Pemikiran mereka semua hanya ingin orang tua masing-masing menyetujui keinginan para murid.
"Seandainya dikasih ijin sih enak juga ya, ya tapi itukan hak orang tua juga"sahut rika.
"Ya ijinlah kepada kedua orang tua kalian,masa diam aja".
"Sip,beress,"sahut murid-murid cewek itu serempak dengan penuh semangat.
Armin memandang lala dengan sambil senyum-senyum sendiri.
"Lala mau ikutkan nanti tournya?"tanya armin kepada lala.
" nggk tau ya?"
" kenapa?"
"Tergantung dikasih ijin papa sama mama atau enggak, ya kalau ngk dikasih ijin aku ngk ikut".
Armin beralih kepada sari gadis pendiam ini selalu cantik dan manis dalam pandangannya cuma lantaran sifatnya yg pendiam itu membuat armin jadi serba canggung untuk menyapa atau menegur sari,lain dengan halnya lala.
"Mungkin sari mau ikut nggak"armin beralih bertanya kepada sari.
"Bagaimana ya? Sari rasa jawabannya hampir sama lala, soalnya sari kan ngak tau apa dikasih ijin atau enggak".
Kalau lala sama sari tidak ikut,itu ibaratkan sayur dimasak tanpa garam.kurang sedap rasanya pikir armin sambil mengayunkan langkanya disamping tamin mereka menuju tempat parkir belakang SMA yg sudah disediakan sekolah buat murid-murid yang mengendarain kendaraannya kesekolah,angin siang bertiup semilir nyaman.
"Memang agak sulit bagi orangtua memberi ijin kepada anak gadisnya pergi tour selama dua minggu" desah tamin.
"Jangan mengeluh dulu dong, belum apa-apa sudah putus asa gitu"sahut armin
"Habis urusannya nggak segampang yang kita pikirkan,sekarang gue ingin tau gimana cara lu supaya mereka pada diberi ijin sama orangtuanya".
"Sebenarnya ini cuma hanya hal kepercayaan,"ujar armin menghentikan langkanya didekat motornya.lalu dia menepuk bangku belakang yang berdebu baru dia menghenyakkan pantatnya dikursi sepeda motornya.
Tamin juga duduk dimotornya
"Maksutnya soal kepercayaan apa? aku ngk ngerti kita kan bukan ngapain cuma bawak anak mereka tour ajakan"
Sahut tamin kepada armin.
"Ya tentu dari kedua orangtua mereka masing-masing percaya dalam penyelenggaraan tour kita ini diberi jaminan aman sama pihak sekolah,disamping ketua penyelenggara penuh tanggung jawab, berani mengambil resiko jika terjadi apa-apa yang tidak diinginkan menimpa pengikutnya".
"Wah, berat juga tanggung jawabnya ya"
"Nah, kalau kau merasa keberatan dan tidak sanggup ya kita batalkan aja rencana kita itu"
Tamin termenung memikirkan bagaimana mungkin dibatalkan sedangkan rencana itu sudah ditunggu-tunggu oleh Dia, memang berat tanggung jawab ketua kelas dan ketua penyelenggara tour namun alangkah pengecutnya dia kalau cuma begitu saja dia harus mencabut barusan ucapannya kepada murid-murid lain bisa-bisa nanti dia dipikir plin-plan.
"Bagaimna jika kau saja yang menjadi ketua penanggung jawab tour ini"kata tamin kepada armin.
"Tentu aku mau tapi dengan pertimbangan apakah semua murid cewek pada setuju jika aku yang jadi ketuanya?"jawab armin yg merasa bimbang hati.
"Memang perlu dirundingkan ya bukannya mereka suka kepadamu"
"Dan rencana kita ini harus minta dukungan kepala sekolah tanpa dukungannya orang tua murid tidak akan menyetujui rencana kita ini, dan tidak akan mengijinkan anaknya ikut.
"Itu memang betul lantas jika guru kita mau mendukung kita apa yang kita akan lakukan"
"Aku akan mendatangi orang tua murid yang anak gadisnya mau ikut tour kembali".
"Wahh, kau berani melakukan itu".kata tamin tak percaya dengan sahabatnya itu.
"Kenapa tidak"
"Hebat"kata tamin tidak percaya
"Belum apa-apa sudah dibilang hebat aja, ayo kita temuin guru kita",ajak armin
Tamin tak berkata apa-apa lagi ketika armin menyeretnya turun dari sepeda motornya lalu mereka menuju kekantor atau bisa dibilang tempat gurunya itu biasanya memeriksa hasil pekerjaan semua muridnya.
Sesampainya mereka didepan pintu kantor sekolah mereka armin hendak mengetok pintu tersebut tapi terhalangi tangan yang lai siapa lagi kalau tidak sahabatnya itu,ya si tamin.
" kamu yakin ar! kalau bapak itu mau"
" kalau di coba ya kita nggak taukan ya udah awas biar aku yang bilang nantinya" jawab armin dengan percaya diri yang tinggi sedangkan dibelakangnya ada tamin yang sedang memikirkan mereka dikasih ijin atau tidak.
"Selamat siang pak."
"Siang,"sahut gurunya itu tanpa memandang kehadiran armin dan tamin dia menulis acuh saja.
Dan itu itu dipergukanan armin untuk melirik guru yang lain disana yang sedang pada asik dengan kegiatan masing-masing, bersamaan dengan itu pandangan ibu guru yang diujung meja guru kelas mereka menatapnya intens,maka armin buru-buru menundukan kepalanya.
Dengan pikiran yang ada dikepalanya armin hanya bisa berdoa supaya gurunya dan kepala sekolah mensetujui rencana mereka yang akan tour kebali.