Tring tring!
Suara pesan masuk ke handphone Yama saat sedang menikmati suasana kemenangan mereka melawan Fakultas Hukum dan berhasil membawa mereka masuk ke final. Saat ini mereka berada di sebuah warung makan yang nyaman untuk di jadikan tongkrongan dan suasana agak sepi di warung juga menjadikan keberadaan mereka tidak terlalu mengganggu.
Pesan dari nomor tidak di kenal berupa clip pendek, tidak merasa penasaran karena sering di chat nomor tak di kenal Yama enggan membuka file tersebut dan melanjutkan bersenang-senang dengan teman-temannya.
********
Malam minggu di sebuah pusat perbelanjaan, Lika di minta mamanya untuk menemaninya membeli beberapa barang keperluan rumah.
Selesai berbelanja, mamanya mengajak makan malam sekalian di restoran sea food kesukaan mamanya.
Lika memberitahu mamanya makanan yang dia inginkan lalu pergi ke toilet yang jaraknya agak jauh dari tempat mereka makan, walau masih tetap di dalam pusat perbelanjaan yang sama.
Lika kesana untuk buang air kecil dan entah kenapa saat ia akan keluar dari bilik kamar kecil itu terasa ada yang menahan pintunya dari luar.
Lika menarik lebih kuat dengan satu sentakan
Braakk!!!!!
Daun pintu terbanting ke dinding karena terlalu kencang di tarik oleh Lika. Berjalan pelan-pelan keluar Lika dengan herannya menatap tiga gadis sedang melotot ke arahnya. Tampak yang satunya menjaga pintu dari kedatangan orang lain.
"Bener yang ini orangnya?" tanya yang berpotongan rambut bob, tinggi langsing.
"Iya bener deh kayaknya..." jawab yang berdiri di sampingnya, rambut panjang dan tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 158 cm.
"Benar kamu yang namanya Lika?" tanya yang berbadan tinggi pada Lika
"Bukan, nama saya Wahyuni" Lika tidak tertarik dengan permainan anak-anak seperti ini, ia berjalan melewati yang dua orang namun di tarik bahunya oleh yang tinggi
"Mana buktinya nama kamu Wahyuni? kamu Lika kan? ngaku deh" yang tinggi hendak mengambil Tote bag Lika
"Apa urusan kalian kalau saya Lika? apa urusan kalian kalau saya bukan Lika? apa kalian ini semacam preman?" Lika menahan tas nya dengan kedua tangan.
"Anjir! pake ngelawan lagi...hei dengerin ya...kita di sini buat ngasih kamu pelajaran karna berani menduakan kak Yama!" yang di dekat pintu terlihat geram
Sedikitpun Lika tidak merasa takut, ia memang bukan anak olahraga profesional tapi di dari SMP hingga SMA dia pernah ikut karate hingga sabuk coklat dan setidaknya ia tahu bahwa ia masih sanggup melawan tiga orang ini.
"Menduakan Yama...ha ha...okay jadi kalian begini karena mau belain Yama? aku tidak mengerti apa yang maksudkan dengan menduakan Yama tapi sikap kalian ini sangat tidak baik...bayangkan kalau Yama tahu apa yang kalian lakukan ini" Lika berkata sambil merogoh ke dalam tasnya
"Hei...yang gak baik itu kamu ya bukan kita, jalan dengan dua cowok dalam satu hari...hah!! murahan sekali" yang agak pendek dan agak menor berbicara kali ini
"terserah kalian mau bilang apa...gua mau keluar" Lika menarik tasnya namun yang tinggi langsing tidak melepaskan hingga Lika harus berkata lagi
"Gua gak mau bikin gara-gara dengan kalian okay...." ia tersenyum dongkol
"Tapi kita mau ngasih pelajaran ke elu!!" Yang dandanan menor melayangkan tangan ke wajah Lika.
Karena tidak menyangka akan di pukul di wajahnya, Lika yang tidak siap dengan serangan mendadak gadis itu terpukul hingga wajahnya berpaling, belum sempat menegakkan kepalanya Lika merasakan tamparan sekaligus cakaran di pipinya.
Pedih dan mungkin berdarah karena kuku tajam si gadis tinggi, gadis yang di pintu tidak ikut menyerang Lika, di tahan oleh kewajibannya menjaga pintu.
Badan Lika terhuyung sedikit dan Tote bag nya lepas dari pegangan, kini berada di tangan gadis yang tinggi.
Lika menegakkan tubuhnya, memegang pipinya yang pedih ia melihat ada darah oleh luka cakaran.
"Okay....kalau kalian memang memaksa" Lika mengambil kuda-kuda untuk menyerang.
Kedua gadis berpandangan namun terlihat tidak takut pada gerakan kuda-kuda Lika, dengan membabi buta mereka ingin memukul lagi Lika namun kali ini Lika ingin memberi pelajaran pada mereka dan ia masih ingat cara mengunakan Zuki dan Geri dengan tepat pada lawan.
Sebuah tendangan ke arah perut gadis yang tinggi dan tendangan di kepala gadis yang tidak terlalu tinggi hanya dengan selang waktu beberapa detik ia merobohkan mereka.
