Lika menonton hingga jam 2 subuh karena tidak bisa terlelap dan juga tidak berani menyalakan handphonenya.
Ia hanya menatap layar komputer yang menayangkan acara varietas yang ia senangi dengan tatapan kosong.
"Mereka menang gak ya?" ia menimang-nimang handphone di tangan dan memberanikan diri menyalakan gadget ini.
Tring Tring Tring Tring Tring Tring!!!
Suara notifikasi bertubi-tubi terdengar dengan masuknya pesan dan riwayat panggilan ke nomornya.
Lika tidak berani membuka pesannya dan membiarkan saja masih dengan ragu melihat lagi banyaknya notif yang masuk.
"Duhai kok gua jadi plin plan gini sih....kalau aja tu cewek-cewek gak gangguin gua mungkin udah di sana gua" Lika murung lagi mengingat hal yang menyebabkan ia tidak bisa pergi, di kota besar apa saja bisa terjadi.
Fans yang begitu sensitif akan idola mereka dan sampai mendatangi orang segala.
knock knock !!
"Lika... masih bangun?" mamanya membuka pintu dan kepalanya menyembul sedikit dari pintu yang di buka tidak terlalu lebar
"iya...?" Lika heran kenapa jam segini tumben banget mamanya ngetok pintu
"Lika ini ada Sima nelpon, kok tumben sih malam-malam nelpon, handphone kamu kenapa?" mamanya menyodorkan telpon
Lika bangkit dan berjalan mengambil handphone milik mamanya yang sedang terhubung panggilan dengan Sima.
Dengan ragu Lika menjawab telpon sementara mamanya sudah pergi lagi setelah menutup pintu.
"Hai...." Lika menyapa dengan sedikit tidak enak hati karena sudah mengingkari janji
"Lu bisa keluar rumah bentar gak? ke depan rumah elu maksudnya" suara Sima langsung meminta Lika melakukan sesuatu
"huh? ngapain ke depan rumah gua? Lu kenapa Sim? lu baik-baik aja kan?" Lika heran dan sedikit cemas, sudah larut begini apa yang di lakukan Sima di depan rumahnya?
Jangan bilang ini anak habis dugem terus gak bisa pulang kekunci
Tapi kan rumah dia ke rumah gua jauh
Lika membatin sambil bersiap-siap keluar
"Gua baik-baik aja kok, ada yang gua mau kasih ke elu... buruan ya, gua tungguin ni" Sima menutup telpon
Dengan bingung Lika keluar dari rumah setelah memakai hoodie bertudung, cuaca malam sudah mulai dingin dan berkabut.
Lika berjalan keluar pagar rumah dan menengok kiri dan kanan... tidak ada mobil Sima.
Lika berjalan lagi sekitar 6 meter ke arah kanan rumahnya dimana ada mobil hitam di sana.
Tapi ini bukan mobil Sima pikir Lika, dari dalam mobil ada yang mengacung layar handphone yang terang tampak seperti sinyal kalau ia melambai pada Lika.
Lika memicingkan matanya untuk memperjelas pengelihatannya, belum sempat ia mencerna sosok di dalam mobil, orangnya keluar dan Lika terkejut
" YAMA!" ia berbalik badan hendak lari namun Yama lebih cepat keluar dan mengejar Lika, ia menangkap tangan Lika
"Hei....kok lari" tanya Yama pelan, Yama kaget atas respon Lika yang ia tidak sangka dan posisi Lika pun tidak mau menghadap kearah Yama.
"Kok elu bisa di depan rumah gua?" Lika masih menghadap ke arah lain.
"Gua kangen...gua pikir lu bakal datang nonton tapi tau lu gak datang gua agak kecewa dan juga lu gak bisa di hubungi, jadi gua minta bantu sama Sima" mengeluarkan unek-unek di hatinya Yama menarik Lika pelan
"....tadi gua berhalangan datang dan batrai handphone gua habis, trus gua ketiduran" Lika ikut tarikan Yama, mendekat kearah Yama namun Lika masih menunduk untuk menyembunyikan Luka goresan kuku yang ada di wajahnya supaya tak terlihat oleh Yama.
"Lagi gak pengen liat gua ya?" Yama masih memegang tangan Lika erat. pertanyaan dari Yama yang pelan malah menusuk hati Lika dan semakin terbebani untuk menunjukkan wajahnya.
"Enggak gitu....gua tadi...kena cakaran kucing di muka gua" Lika berbohong
"Cakaran kucing?! boleh gua liat gak?" Yama akhirnya tau kenapa Lika terus menyembunyikan wajahnya
"Gak boleh liat" Lika menunduk
"Tapi lu gak apa-apa? udah di obatin belom?"
"Udah kok" Lika mengangguk
"Boleh peluk?" Yama minta ijin sebelum menarik Lika ke dalam pelukannya
"Hmm" Sekali lagi Lika mengangguk dan merasakan dirinya di tarik ke dalam pelukan Yama yang hangat.
Berpelukan lama tanpa mengucapkan sepatah kata pun mereka masih bisa merasakan bahagia karena bisa berada di pelukan satu sama lainnya.
