***
Riana menatap datar dan kosong seseorang yang ada di depannya itu. terbaring dengan selang di hidungnya dan berbagai selang lainnya itu. Rahel, cowok itu sudah dimasukkan kedalam penjara sementara atas tuduhan narkoba. Dan sekarang Nana sedang masuk ke rumah sakit karena menderita overdosis akut karena ia memberikan konsumsi narkoba yang tinggi. Riana menatap datar seseorang yang kini terbaring lemas di kasur putih itu tidak lain karena dirinya sendiri.
karena Nana tidak punya anggota keluarga lain. ia yang harus merawat Nana. tidak ada yang tau kalau dirinya lah yang sudah menyebabkan Nana menjadi seperti ini. melihat dirinya yang biasanya selalu ceria dan sehat. kini harus terbaring dengan tubuh kurus dan rapuh. Riana terkejut saat Nana beberapa saat setelah kepergian Rahel. ia mengeluarkan busa putih dari mulut nya. padahal Riana sudah menetapkan hati untuk membenci Nana. tapi saat hal itu terjadi. ia begitu sangat panik.
***
hanya Nana yang ada dipikirannya.
***
melihat Nana kejang kejang dan saat itu tanpa di sadari Riana merasakan ia menangis. takut dengan apa yang terjadi pada Nana. ia merasa sangat takut dan dirinya ikut gemetaran. kebenciannya lenyap begitu saja. dalam pikirannya ia merasa kacau dengan segala perasaan aneh. Riana masih bisa merasakan hal itu. ia meremas bajunya sendiri. kalau begini ia tidak akan bisa meneruskannya lagi. saat itu, ia bisa tau kalau ekspresi nya seketika berubah saat Nana menderita seperti itu.
***
ia sadar kalau ia itu sudah berbuat sesuatu yang kejam. jauh di dalam lubuk hatinya ia membenci dirinya sendiri karena tega melakukan itu. ia sadar kalau ia masih peduli pada Nana. ia masih sangat sayang padanya. Nana adalah sahabat pertamanya. dan kami selalu bersama. dan Nana juga sangat sayang dan percaya padanya.
***
tapi dilain pihak. jika ia terus menahan ini seperti biasanya. ia akan mati karena mengalami kesakitan. jiwanya dan seluruh pikirannya terasa retak dan akan semakin retak. dan ia akan hancur dengan sendirinya. melihat Nana yang bahagia di atas penderitaan nya tanpa tau apa apa. membuat nya begitu marah. begitu kesal. ia tidak suka. apalagi saat haru, orang yang pertama kali ia sukai juga diembat Nana.
***
Riana melihat ke arah Nana yang kini sedang tertidur pulas setelah menjalani masa kritis nya. "Bagaimana ini?". Riana tidak tau apa yang harus ia lakukan setelah ini. apakah ia harus melanjutkan semuanya?. tapi Nana sudah seperti ini. ia tidak mau Nana menjadi lebih buruk daripada ini. tapi jika ia tidak melakukan apapun. maka dirinya yang akan hancur. Riana mengigit bibirnya sendiri. dia gemetaran. bingung dengan semua pilihan ini. kenapa?. kenapa harus dirinya yang mengalami semua drama menyedihkan ini?. kenapa harus dirinya dan Nana yang tersakiti-???.
ia berada dalam pilihan antara dirinya atau orang lain yang akan hancur. Riana menatap ke arah Nana yang ada di depannya. Sekarang ia tidak tau apa lagi yang harus ia lakukan. Riana meraih tangan Nana yang diinfus. kedua matanya men-yendu menatap penuh khawatir pada Nana. ia khawatir. untuk saat ini. ia harus merelakan itu dulu. untuk saat ini kesehatan Nana adalah yang terpenting dari semuanya.
***
Nana maafkan aku... maafkan aku. aku ini sama sekali tidak tau apapun. maafkan sahabatmu yang begitu buruk ini. aku...aku sangat jahat. bahkan aku tidak bisa memilih antara dirimu dan diriku sendiri..maaf...aku..aku benar benar sangat buruk..aku bahkan sangat membenci diriku sendiri Nana..maaf.
***
Riana berdiri dari sana saat jam menunjukkan pukul 10 pagi. waktu nya sarapan untuk Nana. Saat hendak pergi, Riana terhenti saat tangannya dipegang begitu saja oleh Nana. Riana melihat ke arah Nana. tampak jari jemari Nana menyentuh perlahan dan mengenggam tangan kiri Riana yang sedari tadi dia letakkan di atas pinggiran kasur. dengan tangan kanannya yang terkulai lemah. Riana terdiam, dan perlahan tersenyum tipis melepaskan genggaman itu.
