Chereads / Dari Samping Yama / Chapter 11 - Aku Merasa Kecil

Chapter 11 - Aku Merasa Kecil

Lika terbahak mendengar pertanyaan Yama, ia minta di turunkan karena suara smartphone berdering lagi dan kemungkinan adalah telpon dari pesan antar online yang memang dari tadi di pesan.

Dengan gerakan cepat namun hati-hati Yama menurunkan Lika dari dekapannya agar Lika bisa menjemput pesanannya.

Yama menemani Lika sampai selesai makan malam hingga selesai membantu membereskan sisa makanan.

"Gua balik ya..." Yama mengambil jaket dan tas kecilnya di sofa

Lika berdiri di dekat Yama, mengangguk sambil mengelap sisa air di tangan setelah cuci piring.

"Thanks udah nemanin gua" Lika menaruh handuk tangan di meja dapur sebelum memberikan pelukan hangat untuk Yama yang sudah siap untuk pulang.

"Thanks udah bolehin gua mampir" Yama mengusap-usap punggung Lika, wangi parfum Lika tidak terlalu menyolok hidung, hanya wangi lembut tapi wangi ini terus memenuhi hidung dan ingatan Yama.

"See you" Lika melepaskan pelukan supaya Yama bisa berjalan keluar.

"See you too...jangan lupa istirahat agak cepat, nonton oppa nya tunda bentar buat elu istirahat juga. okay" Yama mencium bibir Lika sekali lagi di dekat pagar

"Siap kapten! ha ha ha...." jawab Lika mengangkat tangan seperti hormat bawahan kepada pimpinan.

masih sempat Lika berpikir dan merasa salut pada Yama yang tetap sopan terhadapnya walau beberapa waktu lalu mereka "bermain" agak jauh dari batas hubungan mereka

Keadaan depan rumah Lika pada jam segini sudah sepi. tidak banyak kendaraan dan aktivitas di luar rumah yang di lakukan warga. hanya beberapa mobil melewati Yama dan Lika di depan rumah.

Yama masuk ke mobilnya, mesin di nyalakan dan mobil bergerak meninggalkan depan pagar rumah Lika, setelah mobil Yama menghilang dari pandangan di tikungan jalan, Lika masuk ke rumah dengan langkah riang.

Rasanya Lika akan mempertimbangkan mengganti label status hubungannya dengan Yama setelah melihat Yama bukanlah tipe yang lupa diri bahkan dalam kesempatan yang terbuka lebar seperti barusan terjadi, jika Yama hanya mengutamakan hasratnya bukan tidak mungkin tadi ia sudah mengulang kejadian di hotel saat itu tapi tadi Yama tetap terlihat tenang dan santai saja.

*******

Minggu ini adalah minggu terakhir kuliah sebelum memasuki liburan semester, di tengah sibuknya kegiatan mengurus surat akademik keperluan penelitian skripsi, aktivitas lain di kampus juga masih tetap di adakan.

Seperti hari ini

Di aula gedung olahraga universitas tampak ramai oleh mahasiswa dan mahasiswi yang datang untuk memberikan dukungan pada tim basket fakultas masing-masing.

"Tar datang nonton kan?" Sebuah pesan dari Yama masuk saat Lika masih berada di rumah, ia masih menunggu konfirmasi dari teman yang lain yang juga akan menonton pertandingan basket antar fakultas hari ini.

"masih nungguin yang lain konfirmasi ketemuan dimana... lu main jam berapa?" balas Lika sambil mematut pantulan dirinya di cermin besar di kamarnya, nuansa kamar Lika berwarna light blue dan blue ocean.

Hari ini setelah penuh pertimbangan akhirnya Lika memilih kaos hitam ukuran medium, celana jeans yang sobek, jam tangan hitam dan Tote bag berwarna senada, jam di pergelangan tangan Lika menunjukkan pukul 9.

"Jam 11 ini. Tar kalau datang mungkin aku gak pegang handphone ya jadi gak bisa jawab telpon atau balas chat" chat Yama masuk setelah beberapa menit

"Okay... good luck on your games ya"

"Thanks... aku tunggu ya...see you"

Lika memasukan handphone ke dalam Tote bag dan ini berbunyi lagi oleh notifikasi chat

Chat dari Sima juga masuk berbarengan dengan chat dari Nino.

