***
kenapa?.
***
Are...?.
***
Riana gadis imut dengan wajah kecil itu menatap dengan sedikit membulatkan matanya yang terlihat membeku melihat kejadian didepannya. wajahnya kosong dan sangat pucat . dimana Haru malah jadi sering mengunjungi Nana dan Nana yang semakin membaik. ia merasakan peluh dingin menetes. saat Nana mulai tertawa lagi dan mulai terlihat membaik dari keadaan psikologis nya itu.
***
tidak mungkin...
***
tidak mungkin?!.
***
Riana menatap dengan tatapan tidak percaya saat melihat rencananya benar benar menuju ke situasi yang sama sekali tidak pernah ia sangka. Nana malah jadi semakin mendekat dengan haru sejak kejadian itu. seharusnya. seharusnya semuanya tidak menjadi seperti ini. Haru seharusnya menjadi jijik dan membenci Nana setelah melihat dirinya itu. Nana tidaklah cantik. Nana sudah kotor. harga dirinya sudah hilang dan ia seperti orang gila. Tapi..,
***
semuanya gagal.
***
Riana meremas kedua sisi bajunya saat melihat senyuman Nana yang perlahan kembali. Seperti ini lagi. kedua matanya menyipit, menatap penuh kemarahan ke arah bawah. kenapa jadi seperti ini?. ia melakukan hal seperti ini agar Nana dijauhi oleh haru. agar haru tidak lagi memandang Nana. dan ia akan mulai memandang dirinya. Riana. ia akan bersinar ketika Nana seperti itu. Riana menatap ke arah bawah. pikirannya mulai semakin kacau saat ia merasa kalau hari ke hari semuanya berubah.
***
bagaimana ini?.
***
bagaimana ini?.
***
Riana tidak tau apa yang harus ia lakukan selanjutnya. rasanya seperti semua hal yang dia lakukan akan kembali berakhir pada situasi yang sama. dan kini Riana bisa melihat dari sorot mata Nana. kalau ia pun mulai mencintai haru. semuanya salah!. ini tidak benar!. Riana tidak melakukan apapun. hingga tanpa sadar Nana mulai sembuh dan ia mulai bersekolah kembali seperti biasa. senyuman Nana mulai kembali lagi. dan Riana kembali menjadi karakter pendukung.
ini akan kembali seperti semula!. ia melakukan semua ini bukan untuk kembali seperti ini!. Riana merasakan pikirannya mulai kacau. dan dirinya merasa terganggu dan tidak tenang. apa yang harus ia lakukan?!. Riana tidak mau dirinya berakhir harus berada disini lagi hanya tersenyum dan menerima semuanya. lalu apa yang selama ini ia lakukan?. Riana merasa kacau, dan kini gantian dia yang merasa pusing. Riana mulai marah marah dan menjauhi Nana untuk sekedar memikirkan rencana selanjutnya. Nana menjadi khawatir. tapi itu malah membuat Riana bertambah kesal melihat wajah Nana yang tampak seperti meremehkannya itu.
ia harus memikirkan nya. cepat cepat!. wajah yang biasanya datar itu mulai terlihat suram dan penuh pikiran. Riana yang biasanya sering membaca buku. malah tidak menyentuh buku sama sekali dan memilih untuk melamun disana. memegang kedua kepalanya dan kembali memandangi mejanya. Riana tampak sangat berantakan saat ia tau kalau semuanya sia sia. ia tidak mau kalau yang ia lakukan berakhir seperti angin lalu. kedua mata Riana bergerak kesana kemari dengan cemas. ia harus melakukan sesuatu!. keringat dingin menetes dan Riana bahkan sampai melewatkan segalanya.
***
Tak.
***
"Riana-" Riana melihat ke arah atas. terlepas dari segala beban pikirannya. ketika mendengar suara itu dan sebuah roti yang disodorkan padanya.