"sebentar lagi aku akan datang ya?" seru Riana pelan. Seperti tau. genggaman Nana melemah. Riana memegang jari jemari Nana yang terasa sangat kurus dan lemah. ia sangat merasa bersalah, ia membuat Nana seperti ini. Sebelum pergi ia melihat ke arah Nana lagi. Nana yang malang. yang overdosis sehingga ia pingsan dan harus dirawat ke rumah sakit demi kesembuhannya.
"Maafkan Nana"
dia memang kejam. dalam hal ini dan berbagai hal ia memang bersalah. tapi bukankah dirimu juga seperti ini?. semua orang juga akan seperti ini kan?. ketika dihadapkan pada suatu masalah, mencari seseorang sebagai pelarian agar dirimu tidak merasakan rasa sakit. seperti itulah Riana. hanya gadis biasa yang mencoba sebuah pelarian. gadis biasa yang harus merasakan rasa sakit karena sahabatnya dan cinta bertepuk sebelah tangannya. Riana hanya gadis biasa, sama seperti anak anak biasa lainnya yang penuh dengan masalah dan keburukan. dia tidaklah sempurna. ia hanyalah manusia biasa yang egois, dan sangatlah mudah terluka.
***
Riana meraih sarapan yang sudah di sediakan oleh suster. ia pergi ke arah kamar Nana yang berada di lantai atas. sebelumnya Nana harus memasuki ruangan ICU karena keadaannya yang sangat parah. mulut Nana berbusa, dan badannya kejang kejang, nafasnya tersengal-sengal, gejala overdosis dari narkoba. untungnya Nana merupakan salah satu orang yang beruntung bisa lepas dari gejala mematikan itu. Nana bisa saja mati..dan untung saja Nana bisa di selamatkan. saat itu Riana masih mengingat kalau ia sangat takut.
***
ia takut kehilangan Nana.
***
Riana meremas pinggiran piring itu. ia beranjak ke arah sana. langkahnya terhenti di depan pintu saat melihat ada seseorang yang ia kenal duduk disana. di sebelah Nana, mengantikan dirinya. Riana meremas pinggiran piring yang dipegang-nya. rasanya sakit. Riana mengigit bibirnya sendiri dan hanya bisa menunduk saat melihat sosok itu menatap Nana dengan tatapan yang jauh berbeda. Dadanya sakit, dan lagi lagi ia hanya bisa diam disini.
***
"Nana..., kau baik baik saja?" kata haru. ia menatap penuh khawatir pada Nana yang terbaring lemas dengan berbagai selang di sekujur tubuhnya.
"Nana, ayolah...kau harus tersenyum ya?. sudah berapa lama aku tidak lagi pernah melihat senyuman mu?" suara haru tampak bergetar. ia memasang senyuman miris dan perlahan haru mengarahkan tangannya mengelus pipi cekung milik Nana dengan lembut.
"Nana...aku...aku merindukanmu" seru haru lagi. ia menatap ke arah Nana, menatap sosok yang terbaring lemas di atas kasur itu. tanpa bisa melakukan apapun. Haru mengarahkan tangannya itu bergerak ke atas dan mulai perlahan mengelus surai milik Nana yang sudah kaku dan berantakan. Nana masih sangat cantik, meksipun ia seperti ini..Haru hanya merindukan Nana yang seperti biasanya..Nana yang tersenyum, Nana yang polos dan selalu ceria.
***
Nana..
***
Kenapa...kenapa cinta pertama-nya harus berlangsung seperti ini?. Nana harus mengalami hal sesulit ini..?. haru merasa dadanya sakit saat mengingat kejadian di perpustakaan beberapa hari lalu. Nana terlihat sangat kesakitan. ia terlihat begitu kacau. saat itu, haru melakukan itu tanpa pikir panjang. dan sekarang Nana malah terbaring dirumah sakit tanpa bisa melakukan apapun.
***
Riana tidak tahan harus melihat semua ini lagi tepat di depan matanya. saat melihat orang yang dia sukai itu malah melakukan itu pada orang lain. Riana berdiri di dinding luar. tepat di sebelah pintu. ia bersandar disana. dadanya seolah berdenyut-denyut entah karena berdebar atau rasa sakit. hatinya seperti di-remuk remuk setiap mendengarkan perkataan haru untuk Nana. Matanya terasa panas. Seluruh tubuhnya terasa gemetaran. ia...ia benar benar..sakit.
