Chereads / Diary Of Riana / Chapter 19 - Seorang Pengkhianat

Chapter 19 - Seorang Pengkhianat

***

Riana pulang kerumah. tersenyum seraya menghapus semua Nomor di hapenya. meksipun Nana sudah memaafkannya, Riana masih merasa sangat bersalah. bahkan sampai membuat haru kehilangan ingatan, Riana benar-benar terobsesi dengan haru hanya karena Riana tidak pernah mendapatkan perhatian seperti itu.

Riana akan menghilang.

meksipun Nana memaafkannya, Riana tidak pantas menerima permintaan maaf itu. Riana yang tidak pantas untuk itu, makanya Riana akan menjaganya dari jauh. Riana tidak pantas untuk sekedar berjalan di sampingnya, bahkan untuk menyebut dirinya sebagai sahabat. Riana merasa sangat kotor.

Nana terlalu baik. terlalu baik untuk memaafkan pengkhianat sepertinya.

Riana menatap ke arah salah satu nomor disana yang disimpannya, nanti di akhir Riana akan melakukannya.

***

Riana membeli lagi bubuk Narkoba yang sebelumnya dibelinya untuk Nana. namun sekarang, sebaliknya Riana ingin mengonsumsinya sendiri. untuk menebus segala dosanya, maka Riana harus melakukan semua yang telah di lakukan nya pada Nana. Riana harus melakukannya, lebih banyak daripada Nana. Riana meneguk ludahnya, berada di depan sebuah apotek tempat dimana Riana sebelumnya juga membelinya.

kali ini Riana tidak mengenakkan jaket yang menutupi keadaannya, Riana hanya memakai pakaian seragam sekolah dan tidak menutupi apapun.

"ada apa nak?" tanya petugasnya.

"aku mau dua bungkus narkoba" seru Riana seraya tersenyum disana. lebih baik, Riana melakukan semuanya dan agar semuanya dapat mengetahuinya.

betapa buruknya dirinya.

***

Riana meletakkan bungkusan narkoba di atas meja, menatap lama benda bubuk yang sebelumnya tanpa pikir panjang diserahkannya pada Nana, dia benar benar adalah yang terburuk.

Walaupun berbahaya Riana malah membuat Nana mengonsumsinya.

Riana harus merasakannya, bukan-?

"Nana.." seru Riana sebelum menelan banyaknya bubuk narkoba disana, merasakan kepalanya pusing dan tubuhnya meronta-ronta. ternyata seperti inilah yang dirasakan Nana, Rasanya sakit. seharusnya Riana yang merasakan semuanya, bukan Nana yang sama sekali tidak bersalah.

nafasnya terasa semakin sesak.

Riana menutup mulutnya, memuntahkan benda asing yang masuk di tubuhnya.

Namun Riana menelannya lagi, Riana harus merasakan rasanya dengan lebih jelas, merasakan rasa pahitnya.

merasakan semua rasa bersalah yang membuat Nana menderita karenanya.

Riana harus merasakan semuanya.

"hah.. lelahnya.." , seru Riana merasakan tubuhnya seakan mati rasa.

Riana membaringkan tubuhnya melihat ke arah langit-langit kamarnya yang semakin lama semakin rabun, ternyata rasanya sangat menyakitkan. Apakah Riana akan mati setelah ini-?, tidak. Riana masih belum mau mati setelah melakukan semua kesalahannya.

seseorang masuk, ibunya dengan khawatir. Riana lagi-lagi sudah merepotkan semua orang karenanya.

dia yang paling terburuk.

***

Riana bangun di rumah sakit, kondisi yang familiar. namun kali ini Riana yang merasakan semuanya, Riana melihat ke arah samping dimana Nana yang tampak tertidur pulas di sebelahnya, Riana memakai masker oksigen dan tangannya pucat pasi. ternyata narkoba itu benar-benar sangat menyakitkan.

Riana membuat Nana merasakannya.

Riana mengarahkan tangannya hendak mengelus rambut panjang Nana yang sangat dirindukannya, namun Riana menahannya. Riana terlalu tidak pantas untuk menyentuh Nana, setelah membuat Nana mengalami penderitaan seperti itu. Riana sangat tidak pantas.

Riana menatap Nana dengan kedua matanya yang datar, Bibir pucatnya yang perlahan mulai berbicara. tentu saja tanpa di dengarkan oleh Nana.