Yama mengusap-usap belakang Lika sementara tangan Lika dengan tenang melingkar di pinggang Yama.
"Thanks udah datang" Lika berbicara dalam dekapan, suaranya teredam dengan wajahnya menempel di dada Yama.
"Udah mau jadi pacar aku belom?" Yama masih memeluk Lika
Angin malam berhembus dingin, di depan rumah Lika yang temaram oleh lampu jalan tak ada jawaban dari Lika.
Mendengar pertanyaan Yama barusan, semua kejadian dalam beberapa minggu yang lalu terlintas bagai potongan film dalam benak Lika.
Mulai dari Hertha, Manda dan juga para gadis-gadis di toilet mall kemarin. Bayangan Lika menjadi pacar Yama benar-benar sesuatu yang besar bagi Lika.
"Belom mau jawab lagi?" Yama menanggapi diam Lika. Yama merasakan Lika sangat nyaman dengannya tapi hal yang membuat Lika untuk bertahan di level hubungan tanpa label ini membuat Yama benar-benar ingin membicarakan apa sebenarnya yang Lika pendam dalam hatinya selain alasan yang sudah ia ungkapkan kepada Yama sebelumnya.
Lika mengangguk di dalam dekapan.
Yama menghela nafas dan mengusap kepala Lika.
"Next time kita bicarain lagi ya kalau gitu, udah mulai dingin anginnya, Thanks udah keluar tengah malam gini demi Sima" Yama melepaskan dekapannya dan memegang bahu Lika yang masih menunduk konsisten menyembunyikan wajahnya.
"You're welcome... thanks udah mampir malam-malam, hati-hati di jalan pulang ya" Lika hendak berbalik berjalan untuk masuk ke dalam area pagar rumah.
Yama melangkah cepat sekali lagi memeluk Lika dan mencium ubun-ubun Lika yang tertutup tudung hoodie nya, lalu berlari kecil ke mobilnya yang terparkir tidak persis di depan rumah Lika
"Bye...tar gua chat kalo udah nyampe" Yama berkata sambil melambaikan tangan dan juga membuka pintu mobil
Lika berbalik dan juga melambaikan tangan dan jari membentuk tanda "OK".
*******
Sebuah pesan masuk ke handphone Yama saat Yama sedang menyetir.
"Yam....gimana Lika? baik-baik aja?" pesan dari Cellin
Dahi Yama berkerut, mencoba mengerti apa maksud pertanyaan Cellin tentang keadaan Lika.
"Baik-baik aja, kok lu tau keadaan Lika? emang Lika abis kenapa Cell?" Perasaan Yama tidak enak padahal ia barusan bertemu Lika tapi dengan membaca chat Cellin ini Yama mulai memutar otaknya lagi.
Ada apaan lagi ni, pikir Yama.
Cellin tidak membalas chat lagi hingga Yama tiba di rumah. Masuk ke dalam kamarnya menaruh barang, Yama langsung menelpon Cellin.
"Hi Cel, sorry gua ganggu malam-malam... maksud chat elu nanyain Lika itu kenapa ya? gua kurang paham" Yama langsung bertanya setelah Cellin terhubung panggilan
"Em.....I don't know, gua kira elu tau loh" Jawab Cellin dari sana
"Okay...tapi tau apaan ni?" Yama tetap tenang walaupun masih bingung, ia tahu dari nada suara Cellin terdengar ragu-ragu sejenak
"I don't really know exactly what happened tapi gua kan pake akun samaran di dalam grup fans club elu dan gua liat beberapa gadis posting foto di grup dengan keterangan "di hajar oleh Lika, cewek yang tampaknya lagi dekat dengan kak Yama" gitu, makanya gua nanya elu...gua gak ngerti kejadiannya gimana-gimana makanya gua nanya keadaan Lika" Panjang lebar Cellin menguraikan apa yang ia ketahui
"Wait wait! gimana Cel? fans ada post foto mereka babak belur gitu maksudnya? dan mereka bilang Lika pelakunya?" Yama terhenyak duduk di pinggir ranjang. ia mulai lagi memikirkan kenapa Lika tidak mau menampakkan wajahnya tadi.
"Ii...iya kurang lebih gitu, but it doesn't make sense ya kan...tiga lawan satu dan apa Lika seganas itu dan masalahnya apaan sih ampe mereka bisa babak belur gitu ya kan?" Cellin tidak terlalu percaya dengan postingan dan keterangan yang di berikan para gadis itu di grup, mungkin saja terjadi tapi dengan alasan apa Lika menghajar mereka? itu perlu di cari tahu penyebabnya apa jika memang Lika yang melakukannya.
".....ha.....gua speechless Cel....." Yama merasa bingung, lalu berkata lagi
"Cel... tolong screen capt postingan mereka ya, send it to me biar aku bisa periksa kejadian aslinya"
"Okay.... aku kirim lewat chat ya, and Yam.... calm down ya, periksa bener-bener, gua entahlah tapi gua rasanya percaya kalau Lika gak bakal sejahat itu"
"Thanks a lot Cel... good night"
"You too...good night"