"-nih makan dulu ya. kau terlihat banyak pikiran. apa ada yang bisa kubantu?" tanya Nana dengan senyuman ramah. Riana terdiam melihat wajah Nana yang sangat perhatian padanya. tapi untuk sekarang. Riana sedang penuh dengan berbagai pikiran negatif. ia menatap dengan kedua mata kosong, pikiran mulai berkecamuk. kalau Nana sedang mengejeknya dan segala sesuatunya. dengan kasar Riana menepis itu dan menatap dengan tatapan tajam.
"gak perlu. pergi kau!" seru Nana dengan nada di tekankan. Nana terdiam saat melihat sikap Riana. ia memaksa tetap tersenyum dan meletakan makanan itu. Nana tampak sedih saat Riana tadi menolaknya. Riana hanya diam, melihat ke arah roti di atas meja itu. kenapa?. apa ia benar benar mengejeknya??. dengan kasar, Riana menepis roti itu hingga terjatuh dan memilih untuk mengabaikannya begitu saja. Nana menatap dalam diam, ia menunduk dan meraih roti itu. dan kembali memasang sebuah senyuman seperti biasanya.
"Sialan".
***
Riana berjalan ke arah kantin. sial, perutnya lapar sekali. Mungkin saja nanti ia akan memikirkannya lagi. Riana berjalan ke arah kantin. dan ia dikejutkan saat ia ditarik oleh seorang yang sangat tampan disana. haru. rona merah dan detak jantung itu lagi. seketika pikiran Riana terpenuhi dengan sosok didepannya itu. tanpa sadar Riana ikut saja saat haru menariknya ke arah ruangan ketua OSIS.
"..a..ada apa haru?" tanya Riana dengan malu malu. ia merasa gugup saat ia pertama kali dipanggil haru seperti ini. haru berdiri di depannya. Ia mendekat dan Riana terdiam saat melihat haru menyerahkan sebuah roti padanya. Roti itu, Riana melihat lagi ke arah haru.
"ini?" gumam Riana pelan. menatap ke arah roti itu. haru...kenapa?.
"iya itu yang diberikan Nana. meksipun ia hanya tersenyum aku tau. ia merasa terluka. apa ada masalah dengan kau dengan Nana?" seru haru lagi. Nana, dan Nana saja. kedua mata Riana mulai terasa menggelap. hatinya terasa remuk berkeping-keping. sakit. semua pikiran Riana terasa berputar-putar.
***
Kenapa?.
***
kenapa?.
***
haru mempermainkan dirinya?. padahal ia melakukan ini semua karena haru. Riana merasa tangannya terasa sangat ringan. ia menatap ke arah roti itu yang lambat laun berubah menjadi gelap. semuanya menjadi kacau. Riana melihat ke arah haru yang tertawa disana mengejek dirinya. Riana melihat ke arah depan. suara-suaranya menghilang. Riana melihat ke arah samping dengan tatapan kosong yang mengelap. tidak bisa. ia tidak bisa menahannya lagi. sakit. rasanya sakit sekali. seperti tercabik-cabik. tidak tahan. haru, Nana semuanya seperti itu. semuanya begitu saja mempermainkan dirinya.
***
Deg
***
Deg
***
Ya seharusnya ia 'HANCURKAN' saja.
***
Riana meraih sebuah vas bunga disana. menatap ke arah depan dengan tatapan dan wajah kosong. dan itu begitu saja terjadi. Riana memukul sekuat tenaga vas itu pada kepala haru hingga pecah berantakan. haru terdiam, tidak percaya dengan hal yang terjadi. perlahan tetesan berwarna merah menetes dan pecahan itu terjatuh secara perlahan menimbulkan suara keras. Riana tidak tau apa yang ia lakukan. ia merasa lega. ia merasa segalanya terasa sangat menyenangkan sekarang. hatinya yang penuh dengan perasaan hilang sudah. Riana sudah tidak peduli lagi dengan apa yang ia lakukan. ia hanya ingin melampiaskan rasa sakit yang sudah ia tahan semenjak lama.
***
Prang!
