Chereads / Diary Of Riana / Chapter 13 - Trauma Nana

Chapter 13 - Trauma Nana

***

Nana kecil melihat Riana yang duduk sendirian disana. Seperti biasanya sedang asyik membaca buku disana. Nana mendekat ke arah Riana dari belakang dan langsung memeluk hangat tubuh Riana dari belakang. Riana tampak kaget tapi ia tetap fokus pada bacaannya itu. Nana tidak benci, ia tidak masalah karena Riana memang seperti itu. ia melihat ke arah buku bacaan menarik yang dibaca Riana.

"Riana..itu apa?" tanya Nana dengan polos menunjuk salah satu gambar di sana tentang anak kecil berkerudung merah dan serigala disana.

"Itu kerudung merah yang baik dan serigala yang jahat" seru Riana dengan ekspresi datar seperti biasa.

"Jahat?" ulang Nana lagi.

"iya, dia mau membunuh kerudung merah dan memakan neneknya" seru Riana lagi. Nana mangut mangut dan masih setia memeluk tubuh kecil Riana. ia sangat suka ketika melakukan sentuhan seperti ini. berbeda dengan keluarganya, ketika ia bersama Riana. rasanya sangat hangat. dan Nana merasa mempunyai seseorang yang penting dalam hidupnya.

"tapi..-" Nana men-jeda perkataannya. tangan mungilnya menunjuk ke arah barang belanjaan yang di bawa oleh sang kerudung merah. "- bukankah jika mereka saling berbagi. gak akan ada yang bertengkar?. mereka bisa bersahabat selamanya!, seperti aku dan Riana!" seru Nana dengan senyuman lebar nan polosnya. dan ia semakin memeluk erat tubuh Riana sehingga kedua pipi mereka saling bergesekan.

Riana terdiam disana. dan perlahan sebuah kekehan kecil terdengar dari mulutnya itu ketika mendengar perkataan yang sangat polos dari Nana. Nana senang ketika melihat Riana seperti itu. ia senang saat melihat Riana bisa berekspresi karena dirinya. karena, sebenarnya Riana itu sangat cantik. ia sangat cantik ketika tersenyum seperti itu. dan Nana bersedia melakukan apa saja untuk melihat senyuman Riana.

"hahaha, apaan sih Nana. kau ini benar benar polos sekali" seru Riana. ia menggesek matanya yang berair karena perkataan Nana itu. Kedua mata berwarna hitam manis yang begitu sederhana itu tampak manis ketika ia menatap ke arah Nana. Nana hanya terkekeh riang menjawab perkataannya. Riana begitu hangat, Riana adalah sahabat Nana. Keluarga Nana. dan segalanya bagi Nana.

"Hehe, soalnya... sahabat itu yang terbaik. Nana suka sama Riana!" kata Nana memeluk Riana lagi. dan Riana melepaskan buku itu dan ikut memeluk hangat Nana sembari tersenyum.

***

Soalnya Riana adalah sahabat Nana. Nana sayang sama Riana!.

***

Nana membuka matanya perlahan mengingat ingatan masa lalu. kedua matanya menatap ke arah samping dan melihat Riana duduk disana. Riana, sahabat terbaiknya itu. hal yang pertama kali dipikirkan Nana adalah tentang Riana. Nana dengan perlahan mengerakkan tangannya ke arah tangan Riana yang diletakkan di atas kasur. sebuah senyuman tipis terlukiskan untuk pertama kalinya untuk Riana.

"Ri..a-na" seru Nana terbata bata. ia tersenyum kepada Riana. senyuman hangat dan tulus seperti biasa. tangannya dengan susah payah mengait hangat jari jemari Riana. hangat, seperti biasanya. asal ada Riana bersamanya. ia tidak masalah. asal Riana selalu ada bersama-nya. itu sudah cukup.

***

Akhirnya Nana keluar dari rumah sakit setelah menjalani masa pemulihan. Memang masih terasa dampaknya, Nana masih gemetar setiap mengingat akan hal itu. Riana melihatnya, saat ia ingin meminum obat beberapa kali ia menahan mulutnya agar tidak muntah. Riana hanya diam saja, saat perjalanan pulang kerumahnya. Nana melihat ke arah samping. seperti-nya ia heran mengapa Riana hanya diam saja. Riana tampak sedikit berbeda.

***

Srek

***

Nana dengan ragu ragu mengarahkan tangannya untuk memegang tangan kanan Riana di sampingnya itu. Tapi Riana malah menjauhkannya. Nana menatap Riana dengan menunduk. tapi ia hanya tersenyum simpul memaklumi. dan sedikit menengadah ke arah atas menghadap ke arah Riana. ia menahan semuanya lagi lagi dengan kepolosan dan wajah seperti menahan kesakitan.

