, tapi tidak secerah hati dan wajah seorang Reyneis Bastian Digantara. Apa lagi wajahnya terlihat sangat bahagia. Dan bibirnya selalu mengembangkan senyuman di pagi hari yang secerah ini. Kebetulan cuaca di luar juga sangat cerah, tidak hujan tidak panas dan tidak mendung. Begitupun Stella selalu tersenyum jika melihat Rey sedang bermain dengan putranya Reyent Bintang Nugroho Digantara. Ya nama Reyent di tambah nama belakangnya Rey. Stella menolak untuk menggantinya, karena 'Nugroho' nama belakang mendiang Ayahnya.
Celotehan dan tawaan Reyent telah memenuhi apartmentnya Rey. Reyent cekikikan saat Rey mendorong mobil mininya. Rey juga ikut ketawa melihat tingkah Reyent yang super aktif. "Yong yong Pi yong." Celotehnya minta Pipinya mendorong. Rey pun langsung mendorongnya.
Jam sudah menunjukan pukul sepuluh pagi. Rey sedang sarapan bersama Stella. Tentu saja itu Rey yang memaksa Stella untuk makan bareng. Sebenernya Rey masih ngantuk, tapi melihat Reyent dan Stella berada di apartementnya membuat rasa kantuknya mehilang. Biasanya Rey jam tiga atau jam empat sore ia baru bangun.
Mereka sedang duduk berhadapan di ruang makan, menikmati Waffle rasa Strawberry. Menu sarapan pagi mereka.
Sedangkan Reyent duduk di Baby chair. Sembari memakan biscuits Bites kesukaannya. Moment ini benar-benar seperti menjadi keluarga beneran. Stella tidak akan melupakan moment pagi ini. Hatinya menhangat duduk bertiga, sarapan bertiga.
Sedari tadi Rey memandangi wajah Stella terus. Stella yang merasa di perhatikan ia risi, malu dan grogi. Rey tersenyum melihat Stella yang begitu grogi dan malu. "Wafflennya enak nggak?" Tanya Rey basa basi.
"Enak kok, aku suka! Ini kesukaan kamu ya?" Tanya Stella untuk menghilangkan rasa gugupnya.
"Iya, kamu harus belajar sama Mba Lia. Jika nanti kamu sudah sah menjadi istriku jadi kamu sudah tau semua apa seleraku." Stella hanya tersenyum dan mengangguk.
Reyent berceloteh, melihat wajah Mimi dan Pipinya bergantian. "Num-num-nda," celoteh Reyent minta minum. Lalu Stella memberinya dot yang berisi air mineral.
Reyent langsung meminumnya, setelah meminum terdengar suara Reyent, "aaahh heh heh."
"Wach pinternya jagoan Pipi, Reyent haus ya?!"
"Mam-mam!"
"Sesudah mamam Reyent mau jalan-jalan tidak? Nanti main ke mall jalan-jalan sama Pipi dan Mimi!"
"Eheoh Pi!" sahut Reyent. Rey terkekeh mendengar suara putranya yang lucu. Rey menciumnya bertubi-tubi. Acara makan pagi selesai, Rey beranjak berdiri dari kursinya. Ia menggendong Reyent, entah mau di bawa kemana?
Stella membereskan bekas makan mereka, membawanya ke dapur untuk di cucinya. Namun, di larang sama Lia, tidak boleh mencucinya. Karena ini sudah menjadi tugas Lia. Stella menolak tetap ingin mencucinya. Stella juga sudah terbiasa pekerjaan soal cuci piring. Bahkan semuanya sudah terbiasa ia kerjakan.
Beni bangun dari tidurnya, merasa perutnya keroncongan meminta di isi. Sedangkan Dicky, Farel masih bermimpi, mungkin sore baru bangun. Beda dengan Beni, ia bangun ngisi perut terus lanjut tidur lagi. Beni ke dapur untuk mengambil air minum di kulkas. Beni melihat ada Stella sedang mencuci piring. Dan Mba Lia menyimpannya di lemari yang sudah kering.
