di angkut ke kamar mandi dan di siram.
Dan Simayati tidak ingin itu terjadi padanya, sialnya bukan Sima yang bangun karena alarm malah Joanna yang bangun dan mematikan alarm.
Terlihat damai lagi tidur mereka ketika alarm di matikan oleh Joanna.
Namun beberapa menit kemudian Hani terperanjat bangun, ia melihat jam di handphone sudah 5.55 hanya lima menit saja lagi jika tidak ada di halaman akan langsung di datangi oleh mereka yang sudah siap di luar.
"Heh!!! woi senam woi!!!" Hani menepuk Sima di sampingnya dan juga Reni. mendengar kata senam saraf motorik mereka langsung memberi perintah untuk lari keluar, keadaan yang sama terlihat dari kamar cowok-cowok yang di rumah yang sama, seperti di hambur di camp tentara.
tepat jam 6.00 Yama meniup peluit tanda waktu habis.
"Liatin sekeliling lu siapa yang gak ada?!" instruksi Yama
para cowok menepuk-nepuk dada bangga karena berada tepat waktu di halaman. rambut mereka semua terlihat seperti sarang burung, kusut.
cewek-cewek memakai kacamata hitam untuk menutupi wajah belom make up ato cuci muka.
"okay....ada semua kan ya?" Yama berkeliling, dari tadi ia mencari sosok Lika tapi tidak kelihatan olehnya.
"Lika mana?" senggol Nino pada Sima
Sima tersentak "buset tu anak dimana?!" Sima panik, ia tidak mengingat melihat Lika di kamar tadi
"Yam... Lika gak ada!!" seru Jeno
seruan Jeno membuat semuanya berhenti bergerak dan
detik berikutnya mereka berlari ke rumah nomor dua, ada yang ke dapur mengambil air langsung dari bak mandi.
Yama masuk ke kamar para cewek tanpa bersuara, sudah ada yang lainnya di dalam kamar dengan air masing-masing di tangan, hanya Yama dan Nino dan para cewek yang tidak membawa air.
mereka berusaha tidak mengeluarkan suara supaya Lika tidak terbangun.
menjauhkan barang elektrik dari jangkauan siraman air.
ternyata Lika tidur di cela sempit samping ranjang dengan dinding kamar. ia terlihat pulas dalam tidurnya.
1....2....3.....!!!!!!!
Ssaaaaahhhhhh!!!!!!!!
mereka menguyur Lika.
"AAAAAAAAHHHHHH.....!!!" Lika terbangun kaget sambil berteriak histeris sambil meringkuk
tidak menghiraukan teriakan histeris kaget Lika, mereka terbahak bahak sampai berguling di lantai melihat ekspresi Lika.
Yama dari belakang merasa bersalah, pasti Lika tidak bangun karena kelelahan gara-gara tadi malam tidur larut tapi ia tetap tersenyum melihat Lika yang lucu.
"maafin kita ya.... maaf loh...." yang lain berduyun-duyun keluar dari kamar masih sambil tertawa.
"gua gak liat elu di situ Lika...gua gak bangunin jadinya...sorry" Sima mengulur handuk kering
"sana mandi sekalian ganti baju, dingin tu tar masuk angin" ucap Joanna juga keluar
"take your time.... aku tungguin kok" Nino tersenyum juga keluar kamar menyisakan Yama berdiri bersender di pintu
Yama berdiri di dekat pintu melihat Lika
"mau di bantuin bersihin bekas airnya?" tanya Yama
"kan aturannya gak boleh di bantuin, udah sana" Lika berjalan keluar kamar juga, tangan Lika sempatkan singgah sebentar di abs Yama yang bersandar di daun pintu.
serrr!!!
darah Yama naik ke kepala. ia merasakan sensasi menggelitik hanya dengan sedikit sentuhan dari Lika.
"geezzz...ni cewek bikin gua sakit kepala dah" Yama menenangkan "adiknya" yang hampir bangun karena sentuhan Lika.
*******
usai jam senam dan sarapan.
sekitar jam 10 seisi villa sudah berangkat mengisi free time masing-masing, mereka berpencar.
ada yang ke water play termasuk Yama. ada yang cari spot buat foto dan kemudian ada Jeno yang akhirnya memutuskan untuk ikutan Lika dan Nino yang pergi jalan kaki ke daerah asri sekeliling villa.