Cinta pertama-nya. adalah seorang pemuda tampan itu. seseorang yang pastinya bukan takdirnya. ia sudah tau akan hal itu. tapi meksipun itu. ia tetap saja jatuh cinta padanya. ia tidak bisa menghilangkan perasaan ini sekuat apapun ia berusaha. ia juga tidak ingin mengalami hal ini jika bisa. ia tidak mau harus mengalami cinta jika akan sesakit ini saat melihatnya tidak akan pernah melihatmu, melainkan orang lain.
Ia mencintai haru. ia yang mencintainya. tapi haru tidak pernah melihatnya. sakit. rasanya sakit. pikirannya terasa ruwet, berputar putar tidak tentu arah. rasanya kelu dan bibirnya terasa sangat kaku saat ia gerakkan. ia..lagi lagi.. tidak bisa melakukan apapun. hanya dengan melihat ini saja sudah membuat Riana merasa sangat sakit. cinta bertepuk sebelah tangan itu begitu menyakitkan. ia hanyalah gadis biasa yang jatuh cinta. gadis biasa yang juga harus merasakan pedihnya cinta itu. jika cinta sesakit ini. ia tidak mau jatuh cinta. ia juga tidak mau harus menderita seperti ini.
***
Tolong... hilangkan perasaan ini.
***
Riana melihat betapa memalukan nya dirinya itu. air mata sudah mengenangi pelupuk matanya. sakit yang begitu tidak tertahankan. seperti ada sesuatu yang mengganjal dan mengiris dirinya sedikit demi sedikit hingga hancur. ia merasa seluruh badannya gemetar. tidak bisa ia gerakkan. Riana bersandar kalau tidak ia bisa jatuh jika tidak ada yang bisa menahannya. Riana harus menahannya seorang diri. lagi dan lagi. sampai kapan ia harus seperti ini?.
"Sakit...sakit sekali"
melihat semuanya berjalan tanpa dirinya. melihat cinta pertamanya harus berjalan bersama orang lain. sama seperti gadis biasa pada umumnya yang mendambakan cinta dari seseorang yang hanya bisa ia lihat dari jauh. tapi.., dalam kasus ini Riana-lah yang melihat semuanya. melihat bagaimana keadaan ini menghancurkannya. dimana haru, orang yang disukainya menyukai sahabatnya sendiri. dan membuat luka yang akan terus teriris dan berbekas setiap melihat hal itu. karena Riana akan selalu disisinya. dan akan terluka setiap hal itu terus berlangsung.
***
Riana membulatkan matanya saat mendengar perkataan haru selanjutnya. rasanya seperti semua perasaan nya terasa di permainkan dan runtuh dalam sekejap. rasanya teramat sangat sakit. mendadak perasaannya menjadi kosong dan kedua mata Riana menatap kosong ke arah depan. tangannya yang gemetar terhenti seketika dan tubuhnya kaku.
"Aku sebenarnya sudah tau kalau Riana juga menyukai-ku. tapi aku tidak ingin membuat ia berharap begitu jauh, aku tidak pernah berusaha mendekatinya. aku tidak ingin menyakitinya dengan langsung menolaknya. bagaimanapun Riana itu adalah sahabatmu Nana, aku tidak ingin kau terluka. dan Riana juga akan terluka karena aku sejak awal tidak memiliki perasaan untuknya"
***
Eh?
***
kenapa?. kenapa haru harus bilang itu sekarang?. ia sudah tau semuanya?. ken-apa?. hanya karena Nana?. ia melakukan semua itu karena Nana?. padahal Riana sudah sekuat mungkin menahan perasaan ini agar tidak ada yang tau. agar tidak ada yang terluka. tapi...haru mengetahui itu dan malah mendiamkannya membiarkan nya sakit dan itu semua karena Nana?.
***
Riana tanpa sadar beranjak dari sana. ia menjatuhkan piring sarapan itu. haru menoleh ke arah belakang. dan hanya diam seolah sudah tau ketika melihat Riana yang susah payah berdiri disana sembari menunduk. seluruh badan Riana gemetar. rasanya sangat sakit. seperti ada sengatan listrik yang mengalir dan menyengat setiap bagian tubuhnya. ia tidak bisa menahannya lagi, ia ingin mengatakan ini dengan lantang pada haru. perasaan yang sudah ia pendam sejak pertama kali berjumpa. perasaan yang membuat ia terus tersakiti. perasaan yang membuat nya berbunga bunga setiap melihatnya.