***
Riana melihat haru yang kesakitan. dengan darah mengucur dari atas kepalanya karena pecahan itu. kosong. semuanya gelap. semuanya terasa buram. Riana terdiam, menatap kosong ke arah haru di depannya dan tepat saat itu seseorang muncul dari balik pintu. ketika melihat apa yang terjadi. ia hanya bisa terdiam. menutup mulutnya dengan kedua tangannya. saat melihat Riana disana yang hanya menatapnya dengan tatapan kosong dan sedikit cipratan darah di wajahnya dan vas yang sedang ia pegang dihancurkan di atas kepala haru. di depan matanya sendiri.
"Riana?"
***
"Riana apa yang...kau lakukan?!". Nana untuk pertama kalinya berteriak. Riana hanya menatap dalam diam. tatapan itu, lagi dan lagi. Riana menunduk. Nana mendekati haru yang sudah terjatuh dan tidak sadarkan diri. dengan cemas ia menghentikan pendarahan yang terus mengalir itu. Haru masih bernafas.
***
berisik.
***
berisik.
***
"Riana?!" Nana menunggu jawaban. Riana terus diam dan hanya menunduk. ini salahnya?. ini salahnya?. Riana mengigit bibirnya dengan kasar. semua perasaan yang sudah ia pendam sekian lama kini ingin berhamburan segera keluar dari bibirnya. Nana juga semakin menuntut jawaban membuat Riana menjadi pusing. ia tidak tahan lagi. Riana meremas kedua sisi bajunya. dan ia berbalik menatap tajam ke arah Nana yang membuatnya meneguk ludah paksa. ia tidak pernah melihat sisi Riana yang seperti ini bukan?. lagipula semuanya sudah terlambat. Nana akan tau semuanya. sekarang. disini.
"Ri.."
"Ini semua salahmu Nana!, ini semua atas kesalahanmu!. jika saja haru tidak mencintai mu!". nafas Riana terasa begitu berat. semua masalah itu terlintas begitu saja. semua perasaan yang ia alami selama ini.
"haru?" Nana membulatkan matanya. seperti tidak tau saja.
"Jangan berpura pura tidak tau!. kau itu egois Nana!" teriak Riana.
"A..aku?. aku tidak egois!"
"kau egois. kau merebut semuanya!. sejak kau menjadi sahabat ku dan berada disisiku kau merebut semuanya!. aku benci saat kau ada disisiku. aku benci keberadaan-mu Nana!". Riana berteriak menatap tajam dan penuh kebencian ke arah Nana. Nana terdiam saat mendengar perkataan ku itu. ia menatap dengan tatapan tidak percaya. wajah itu. Riana mengigit bibirnya hingga terasa rasa darah disana. sakit. tidak ada satupun yang tau bagaimana rasa sakit ini. bagaimana cara Riana untuk selalu bertahan dalam hal ini.
"Ri..Riana jangan gig-".Nana tampak sangat khawatir. wajah menjijikan itu. ia mendekati Riana.
"Diam kau brengsek!" Riana menjawab dengan umpatan kasar. membuat Nana terdiam ditempat. Riana tidak pernah seperti ini padanya. Riana balik dari arah menunduk. seluruh tubuhnya gemetar hebat. Riana mendongak perlahan. rambutnya sudah kacau. nafasnya terasa memburu karena rasa amarah dan sakit bersamaan. dan...tetesan air mata mengalir perlahan di wajah Riana. Nana terdiam disana. Riana lemas. tapi ia berusaha terlihat kuat. Riana berbalik dari sana dan berlari. ia tidak boleh terlihat lemah!. ia harus kuat!.
Riana tidak sadar kalau air mata itu terus mengalir. dan rasa bersalah serta rasa sakit terus menjalar. ia merasa lega karena telah berhasil melampiaskan semuanya. tapi ia juga merasa bersalah saat melihat wajah Nana. kenapa?. seharusnya ia membenci Nana!. Riana bisa merasakan setiap tubuhnya terasa bergetar hebat. Riana menatap dengan kedua mata men-yendu pada genangan air disana. itu dirinya?. berhenti!.
***
ia adalah antagonis dalam cerita ini. dan antagonis tidak punya perasaan!.
***
💔💔👉💔👈💔💔