Chereads / Diary Of Riana / Chapter 11 - Pelaku

Chapter 11 - Pelaku

***

Riana menatap datar ke arah radio yang kini ia sedang putar itu. Wajah Riana berubah drastis saat mendengar suara suara disana. Haru?. Kenapa?. saat ia mendengar bagaimana perkataan terakhir haru. perasaannya terasa seperti campur aduk. wajah Riana yang semula hanya kosong menjadi terkejut. dan wajahnya sudah pucat pasi dan menahan segala amarah disana.

Riana mengigit bibirnya kasar saat mendengarkan semua hal itu. padahal ia melakukan itu karena ia mau agar haru merasa jijik pada Nana. tapi, yang terjadi malah sebaliknya. selalu saja seperti ini. padahal ia tidak mau melakukan hal lainnya. tapi jika seperti ini akan sama saja. amarah terasa meliputi seluruh raga Riana. seluruh pikirannya terasa ruwet. selalu saja Nana. Nana saja!. haru tidak pernah mau memperhatikannya.

***

Bruk

***

Riana melihat ke arah benda itu. kedua matanya menatap ke arah rangkaian obat yang jatuh dari tempat itu. benar. ia harus melakukannya. lebih cepat. Nana bahkan sudah mendapatkannya lebih dahulu. Riana mengambil benda itu. ia tidak perlu memberikan nya satu satu lagi. mendengar bagaimana haru menenangkan Nana membuatnya panas. hatinya sangat sakit. semua perasaan bersalah yang sempat terasa dalam hatinya. menjadi tergantikan dengan rasa amarah luar biasa.

rasa kebencian pada Nana. di dalam pikiran Riana. ia memikirkan bagaimana ia akan membalas Nana. dengan obat terlarang ini. ia akan memberikan semuanya sekaligus. dan saat itu. maka kita akan lihat bagaimana haru akan memandang Nana lagi. hubungan mereka akan terputus dan dia yang akan diperhatikan-!. Riana tidak bisa membiarkan mereka berdua bersama. ia yang duluan mencintai haru!.

***

Ya...Riana kini terperangkap dalam cinta buta-nya pada haru.

***

Riana meraih obat itu semuanya. kemudian berjalan ke sekolah bersama Nana yang tampak lebih baik. kenapa?. senang kah dia?. benar benar sangat menjijikkan. padahal ia mencintai haru. haru seharusnya bersamanya jika tidak ada Nana!. Riana terdiam. menatap penuh kebencian kepada Nana. melihat Nana kembali tersenyum walaupun sangat sedikit membuatnya kesal. ia ingin membuat Nana jauh lebih menderita. jauh dan jauh lebih. bahkan kalau bisa sampai Nana tidak akan bisa lagi tersenyum untuk siapapun.

Waktu istirahat. kelas kosong. Riana melihat ke arah botol minuman nana di sana. mendadak pikiran gelap menghantui dirinya. ia meraih botol itu dan langsung memasukkan semua obat itu kedalamnya. Lihat haru!. Riana tertawa saat melihat benda kosong itu terjatuh disana. ya!. ini adalah hal yang terbaik. membayangkan bagaimana wajah Nana saat tersenyum membuat Riana merasa sangat kesal. minumlah ini!. kita lihat bagaimana haru akan melihat mu lagi!. lihat aja nanti Nana, kau bisa tersenyum nanti!.

***

Srek

***

Riana terkejut saat ada sebuah tangan yang menumpu di meja nya. Riana menatap tajam ke arah sosok itu. sosok bersurai hitam itu menatap tajam ke arah Riana. dia gak takut. Riana balas menatap dengan tatapan tajam pula.

"Kau... memasukkan sesuatu dalam sini kan?" kata anak lelaki itu. ia meraih minuman itu dan mengoncang nya. Riana mengigit bibirnya dan berusaha meraih lagi botol itu..tapi dia malah dengan sengaja mempermainkan Riana membuatnya merasa kesal.

"berikan padaku!" seru Riana tegas. Anak itu mengeleng lagi.

"kau mengunakan narkoba kan?". Riana meneguk ludahnya. anak ini tau!. cih, padahal tidak ada yang tau. ia juga selalu memeriksa keadaan saat hendak mencampurkan benda itu. Riana menatap dengan sedikit berkeringat ke arah anak lelaki yang jauh lebih tinggi darinya itu. anak itu menatap tajam dengan raut wajah tegas pendiam.

"Lalu kenapa?, memang nya kenapa kalau aku memang melakukan nya?" seru Riana terkekeh meledek.

"Kau jahat" katanya dengan nada datar. jahat?. dirinya jahat. tidak!. ia tidak menerima kalau dirinya disebut jahat. ini ia lakukan karena Nana. semuanya salah Nana!. jika nana tidak merebut haru maka semuanya tidak akan terjadi. ia tidak akan se-berani ini.