***

Padahal disini ia yang menderita. Berhenti melakukan itu semua. Riana jadi tidak bisa melakukannya. jika kau terus menunjukkan kebaikan-mu. Riana menjadi ragu untuk melakukannya.

***

"Ah maaf Riana. mungkin aku..terlalu merepotkan mu akhir akhir ini" gumam Nana pelan diiringi dengan senyuman. kedua matanya tampak kecewa saat melihat Riana seolah menjauhi dirinya. hentikan itu Nana. hentikan semua kebaikanmu itu. aku tidak perlu, Riana hanya melirik dengan tatapan kosong. melihat ke arah Nana yang menunduk, menjaga jarak dengannya. dan kedua tangannya meremas pelan bajunya.

***

kenapa kau yang merasa bersalah?.

***

kau aneh Nana. masih saja begitu percaya pada ku. padahal Riana inilah yang membuat-mu seperti ini.

***

Nana pulang kerumahnya. katanya ia sudah baik baik saja. Riana tidak perlu menemaninya lagi. Riana hanya menatap datar saat Nana masih saja memasang senyuman saat ia beranjak ke dalam rumahnya itu. ia masih saja bertingkah seolah semuanya baik baik saja. tanpa tau apapun. Riana melihat ponselnya berdering dan ia mengangkat nya. dengan kedua menatap datar dan kosong tanpa perasaan ke arah rumah besar Nana yang perlahan ditutup.

"..."

"Baik, masuk saja" seru Riana. dan disambut dengan obrolan dari para lelaki disana. Riana mematikan telepon nya. kedua matanya melirik ke arah layar hape itu. dan ia balik menatap ke arah rumah Nana. ia sudah mengambil keputusan. semuanya akan berjalan seperti yang telah ia pikirkan. pilihan dimana ia akan mengorbankan Nana. Riana menatap dengan angin dingin bersepoi perlahan sama dengan suasana hati dan jiwa Riana yang sudah mati tidak berbekas. kedua mata menatap kosong kearah depan. dan rambut pendek bergoyang perlahan dengan ekspresi wajah kosong.

***

Nana diam saat sampai ke rumah. hah, ia benar benar merasa bersalah karena telah membuat Riana kerepotan. itu semua karena dirinya. Riana selalu menemaninya saat ia terkena hal itu. Nana merasa sakit saat mengingat tentang Riana yang sedikit menjauh dari dirinya itu. ia memang sudah sangat merepotkan Riana. dan sasu. ia malah merepotkan semua orang. wajar saja kalau Riana merasa bahwa Nana adalah beban dan menjauhinya. Nana tertawa hambar berusaha tersenyum.

***

Ini adalah salah-nya.

***

Nana melemaskan tangannya. ia harus segera kembali seperti biasa. agar tidak ada lagi yang khawatir. Nana merasa tangannya gemetaran. ah.. mungkin sedikit demi sedikit dulu hehe. Nana tertawa lirih seorang diri di rumah nya yang sepi. Nana berjalan ke arah kamar dan meletakan obat yang harus ia minum untuk meredakan hal ini. Ingatan nya masih terbesit tentang hal itu.

tidak Nana. kau tidak boleh merepotkan Riana lagi. kau harus cepat sembuh. Nana tersenyum dan mengganti bajunya dengan baju santai. warna cerah, merah pekat di kaos pendek dan celana pendek berwarna kuning cerah. Nana mengikat kedua sisi rambutnya yang tergerai panjang. sudah lama juga ia tidak mengurus rambut. sedikit aneh, memang. hahaha. penampilannya aneh juga. Nana tertawa riang menertawakan sendiri kondisi dirinya yang sangat berantakan dan kacau. Dia benar benar sangat jelek sekarang. patutlah Riana menjauhinya tadi. haha.

Nana berhenti tertawa. kedua matanya menyendu sesaat menatap ke arah jari kelingkingnya. kapan ya Riana berhenti menjauhinya..?. ia rindu Riana. Nana merasa rumah besarnya begitu sepi. ia baru sadar kalau rumahnya begitu sepi. tidak ada seorangpun. Nana memeluk tubuhnya sendiri. tenanglah Nana, kau akan baik baik saja. Nana berusaha tertawa. tersenyum seolah semuanya baik baik saja. ia merasa keringat dingin perlahan berjatuhan. seperti biasa kok. berusaha menghentikan gemetaran yang terjadi seolah dia berada di sebuah lubang hitam tanpa apapun.

***

tidak perlu takut pada trauma-mu Nana. tenang saja. Riana ada kok.

***