Riana meremas kedua tangannya itu. ia mendongak. melihat dengan wajah penuh air mata dan kesedihan. ia menatap ke arah haru di depannya itu. seluruh tubuhnya terasa gemetaran. matanya terasa sangat panas dan air matanya tidak mau berhenti seolah tau perasaan Riana. Dia hanya gadis biasa yang mendambakan cinta dari seorang pangeran yang tidak akan bisa ia dapatkan seumur hidupnya. gadis biasa yang ingin merasakan manisnya cinta tapi tidak pernah ia dapatkan.
"Haru, aku mencintaimu!" seru Riana dengan lantang. menatap ke arah haru dengan kedua mata tajam. Dengarlah haru!, lihatlah aku!. aku mencintaimu!. perhatikan aku!. perasaan yang sudah kurasakan padamu sejak awal. Riana tidak bisa berdiri lagi rasanya. seluruh badannya seperti kaku. ia merasa aneh. melihat ke arah haru. ia hanya bisa berdiri disini karena haru. Haru melihat nya, ia tau tentang semuanya.
***
Riana mencintai haru!. sangat mencintaimu... makanya lihat... aku.
***
"maaf Riana, aku mencintai Nana" ucap haru dengan menyesal. ia menatap dengan sebuah senyum tipis kepada Riana. ia tidak mau Riana merasa lebih sakit karena haru menolaknya. maka ia menjawab dengan menatapnya. ia akan mengatakan hal sejujurnya. perasaan itu bukanlah hal yang bisa di paksakan. karena ia sudah mencintai orang lain. haru melihat ke arah Nana dan perlahan menuai senyuman tipis hangat.
kata kata itu dan wajah itu. Riana merasa sekali lagi merasa down. ia tersenyum miris. ia sudah tau. ia sudah tau. Riana berbalik dan pergi dari sana. ia merasa sakit. rasanya begitu sakit. Riana terus berlari. ke arah kebun belakang rumah sakit. ia duduk disana. meratapi dirinya yang baru saja di tolak. ia tau kalau haru akan menjawab seperti itu. betapa bodohnya dia yang malah menyatakan perasaannya seperti itu. ia benar benar bodoh saat jatuh cinta.
rasanya lebih sakit saat tau kalau ia tidak mencintaimu. Riana seperti orang bodoh saja. berharap akan sesuatu yang tidak pasti. ia memang bodoh dan lebih bodoh karena merasakan sakit karena harus terus mencintainya. ia mencintai haru sejak awal. tapi, sekuat apapun ia mencintai nya. haru tidak akan pernah berbalik mencintainya. Riana tertawa miris. menertawakan dirinya sendiri. menertawakan perasaan nya yang begitu menyedihkan.
"Haha...haru aku mencintaimu" gumam Riana lagi. mengingat bagaimana reaksi haru saat menjawabnya.
"haru..aku mencintaimu" suara Riana mulai gemetaran. tawanya mereda. menatap ke arah rerumputan dengan mata yang mulai terasa samar samar. tenggorokannya terasa tersekat.
"aku... sangat mencintaimu" . wajah Riana sudah penuh dengan balutan air mata yang begitu menyedihkan. tertawa, ia tidak bisa lagi. Rasanya begitu sakit. sampai ia merasa seperti mati rasa sendiri. rasanya gemetar, rasanya sangat menyakitkan. perasaan nya dihancurkan begitu saja. sebuah kata yang seharusnya indah menjadi sesuatu yang menyakitkan.
***
tapi... ini semua tidak akan terjadi jika tidak karena Nana bukan?. Riana berhenti menangis. meratapi nasibnya yang menyedihkan. jika saja Nana tidak seperti itu. maka ia tidak akan pernah di cintai haru. jika saja bukan Nana yang ia temui pertama kali. pasti haru tidak akan mencintainya kan?. semua ini adalah salah Nana. bahkan saat ia terbaring begitu saja. ia tetap serakah. mengambil semuanya. Riana menatap ke arah depan dengan kedua mata kosong. segala perasaannya terasa menghilang. digantikan dengan sebuah rasa kebencian pada Nana. dengan rambut pendeknya perlahan bersepoi membuat wajah Riana yang begitu menyedihkan terlihat jelas. wajah yang begitu kesakitan dan terluka.
***
Riana hancur. Riana sakit. dan ia melampiaskan semuanya pada Nana.
***
benar, jika saja...Nana tidak sesempurna itu...pasti....
***