"Lika haus gak?" Nino bertanya pada Lika
"Iya mantap Nin....Lika aja lu tanyain, gua mah kentang" Ketus Jeno, untuk tipikal cowok pribumi, wajah Jeno sangat manis dengan bentuk wajah oval, hidung mancung dan bibir sedikit memble dan dia sering menyebut dirinya sendiri sexy.
"Jeno juga...mau minum gak?" Nino mengusap pipi Jeno, usil
"Ei..." protes Jeno sambil seperti hendak menendang
"Ampun bang jago.... bentar gua beliin ya" Nino berlari ke warung dekat tempat duduk mereka
"dari kemarin lu sama Nino barengan mulu gak sih?" tanya Jeno yang juga sempat melihat mereka buang sampah kemarin
"enggak juga kok, kebetulan aja" Lika memperbaiki tali sepatunya, benar juga pikirnya jika di pikir dari kemarin memang selalu ada Nino di dekat Lika.
"ni..." Nino kembali dengan minuman dingin di tangannya.
"lanjut yuk...sebelum panas banget" Jeno bangkit dan berjalan lagi.
**********
suara gaduh dari luar rumah, gelak tawa dari grup yang baru balik dari water play.
baru saja masuk rumah, Yama menanyai kepada Jeno yang tampak baru selesai mandi setelah tadi istirahat dulu setelah nyampe rumah.
"Tadi kemana aja jalan-jalan nya?" tanya Yama ikut duduk di sofa depan tv besar. ia merasa bersyukur tadi Jeno memutuskan untuk ikut Lika dan Nino jadi setidaknya ia bisa bertanya pada Jeno tadi ngapain aja
"sekitar sini doang, eh lu ngerasa Nino lagi deketin Lika gak sih?" tanya Jeno tanpa tau perasaan Yama yang tiba-tiba seperti ada jarum satu menusuk ulu hatinya
"gak ngerasa gua, kurang peka kali gua ...trus Nino mana?" Yama tidak melihat ada Nino di dalam rumah utama ini
"ke sebelah sama Lika tadi" jawab Jeno
"ohh...." Yama sok cool, dalam hatinya berasa gatal pengen ngomong ke Nino buat jauhin Lika tapi dirinya sendiri tidak punya status dengan Lika selain temanan.
Yama beranjak dari duduknya, ia menyiapkan barang buat balik ke Jakarta sama seperti yang lain juga lagi siap-siap balik.
sudah selesai siap-siap, Yama bermain games di smartphone sambil berbaring di ranjang tempat beberapa dari mereka sedang tidur setelah kelelahan berenang dan main di water play.
Nino masuk kamar sambil memegang pakaian yang juga akan ia masukan ke dalam tas untuk balik ke Jakarta.
"Nin.... handphone lu ni dari Lika" Rio memanggil dari ruang tengah
"oh okay thanks" Nino mengambil handphonenya ke ruang tengah sedangkan Yama menarik nafas panjang bersabar untuk hatinya setiap mendengar Lika dan juga berhubungan dengan Nino.
jam 5 semua sudah berangkat balik ke Jakarta. pulang dari puncak, banyak yang tidur kelelahan berbeda dengan awal keberangkatan yang ceria dan bersemangat.
tiba di depan kampus pada jam 7 malam, menurunkan barang-barang dan mulai pulang satu persatu.
ada juga yang menelpon taksi online untuk pulang bareng dari kampus.