"Lika, kita ketemuan di depan gedungnya ya? gua sama yang lain udah mau jalan... lu juga ya" bunyi chat Sima

"Okay... see you there then" ketik Lika membalas chat Sima

Bola mata Lika bergerak turun ke unread chat berikutnya milik Nino. Dengan satu klik Lika membuka pesan dari Nino.

"Lika nonton basket kampus gak? mau berangkat bareng gak?" Nino yang juga selamanya ini punya kepribadian baik tumben banget jadi sering menghubungi Lika setelah trip ke puncak kemarin.

"Kayaknya gua belom bisa berangkat bareng Nin... ada titipan mama yang harus aku antar" Lika menolak dengan sopan ajakan Nino

"Ohh well, see you di sana kalau gitu ya" satu lagi chat dari Nino masuk.

"Sip" jawab Lika lalu bersiap.

Menarik sepasang sepatu sneaker berwarna baby blue dari closet sepatunya yang kebanyakan berisi sneaker dan kets di rak belakang pintu kamarnya, Lika keluar dari kamar

"Hai.... pagi-pagi udah cerah gitu senyumnya, mau kemana ni?" ternyata ada mama-nya di ruang tengah, membaca buku.

"Nonton teman tanding basket di kampus. mama gak pergi kerja?" Lika mencium pipi mamanya sebagai berpamitan. biasanya pagi begini, mama Lika sudah pergi ke bisnis butiknya yang menjual aneka grosiran baju kaos dan juga di distribusikan ke pulau Kalimantan.

"Hari ini mama mau di rumah aja dulu, capek abis dari nikahan Valen kemarin"

"Okay....Lika pergi ya ma, bye"

"Bye....have fun... hati-hati di jalan"

Jarang sekali melihat Lika excited seperti ini, Lika yang selama ini adalah Lika yang hanya akan membicarakan idol K-Pop favoritnya dan acara yang di datangi hanya acara konser korean grup. Mamanya tersenyum, ia bisa melihat ada seseorang yang bisa membuat dia melupakan sejenak K-Pop idolnya.

********

"Gua depan pintu masuk Timur bareng yang lain" suara Sima memekak telinga Lika saat menelpon, Lika menjauhkan sedikit handphone dari telinganya.

"Gua baru nyampe, tunggu sebentar gua ke situ...okay" Lika bergegas parkir mobilnya dan turun buru-buru lalu menutup pintu mobil, selangkah mundur dari pintu mobilnya Lika tidak melihat di sebelah juga ada yang keluar dari mobil

Tidak sengaja kaki Lika menyenggol kaki orang tersebut. Seorang gadis muda dengan bulu mata lentik dan cantik.

"Eh, Sorry...! maaf gua gak sengaja" Lika spontan memegang pundak gadis ini.

"It's okay...gak apa-apa kok" si gadis yang memiliki rambut tebal bagai iklan shampo juga spontan memegang Lika.

Lika menundukkan kepala tanda minta maaf, lalu bergegas pergi lagi mencari teman-temannya di pintu masuk Timur. Sudah ada Sima, Reni, Nino, Sandy dan Jeno menunggunya.

"Thanks udah nungguin gua..." Lika yang terengah-engah bersandar di bahu Sima

"Okay udah ada Lika, yuk masuk, kita cariin Yama, Guntur sama Rahmad dulu" Jeno memimpin di depan untuk masuk ke dalam. Suasana sudah ramai dari pagi, pendukung tim dari masing-masing fakultas mempunyai grup sendiri untuk menyemangati tim andalan mereka.

Mendapatkan tempat duduk kosong di agak depan dan dekat dengan lapangan, sangat mudah untuk di temukan bahkan oleh pemain sekalipun. Lika dan yang lain duduk sambil menonton pemanasan di lakukan tim lain yang akan bertanding terlebih dahulu.

"Hai.....itu Yama, Rahmad sama Guntur! hai....kita di sini..!" Lambaian Jeno pada Yama cs menarik perhatian mahasiswa lainnya karena suara nyaring saat melambai, tahu ia di perhatikan tidak membuat Jeno merasa tertekan, ia malah menatap balik kepada orang yang melihat ke arahnya.