Terhuyung kesakitan mereka tampak kaget dan takut sekarang, mereka tidak menyangka Lika bisa bela diri.
Sambil memegangi perut dan kepala yang sakit, mereka tergesa-gesa keluar dan pergi.
Setelah kepergian ketiga gadis itu, Lika menghampiri cermin besar di dinding toilet dan mengecek luka cakaran yang ia dapatkan.
"Hedeh...apa sih yang bener di hidup elu Lik...kenapa juga lu pake keluar dari zona nyaman elu di per-kpop-an atau per-fangirl-an yang selama ini elu pelihara. baru juga keluar udah dapat ulah orang beginian" Lika Mencoba menutupi luka cakaran empat jari persis di pelipis dan pipinya dengan bedak dan terasa pedih.
"Loh itu kenapa kok mukanya jadi gitu Lika?" Mamanya sontak kaget melihat anaknya telinga terluka, dan juga mamanya pasti akan mengetahuinya karna bekasnya masih basah.
"Gak sengaja kecakar sama aku di toilet ma...udah gak apa-apa, makan yuk" Lika berbohong pada mamanya
"Tapi kok bisa kecakar ampe segitunya?" masih penasaran mamanya mengajukan pertanyaan lagi
"Ya iyakan mama tahu Lika bukan tipe orang yang hati-hati" Lika melahap makanannya tak peduli dengan tatapan mamanya lagi
"Duh kamu deh...lain kali pelan-pelan kalau ngapa-ngapain"
"Iya...I know"
*********
Hari Minggu
Adalah partai final pertandingan basket antar fakultas, memperebutkan juara ketiga, kedua dan pertama.
"Hai....udah bangun?" Suara Yama menelpon Lika pagi Minggu jam 9 saat Lika masih di dalam selimutnya.
"Hm...baru aja bangun" Lika dengan matanya yang terpejam meraba luka dari tadi malam dia dapatkan dari gadis-gadis di toilet pusat perbelanjaan.
Masih terasa sakit dan Lika yakin tidak akan bisa menutupi bekas ini dalam beberapa hari ini dengan apapun. Dengan make up, tidak mungkin karena Lika tidak ahli dalam hal itu dan bagaimana jika menggunakan masker medis saja? juga tidak akan tertutup semua dengan adanya bekas luka di pelipis juga yang akan menarik perhatian temannya terutama Yama.
"tar siang datang nonton gak?" tanya Yama
"Kayaknya gak bisa deh... harus nemanin Mama lagi hari ini" Lika beralasan, dia sebenarnya sangat ingin menonton final ini namun luka ini pasti terlihat.
"Yaaaaa.....but I want to see you" ujar Yama dengan nada manja
"Tar kan bisa ketemu lagi next time" Lika tersenyum mendengar suara manja Yama
"Iya tapi kan tandingnya cuman hari ini...gua datang ke rumah minta ijin sama mama ya?"
"Eiii....jangan aneh-aneh, tar gua usahain datang abis nemanin mama ya" kali ini Lika masih berbohong lagi
"Seriusan ya...?"
"Iya seriusan"
"Okay...gua mau siap-siap dulu, udah bangun...jangan tidur mulu anak gadis" Yama terdengar riang setelah Lika menyatakan akan menonton
"Iya...be careful di jalan" ucap Lika
"Thanks...aaahhh kangen!!" teriak Yama manja dan telpon terputus.
Lika tersenyum lagi dengan kelakuan Yama namun kemudian ia merasa sedih lagi mengingat ia tidak akan kesana karena bekas luka ini.
Teman-teman kelas juga menanyai Lika hal yang sama supaya bisa pergi barengan lagi dan alasan Lika tetap sama dengan alasan yang ia berikan kepada Yama.
Pukul 4 sore, Lika sengaja mematikan handphone agar tidak ada yang bisa menelponnya, menanyakan kenapa ia tidak datang pada akhirnya ke pertandingan.
Pertandingan final perebutan juara 1 dan 2 di mulai jam 8 dan Lika hanya berdoa semoga tim fakultasnya menang.
Jam 8 hampir jam 9 malam di rumah Lika.
"Lika.... ini ada chat dari Sima...dia nanya kok kamu belom datang ke pertandingan basket kampus? jadi hari ini ada pertandingan basket di kampus dan kamu sengaja menghindar gak mau pergi? kenapa?" mamanya muncul di pintu mengacungkan handphone yang berisi chat temannya dan mamanya.
"lagi gak pengen pergi ma..." Lika lanjut menonton video idola kesayangannya di komputer kamarnya
"Hmm? kayaknya kemarin kamu semangat banget mau pergi tapi hari ini kok lesu gitu?" mamanya sadar Lika sekali melampiaskan emosinya dengan menonton.
"Maaaa..." protes Lika
"Okay fine.... jadi mama bilang apa ni sama Sima?"
"Bilang aja kita lagi jalan ma"
"hmm? okay" mamanya keluar dan menutup pintu.
Lika melanjutkan menonton dengan pikiran terbagi dua, meraih lagi handphone namun bimbang untuk menyalakan.