"Lika pulang bareng siapa? aku ikut mobil Hani bareng Joanna dan Reni karena searah... Lika gimana ni?" Sima melihat Lika yang mencoba menelpon taksi online
"tar Lika bareng gua aja gak apa-apa" Yama berdiri di belakang Lika
"Oya...rumah kalian kan masih satu arah ya...okay kita duluan kalo gitu ya.....take care"
"Bye.... hati-hati di jalan" Lika balas melambai
"gua sana bentar ya... ini kunci mobil gua, lu masukin aja barang lu duluan" Yama masih mengurus dua lagi orang tersisa, Yama menawarkan tumpangan tapi mereka sudah telpon jemputan masing-masing.
jemputan mereka datang lima belas menit kemudian barulah Yama dan Lika masuk ke mobil Yama bersiap untuk pulang juga , hanya mereka yang tersisa
"seat beltnya" kata Yama
"Done" menaruh handphone di dash board mobil Yama, Lika meregangkan tubuhnya
"capek?"tanya Yama sambil menyalakan mobil
"mayan... kalian gimana water play nya? fun?" balik Lika bertanya
"mayan.... gimana jalan sama Nino nya? fun?" Yama sudah menahan diri untuk tidak mengucapkan hal-hal berhubungan dengan Nino tapi akhirnya keluar juga.
Lika otomatis menatap Yama, lama ia menatap Yama.
"Yam...." panggilnya pelan dan nada bicara Lika terdengar seperti akan menceramahi Yama atas pertanyaannya
"iya gua tau.... aku terdengar posesif banget kan barusan" Yama sadar diri dia belum siapa-siapa Lika, tangannya menggapai tuas perseneling bersiap jalan.
Lika memegang tangan kiri Yama yang tadi di tuas, lalu membawanya ke wajahnya dengan lembut Lika menaruh tangan Yama di pipinya
" Yam ngebayangin kalau entar hubungan kita ini bakal kemana dan perubahan apa saja yang akan terjadi pada kita, aku berasa coward banget" ucap Lika lembut, dingin pipi Lika bisa Yama takkan melalui kulit belakang telapak tangannya "gua gak sanggup liat Citra elu yang keren tiba-tiba harus jatuh di hadapan gua hanya karena hubungan yang bahkan mungkin tidak akan bertahan lama, gua suka Yama yang keren itu" lanjut Lika lagi
"Gua belom nyampe sana Lik..." Yama akhirnya menjalankan mobil "gua cuma pengen jalan aja,tapi Gua juga gak bisa maksa elu buat labelin hubungan kita..." Yama terdiam sebentar lalu melanjutkan kata-katanya "cuma lucu aja sih kalau gua jadi sensi dan kesel sendiri karena ngeliat dan tau cowok lain juga pengen dekatin elu ha ha " Yama mentertawakan dirinya sendiri yang tadi hampir selalu kesal pada Nino selama di puncak padahal Nino tidak tahu apa-apa.
"maafin aku ya.... coba sambil ngejalanin aja ya, apalah arti label dalam hubungan jika ternyata mereka hanya menciptakan batasan-batasan yang malah membuat kita sakit" Lika mendekap tangan Yama di dadanya dan menoleh ke kiri, ke luar jendela mobil.
terasa hangat tangan Yama di dekap oleh Lika.
kemudian Yama merasakan pegangan Lika mengendor, tidak ada suara dan dari pegangan nya Yama tahu Lika tertidur.
"ternyata dalam pribadi yang cuek, elu bisa jadi segini pemikir nya ya" senyum Yama sambil terus melaju.
********
"Lika...bangun yuk, udah nyampe" Yama mengelus kepala Lika lembut
"Hemm.....oooaaaammm" ia meregangkan tangannya sambil menguap
"Loh kok lampu rumah lu mati?" Yama melihat hanya lampu samping rumah yang menyala
"huh? oia.....mama sama papa aku belom pulang dari nikahan sepupu di luar kota... yuk masuk" Lika dengan santai mengajak Yama masuk rumah setelah parkir kendaraan di halaman yang hanya muat 2 mobil ini
"gua ke toilet ya" begitu pintu terbuka Yama minta di tunjukkan toilet
"ke belakang, liat kiri ada lorong masuk lorong dkit ada toilet sebelah kiri elu" Lika menutup pintu, ia ke dapur mengambilkan minuman air mineral untuk Yama dan dirinya sendiri.
beberapa menit kemudian, Yama muncul dengan rambut basah.
"eh what's happen to your hair?" Lika bangkit mengambil handuk ke dalam kamarnya "keringin dulu..... pakai ini" Lika melihat wajah Yama yang jadi lucu karena rambut basah.