"Thanks banget kalian udah datang..."Yama memberi tos kepada semua sebagai salam. lalu memilih duduk di samping Lika

"Gua mau denger suara lu yang kayak toa itu memenuhi ruangan ini hari ini" Rahmad masih berdiri menunjuk hidung Sima

"Lu gak bakal dengar suara gua karna suara elu juga nyaring nyongggg!!" Sima menepis telunjuk Rahmad

"You guys kelihatan keren..." Reni bangga punya teman keren, ia merasa ikutan keren dengan lingkaran pertemanan yang ia miliki di isi orang-orang keren ini.

"Ya elah Ren....udah 4 tahunan baru nyadar lu kalau kita keren....kemana aja lu?" sahut Guntur langsung berpose sok keren, lagak Guntur di sambut tawa dan booing dari teman sekelasnya.

Di saat yang lain sibuk bercanda, Yama menggeser duduknya sedikit hingga mepet dengan Lika dan dengan cepat berbisik di dekat telinga Lika.

"Thanks udah datang, I miss you"

Lika tersenyum simpul mendengar perkataan Yama tapi dia berpura-pura masih memperhatikan candaan teman lainnya. Dalam suasana yang kian ramai, dan pertandingan awal sudah di mulai, Yama, Rahmad dan Guntur harus kembali ke tim untuk bersiap main.

"Good luck" Lika menepuk canggung bahu lebar Yama. di balas anggukan riang oleh Yama berjalan di belakang Rahmad dan Guntur.

Pekikan nama Yama terdengar dari atas tribun dimana para mahasiswa baru fakultas teknik yang juga kumpulan fans Yama membawa banner fakultas dengan juga spanduk wajah Yama.

Lika menoleh ke atas tribun melihat kumpulan para fans Yama di sana.

"Wahhh... mereka pasti sangat menyukai Yama" pikir Lika, ia membandingkan rasa sukanya dan rasa suka para fans di sana kepada Yama lalu ia merasa kecil di banding para fans di atas sana yang sudah bersusah paya membuat banner dan juga spanduk untuk mendukung Yama dan kawan-kawan.

"Lika...hei....kok ngelamun?" suara Nino menyadarkannya

"Eh? enggak..cuma excited aja, jarang banget gua di kerumunan penonton olahraga ginian" Lika ingat hanya beberapa kali ia ikut menonton acara olahraga dengan mama papanya sisanya ia hanya berada kerumunan para fangirl di konser K-Pop.

"Lika juga jarang ya ikutan acara olahraga begini? gua juga jarang" Nino menunduk untuk menggapai minumannya yang agak jauh dari duduknya sekarang

Lika bisa menangkap kata-kata Nino dengan baik, kata-kata yang diucapkan untuk memulai pembicaraan dengan seseorang.

Melayani pembicaraan Nino dengan sopan, Lika tidak tahu ada Yama memperhatikan ia dan Nino dengan gundah dari ruang tunggu di sana.

Mendekati waktu tanding tim basket fakultas teknik dan fakultas ekonomi, seorang gadis cantik berjalan mencari tempat duduk kosong. Tempat kosong yang tersisa tepat di samping Lika, gadis tersebut menjadi perhatian karena kecantikannya.

"Permisi, gua duduk sini boleh ya" Tanya si gadis pada Lika

"Boleh... silahkan" Lika bergeser sedikit mendekat pada Nino untuk memberikan ruang pada gadis itu untuk duduk.

"Eh...elu yang tadi di parkiran kan?" si gadis memperhatikan wajah Lika

"Eh? oh iya...hai...itu gua" Lika juga tersadar bahwa ini adalah gadis yang ia tidak sengaja senggol di parkiran tadi.

"Kenalin...gua Cellin, kalau elu?"

"Gua Lika..."

"Oh okay, by the way lu dukung tim mana ni?" tanyanya lagi. Dari cara berbicaranya Lika merasa gadis ini bisa jadi lebih muda daripada dia atau mungkin seumuran. Nada bicaranya terdengar ceria

"Oh...kita dari fakultas teknik jadi dukung tim teknik...kalau Cellin dukung yang mana?" Lika melirik Nino yang sibuk mengetik di smartphone-nya berharap Nino ikut ngobrol juga

"Wahhh aku datang dukung fakultas teknik juga...kita samaan dong" raut riang menyertai gerakan tangan Cellin menggapai kedua tangan Lika.