"Pagi Stella, pagi Mba," Sapa Beni kepada Stella dan Lia.
"Eh, pagi!"
"Mana kadal?
"Ada kok di depan, entah di kamar atau di ruang keluarga."
Beni meminta Lia untuk menyiapkan waffle untuknya makan. Lalu Beni mencari keberadaan Rey. Setelah menemukannya Beni ikut bergabung main bersama Reyent. Ternyata Rey membawa Reyent keruang bermain. Rey sudah membelikannya mainan segala macam. Rey sudah paham soal baby boy. Karena dia memiliki keponakan cowok dan adik cowok. Jadi Rey mengingatnya dulu Kakaknya Mamanya saat membeli perabotan untuk Baby boy.
"Hallo Reyent met pagi," celetuk Beni saat Reyent lagi fokus mainin Leggo.
"Sini Om bikinin pesawat, Reyent suka pesawat?"
"Wat na Wat!"
"Ngomong apa dia bos kagak ngerti gue!"
"Dia bilang pesawat goblok," ucap Rey sembari melempar satu leggo ke arah muka Beni.
Akhirnya Beni bermain dengan Reyent, sepertinya sudah akrab sama Beni. Reyent menyukai Beni, karena dia lucu orangnya. Sedari tadi Reyent tertawa melihat kelucuan Beni.
Rey meninggalkan Reyent dengan Beni, lalu keluar mencari Stella di kamar yang sedang menerima telphone dari Wiki sahabat dekatnya. Tiba-tiba ada sebuah dua tangan melingkari perutnya. Stella terkejut, ia tahu siapa pelakunya adalah Rey yang memeluknya dari belakang. Kepalanya ia letakkan di bahu Stella. "Lagi nelphone siapa hem?" Tanya Rey.
"Rey kamu ngagetin aku, kok kamu kesini Reyent sama siapa?"
"Main sama Beni, biarin aja dia tidak nangis kok. Malahan Reyent sepertinya menyukai Beni." Lalu Rey menjilati telinga Stella. Keluar sudah kemesumanya. Rey mencium pipinya, dagunya, lehernya dan Rey mulai mencecapnya. Memberi tanda merah di leher Stella.
Stella yang mendapat serangan mendadak ia hanya memejamkan kedua matanya. Kenapa ia begitu lemah, tidak bisa menolaknya. Rey membalikkan tubuh Stella, ia memandangi wajah cantik Stella. "Morning kiss," ujarnya yang langsung melumat bibir Stella, yang sudah membuatnya candu. Rey melumatnya dengan rakus, mencecapnya dan menghisapnya.
Rey sudah sangat bergairah, sejak semalam ia menahannya untuk tidak menyentuh Stella. Pagi ini apa Rey akan mendapatkannya?
Ciumannya semakin panas sampai Stella kewalahan tidak bisa bernafas. Bahkan kedua kakinya melemas. Rey mempererat pelukannya, sampai kedua payudara Stella menempel ke dadanya. Membuat Rey semakin bergairah. Sedangkan Stella melenguh. Rey masih melumat bibir Stella sembari meremas payudaranya.
Rey melepas ciumannya menatap wajah Stella. Ibu jarinya mengusap bibir Stella yang basah dan sedikit bengkak. "Kita mandi bareng," ajak Rey untuk mandi bareng sembari tersenyum jail. Stella menolaknya ia mendorong dada Rey. Kemudian ia keluar dari kamar, mencari keberadaan putranya. Nasib sudah Rey di tolak sama Stella. Padahal ia sangat bergairah pagi ini. Terpaksa ia akan berendam berjam-jam di Bathtub.