"kenapa senyum-senyum gitu?" Yama tersenyum melihatnya
"lucu liat elu kayak puppy kalau rambut gitu....ni minum" Lika menyodorkan minuman pada Yama dan duduk bersama di sofa depan tv.
"ini Lu sendirian dong di rumah?" Yama meneguk minuman yang di tutupnya baru dia buka
"Hm" Lika mengangguk
"Errrrrrrrrr" Yama usil dengan ekspresi mengoda dan berubah dari puppy yang cute menjadi singa jantan siap kawin
"HAHAHAHAHAHA..." Lika tergelak jatuh ke lantai memegang perutnya yang sakit karna tertawa melihat perubahan kilat Yama
"Ya elah kok malah ketawa?" Yama ikut tertawa
setelah beberapa saat menenangkan tawanya, Lika ke berjalan ke kulkas dapur di ikuti Yama
"Gua capek tapi lapar..." membuka kulkas hanya untuk menutupnya lagi dengan lesu
"Gak mau pesan aja?" Yama memeluk Lika dari belakang, sama-sama hanya berbaju kaos , hawa hangat dari pelukan Yama bisa di rasakan di punggung Lika.
Dengan posisi di peluk seperti itu, Lika tetap berjalan dan mereka sekarang terlihat seperti pinguin berjalan.
"Pesan yang cepat dan yang dekat aja kali ya" Lika dengan cepat memesan makanan siap antar lewat aplikasi online, Yama meletakkan dagunya di di bahu Lika melihat apa yang Lika lakukan.
"Lik... walaupun lu nganggap gua keren, tetep aja wallpaper lu gak akan berubah dari wajah mereka ke wajah gua kan ya?" Yama menunjuk layar smartphone Lika yang terpampang wajah yang sangat familiar di mana-mana di media sosial ataupun tv, boyband yang sangat besar sekarang ini.
"Ha ha ha..... mereka ini tak akan tergantikan tak bisa di jangkau juga, sedangkan kamu ini adalah wujud nyata bisa di pegang...gak bisa di bandingin dong" Lika menaruh Smartphone di sofa dan berbalik memeluk Yama erat.
"Gua ngerasa miris dikit tapi juga syukur dikit" Yama lagi-lagi mengecup lama ubun-ubun Lika
"why?" Lika menjauhi badannya untuk menatap mata Yama dan tangannya masih di pinggang Yama
"Mirisnya karena lu ada gua yang nyata tapi juga punya mereka di hati elu. syukurnya elu gak bisa punya dan jangkau mereka"
"wow!!! you're so cool...!" mata Lika membesar excited, jarang banget ada yang bisa ngertiin para fangirl kayak gini kalau di tanah air
Yama tersenyum manis, ia memegang kedua sisi di bawa ketiak Lika dan mengangkat tubuh Lika dengan posisi Lika sekarang di gendong dengan kedua kaki melingkar di pinggang Yama, dengan pelan menciumi leher Lika sementara kedua tangannya tetap harus mengendong tubuh Lika.
Yama merasa tenang dengan Lika berada di pelukannya.
tangan Lika yang bebas memegang belakang kepala Yama di tengkuk, salah satu tempat yang sensitif untuk Yama dan Lika membalas ciuman Yama lembut di bibirnya.
Suara smartphone berdering
namun Lika tidak menghentikan ciuman lembut saling mengulum lidah satu sama lainnya, Yama melangkah mendekati smartphone supaya bisa melihat siapa yang menelpon
NINO ALFREDO
itu nama yang muncul di layar, tampaknya Nino menelpon Lika setelah tiba di rumah.
Yama melepaskan ciumannya pelan dan Lika tahu Yama sedang memberinya waktu untuk menerima telpon Nino, pegangan Yama pada bokong Lika mengendor, siap menurunkan Lika dari gendongannya tapi Lika malah mempererat tangannya di leher Yama, tidak mau turun.
"Loh...gak di angkat?" tanya Yama
"he eh" Lika mengeleng, ia tersipu malu pada dirinya sendiri tapi ia tahu Yama bisa tersakiti jika ia memutuskan menerima telpon itu.
Yama menatap Lika takjub....Yama merasa bahagia banget melihat Lika tetap melekat padanya dalam pelukannya.
"Kamar elu yang mana?" tanya Yama