"Oh really? ada yang di kenal di tim teknik?" Lika hanya sekedar bertanya

"Lu kenal Yama gak? kapten basketnya tim fakultas teknik?" Cellin masih dengan raut senang menatap Lika menanti jawaban Lika

Degggg!!!!

Darah dari kepala Lika seakan baru saja mengalir ke bawah dengan cepat, terasa pusing dan otaknya tak habis pikir, kenapa para gadis cantik ini selalu berhubungan dengan nama Yama.

"Oh Yama! iya kita teman sekelas" kini Nino yang menjawab, ia melihat wajah Lika dan merasakan raut wajah Lika berubah.

"Oh teman kelas Yama....wahhhh... kebetulan banget gua duduk di sini" Cellin terlihat semakin excited

"by the way, kalau boleh tahu...kenal Yama dari mana?" Nino bertanya

"Oh...ha ha....dia first crush gua di SMA dulu" jawaban luwes Cellin akan hubungannya dengan Yama

Lika meminta minum pada Sima yang asik ngobrol dengan Reni di sebelah Nino. Untuk menghilangkan rasa cekat di tenggorokannya

"Oh gitu...well enjoy then" Nino mengakhiri obrolan dengan Cellin.

"Thanks...oia Lika gimana rasanya sekelas sama Yama? dulu dia itu ketua kelas kita dan dari dulu udah hebat main basketnya" lanjut cerita Cellin ke Lika yang sedang minum.

"Hehe....Entahlah, ya biasa aja sih karna sekelas jadi terbiasa juga liat dia" Jawab Lika sambil menekan perasaan minder-nya.

Tidak biasanya Lika merasa dirinya kecil. terhadap orang yang tidak di kenalnya tapi kali ini terasa beda, kecantikan gadis di depannya ini membuat Lika berpikir dua kali lagi bagaimana mungkin seorang Yama menyukai Lika yang sedang-sedang saja setelah mempunyai semua yang cantik seperti mantan-mantannya ini.

Pemberitahuan untuk partai pertandingan berikutnya di umumkan untuk masuk ke lapangan, melakukan pemanasan.

Dengan tempat duduk yang sangat dekat dengan lantai lapangan, nampak jelas para wajah pemain dan ekspresi wajah mereka, begitu juga sebaliknya, mudah melihat ekspresi orang yang duduk di kursi penonton dari lapangan pertandingn.

Yama berdiri di pinggir lapangan yang dekat dengan tempat duduk teman satu kelasnya di fakultas teknik. Menengok mencari Lika, Ia ingin memeriksa apakah Lika masih di ajak ngobrol oleh Nino atau tidak.

Namun...

Yang Yama dapatkan malah lambaian tangan dari seorang gadis yang duduk di samping Lika.

Yama terkejut melihat Cellin di samping Lika apalagi tangan kiri Cellin memegang tangan Lika, yang bisa berarti Cellin pasti sudah mengenalkan dirinya pada Lika. Walaupun bukan siapa-siapa Yama lagi, Cellin masih menganggap Yama sama seperti SMA dulu, Yama yang merupakan cinta pertamanya.

Yama mengkhawatirkan perasaan Lika lagi, Yama tidak melambai balik pada Cellin, matanya fokus pada Lika yang tampak tidak nyaman di tempat duduknya sekarang. rasanya Yama ingin berlari menarik Lika dari samping Cellin dan menenangkan hatinya.

TEETTTT!!!!!

Bel tanda pemanasan selesai di bunyikan dan pertandingan segera di mulai. Mau tidak mau Yama harus profesional terlebih dahulu mengurus tim basketnya.

Dengan hati berdebar khawatir pada Lika, Yama kurang fokus selama mengikuti pertandingan.

Time out quarter ke 3 dengan kemenangan tim fakultas teknik. Yama sekali lagi menoleh ke arah tempat duduk Lika di samping Cellin.

Tidak ada Lika di sana!

Ada Cellin, ada Nino, mana Lika?!

Yama menyisir area tempat duduk teman-temannya dengan matanya mencari sosok Lika.

Tidak ada Lika!

Apakah dia melarikan diri lagi? Yama khawatir.

Jalannya sisa pertandingan ini tiba-tiba terasa sangat lambat bagi Yama.