"Aku tidak jahat!. semua ini salah Nana!. ia..ia merebut haru!" teriak Riana dengan tegas membantahnya. ia mengertak-kan giginya kasar. sembari memukul meja keras dengan kedua tangannya berharap orang itu takut. tapi tidak. ia sama sekali tidak bereaksi. tetap pada ekspresi biasanya.

"kau jahat" ulangnya lagi datar. sambil menatap tajam dan intens ke arah Riana yang menatapnya kesal.

"Sialan kau"

***

Mereka terlibat dalam pertengkaran dingin. hingga Nana muncul duluan setelah dari kamar mandi. ia tidak ikut dalam olahraga kali ini. ia mendekati Riana dan seorang cowok disana.

"Kau berikan itu!" perintah Riana.

"Tidak akan!" tolak pria itu. masih mengenggam benda itu.

saat Riana menatap ke arah nana. ia melirik ke arah cowok itu yang juga menatap Nana yang baru muncul. ia langsung meraih dengan cepat botol minuman itu dari tangan dia dan langsung saja meminumkannya paksa ke arah mulut Nana. Cowok itu dengan cepat berusaha menghentikan Riana melakukan itu. tapi Riana mendorong meja hingga dia terjungkal paksa bersama meja yang didorong dengan sekuat tenaga oleh Riana itu.

***

Bruk!

***

suasana menjadi kacau dan waktu serasa berjalan begitu cepat. Riana terus meminumkannya dengan paksa. Nana memberontak hingga perlahan kedua matanya terpejam dan air itu mengalir dimana mana. berantakan. Riana tertawa keras saat ia sudah berhasil melakukannya. ia berdiri dari sana. melihat hasil kerjanya. wajah Riana sudah seperti psikopat. ia tertawa keras dan perasaannya menjadi sangat lega saat selesai melakukan itu.

"A..apa ini?" tanya seseorang disana membuat Riana berhenti. ketika melihat ke arah depan. tampak ada sekumpulan anak anak sekelas yang baru sampai disana dan melihat keadaan sudah kacau seperti ini. Riana melihat ke sana dengan wajah pucat. dan ia memasang senyuman saat tau apa yang akan ia lakukan. ia pura pura terjatuh disana dan menangis di atas Nana yang sudah pingsan disana akibat perbuatannya.

"Dia-dia yang salah. kasihan Nana!. ia sudah meminum kan obat narkoba padanya!" teriak Riana berbohong. ia pura pura menangis dan lemah. keadaan langsung berbalik dan mereka langsung beranggapan kalau cowok itu yang salah. cowok itu berdiri dan memandang ke arah Riana yang sudah memasang senyuman kepadanya.

***

ia akan dipercaya. karena ia adalah sahabat satu satunya Nana. Dalam pihak ini ia yang beruntung.

***

"Sialan, bukan aku yang salah!. dia yang meminum kan nya sendiri!" teriaknya berusaha menyangkal. tapi dia malah terpaku, terdiam saat mendapati dirinya di hadiahi dengan tatapan tajam dan menjijikan dari mereka. salah satunya bahkan melempar cowok itu dengan berbagai barang. salah satunya bahkan menunjuk botol yang terbuka disana dan tepat di samping tubuh sang cowok karena selesai meminumkannya ia tadi melepaskan nya begitu saja dan bergerak, terhenti di kaki cowok itu.

"Sialan. kalian gak percaya padaku?!" cowok itu sudah mulai kehilangan kesabaran. dia sudah melihat semuanya dari awal. dan ia sudah tau kalau cewek itu. Riana yang melakukan semuanya dengan sangat keji pada sahabatnya sendiri!. sudah jelas bukan dia!. kenapa tidak ada satupun yang sadar?!. padahal Nana hanya terus bersama Riana. dan sudah jelas kalau ia adalah tersangka utama yang harus di curigai!.

"Dia adalah sahabat Nana!"

"Betul!, kau yang bersalah. bagaimana bisa kau melakukannya pada kedua cewek yang lemah!"

"Dasar brengsek!"

Cowok itu menatap dengan kesal. ia masih berusaha membantah. tapi tidak ada yang percaya. dan perkataannya terhenti saat sosok ketua OSIS sekolah datang kesana setelah mendengar segala keributan itu. ia melihat ke arah Nana yang sedang terbaring disana dan Riana yang membelakangi nya. Deg! . tatapannya langsung terhenti dan wajah ramahnya tergantikan dengan wajah serius dan kelam saat melihat ke arah cowok itu. bahkan Nana juga ikut tersakiti dalam sini. dan narkoba?.

Ia menatap tajam ke arah cowok yang sama tingginya dengan dia itu. cowok itu balas saling menatap tajam dengan wajah yang jauh lebih pendiam darinya itu. mereka berdua sama sama tidak mau kalah dan saling mengeluarkan aura kelam yang sama sama kuat dan mengintimidasi satu sama lain.

"Rahel, kau ikut denganku sekarang!" kata haru. ia berbalik seraya menatap kelam ke arah Rahel di sana.

"Cih!" Rahel mendecih. seperti nya kali ini ia yang akan terkena masalah.

***