"Nana.., aku akan melakukan semuanya. merasakan semua penderitaan mu Nana, maafkan aku ya?"

suaranya semakin menelan. di ruangan yang sepi tanpa suara apapun disana.

"aku sahabat yang buruk bagimu.."

***

Riana akhirnya sembuh, Riana masuk ke dalam sekolah dimana banyak anak anak yang menatapnya dengan tajam, tentu saja semuanya akhirnya tau.

Riana melakukannya.

"Riana, kau beraninya membuat Nana masuk rumah sakit. sahabat macam apa kau hah?!" seru Salah satu teman sekelasnya, menudingnya. Riana hanya diam, benar Riana yang bersalah. Riana yang melakukan semua kesalahannya.

"dan membeli narkoba?, dasar sahabat yang menjijikkan. aku tidak percaya kau masuk sekolah setelah semua ini!" seru teman sekelasnya mendorong Riana dan memasang wajah jijik padanya.

benar, bencilah aku. aku memang pantas untuk dibenci, orang orang satu sekolah menatap Riana dengan kotor.

menganggap Riana bersalah.

dan tentu saja Riana memang bersalah.

semua orang pantas membencinya.

keberadaannya yang semula hanyalah seperti helaian kertas mulai dikenali orang-orang tentu saja sebagai sosok yang jahat, dan kejam. terutama karena Nana tidak masuk sekolah hari ini.

Sempurna. untuk Kejahatannya.

makanan yang di bawa Riana bahkan di buang ketempat sampah, Riana bahkan di tendang dari kursinya dan di usir dengan kekerasan. namun Riana merasa puas dengan semuanya. Riana bahkan sama sekali tidak melawannya.

dengan matanya berwarna hitam yang kini hanya menatap dengan kosong.

Pantas, Pantas untuk dirinya.

Rambut hitam pendek yang tidak membuatnya cantik, melainkan begitu menjijikan setelah mengetahui sifatnya yang sebenarnya. sejak awal Riana tidak pernah terlihat cantik, dan sekarang Riana benar-benar terlihat sangatlah menjijikkan di mata Riana, maupun di mata-mata orang yang mengetahuinya.

Riana memang pantas menjadi hancur, keberadaan Riana hanyalah sampah.

jika Nana tidak bisa melakukannya, maka teman sekelasnya dan yang lainnya bisa melakukannya, membuat Riana merasakan bahwa ini pantas untuk di rasakan nya, bahwa orang jahat sepertinya harus diperlakukan seperti ini. setiap kali Riana melangkah, Riana seperti dalam sebuah tempat gelap. di perhatikan dengan setiap pasang mata yang melihatku dengan tatapan benci.

Riana pantas mendapatkannya.

setelah apa yang dilakukannya pada Nana, Riana pantas mendapatkan semuanya. Riana adalah orang jahat, dan orang jahat sepertinya memang harus mendapatkan hukumannya.

Riana menghancurkan dirinya sendiri.

Byur!

sebuah air pel di tuangkan padanya, saat Riana di kamar mandi. Riana hanya diam, sama sekali tidak menangis.

"haha! lihat kau kotor seperti itu!"

"rasakan, setelah menyebabkan Nana masuk rumah sakit!"

"Riana, kau sahabat yang buruk!"

kemudian mereka menjauh, Riana hanya diam. melihat dirinya yang sangatlah kotor. benar, dirinya kotor. kondisi seperti ini sangat tepat untuknya, Riana keluar menghadapi dirinya di depan cermin dengan kondisi berantakan dan wajah Riana yang tampak menerimanya, bau busuk yang menyelimutinya.

benar benar mengambar kan dirinya yang sangat kotor dan menyedihkan.

kedua mata hitam kosong yang tidak memiliki perasaan apapun, Dan sebuah kaca yang perlahan mulai retak.

Bahkan Riana tidak pantas untuk memiliki perasaan, Karena Riana adalah Seorang Pengkhianat. yang tidak pantas untuk mendapatkan pengampunan.

Setiap kejahatan membutuhkan balasan, Setiap kejahatan harus dibalas dengan kejahatan yang serupa.

dan di pihak ini. Riana menerimanya, betapa kotornya dirinya, dan pantasnya Riana untuk mendapatkan kejahatan.

Yang semula di lakukan-nya.

Dirinya tidak pantas. Dirinya pantas untuk hancur, dan perlahan-lahan Riana mulai menghancurkan dirinya sendiri.

Sampai batas mana Riana akan benar benar hancur-? Riana mengharapkannya saat dimana dia benar-benar hancur.

ini pantas untuknya, dia bukanlah sahabat yang baik. sahabat yang memakan sahabatnya sendiri, rasa dingin dan bau busuk yang sama seperti dirinya yang memang sangatlah kotor.

karena dirinya sendiri. Riana yang semula menghancurkan dirinya sendiri, maka Riana pantas mendapatkannya.

Riana pantas lebih kotor daripada ini.

***

"untuk Riana , dipanggil ke ruang kepala sekolah.." seru suara speaker.

semuanya berbisik, menyalahkan Riana terang-terangan. Riana mengetahuinya, dan Riana merasakan rasa sakit yang aneh. dan Riana menerima semuanya, ini semua pantas untuk keadaannya.

Riana berdiri dari kursi, Riana berjalan sendirian di kelas. tanpa Nana, Riana bukanlah siapa-siapa. sekarang Riana menyadari, nilai dirinya selama ini. tidak terlihat, dan Riana menghancurkannya.

menjadi tidak pernah ada.

Riana berhenti di depan pintu, dan perlahan berbalik melirik dengan sebuah senyuman sendu yang diperlihatkan.

"Nana tidak bersalah, aku pantas untuk mendapatkan semuanya... termasuk Rahel dan haru...aku yang sudah melakukan semuanya, .." seru Riana dan seketika semuanya terdiam.

Riana sudah tau reaksinya.

diam untuk sejenak sebelum pengadilan untuknya pun terjadi.

Brak!

Brak!

meja bahkan kursi, makanan dan yang lainnya berceceran di lemparkan pada Riana. membuat kondisi Riana semakin mengenaskan, Riana hanya bertahan disana dan menerima semuanya, mereka semua terlihat sangat-sangat membencinya. Riana mengetahuinya, dan Riana sudah menerima semuanya. bahwa ini adalah konsekuensi dari semua kesalahan yang dilakukannya.

Riana menutup matanya, merasakan setiap rasa sakit yang dirasakannya.

"dasar pembohong!"

"mati saja kau!"

"kau ternyata menjijikan!"

"dasar brengsek!"

"bangsat!"

kata kata umpatan diucapkan padanya, Riana mengetahui kalau dirinya ternyata sangatlah menjijikkan, kotor, sampah yang seharusnya menghilang dari dunia ini. namun Riana masih belum bisa menghilang, Riana harus menebus semua kesalahannya sebelum keberadaan nya yang kotor ini perlahan menghilang dari kehidupan semuanya.

tentu saja dengan kebencian.

***

Riana masuk dalam ruangan kepsek.

"Riana.., apa benar kau yang melakukan semuanya?" tanyanya dengan tatapan tajam, Riana mengusap benda kotor di wajahnya seraya mengangguk.

"saya melakukan semuanya" serunya, sebelum kepsek melemparkan berkas berkas dengan kasar tepat di depan Riana. berkas berkas sekolahnya.

"KAU DIKELUARKAN!" teriak kepsek itu, beserta semua guru menatapnya tajam.

"saya tidak menerima anak kurang ajar yang merusak reputasi sekolah, dan malah melukai teman sekolahnya!" seru kepsek dengan nada memburu.

sangat tidak percaya, anak didiknya sampai melakukan semua ini. dan bahkan dia sudah membuat anak yang tidak bersalah menjadi korbannya.

"kau harus mengaku sendiri pada polisi, Riana, kau adalah yang terburuk.."

Riana menatap datar, dan mengambil berkas berkas dan berlalu keluar dari sana. meninggalkan sekolah yang kini sudah sangat membencinya. Riana pantas menerimanya, Riana terus berpikiran seperti itu. Riana berjalan, dengan hujan yang perlahan menetes.

dan Riana hanya sendirian disana.

kondisi yang sama dengannya, Riana sangatlah menyedihkan. bahkan Riana tidak boleh menangis, karena Riana tau kalau dirinya tidak pantas untuk itu.

penderitaan nya tidak seberapa untuk penderitaan yang telah di alami Nana.

Riana harus melakukan semuanya, hal yang pantas diterima olehnya.

sang pengkhianat ini.

***