Lama berendam, lalu Rey membersihkan diri. Ia ingat tadi sudah berjanji ingin mengajak putranya jalan-jalan. Jadi ia tidak boleh mengingkarinya. Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Rey keluar dari kamarnya. Rey memanggil Lia untuk menyiapkan barang-barangnya Reyent yang akan di bawa. Tapi Lia belum tau apa saja yang mau di bawa. Rey menyuruhnya bertanya sama Stella.
Stella pun memberi taunya, tapi Stella tetap melakukan sendiri. Ia tidak mau di anggap seperti bos, walau nanti ia sudah menjadi istri sahnya Reyneis. Selagi ia masih bisa melakukannya kenapa harus nyuruh Lia. Itu terlalu berlebihan menurut Stella. Barang yang di bawa hanya satu baju, dua Pampers, susu formula, air mineral, bites buat cemilan Reyent. Yang terkhir tissue basah dan tissue kering. Kalo empengnya selalu nempel di mulut Reyent.
Setelah menyiapkan barang-barang putranya, Stella mengganti pakain Reyent. Kemudian Stella menghampiri Rey yang lagi duduk di sofa sembari menerima panggilan dari Nancy Mamanya. Nancy bilang akhir pekan keluarganya akan kerumah Stella untuk rujuk dan melamarnya. Bibir Rey langsung memperlihatkan senyum bahagia, karena sebentar lagi Stella akan menjadi miliknya.
"Sudah selesai Rey, nanti abis dari mall tolong anterin aku pulang ke Kapuk. Kamu janjinya tiga hari tapi ini sudah empat hari aku belum pulang. Kita belum sah, apa kata tetangga?"
Rey menghembuskan nafasnya pelan, lalu ia berucap, "Besok saja ke Kapuknya, lagian kamu tidak sabaran banget. Akhir pekan Papa sama Mama akan segera kerumahmu jadi sabar. Ayo kalau sudah siap kita jalan." Ujar Rey sembari meraih Reyent dari gendongan Stella.
Stella tidak bisa menjawab, ia selalu nurut apa maunya Rey. Saat ini Rey mengajak Stella dan Reyent pergi ke mall belanja keperluan Reyent. Abis itu Rey mengajaknya makan siang dulu. Setelah selesai makan siang mereka main ke Playground terus ke Taman. Reyent lari-larian teriak-teriak saat di kejar sama Rey. Kemudian Rey menangkapnya, Reyent tertawa cekikikan.
Rey menuntutnya berjalan menghampiri Stella yang berdiri tidak jauh darinya. "Ndaaa-ndaa," panggil Reyent.
"Iya nak sini kejar Bunda!"
"Etss! Sekarang manggilnya Mimi ok! Jangan Bunda lagi, ayo Reyent coba bilang Mimi," Titah Rey.
"Mii!"
"Sekali lagi Mi-mi!"
"Mii-miii!"
"Reyent harus ingat ok!"
"Ayo pulang Reyent pasti capek belum tidur siang." Stella mengajaknya pulang, terik matahari juga sudah sangat panas. Benar saja baru di gendong Stella dan di puk-puk Reyent langsung tertidur. Kecapean abis lari-larian, sudah waktunya tidur siang juga. Jika kurang tidur Reyent akan rewel mengamuk nangis terus. Kini Reyent terlelap di gendongan Stella.
☆☆☆
Stella dan Reyent sudah kembali ke Kapuk. Kedua orang tuanya Rey dan kakak-kakaknya pun sudah datang kerumah Stella minggu yang lalu. Roni, Nancy, Ruslan dan Darmi sudah menentukan tanggal pernikahan Rey dan Stella. Pernikahannya akan di gelar tiga minggu lagi. Rey meminta di percepat hari dan tanggal pernikahannya. Rey sudah tidak sabar ingin memiliki Stella ingin menguasai Stella. Karena selama beberapa hari ini Stella selalu menolak terus jika Rey ingin menyentuhnya. Saat ini Rey, Stella sedang melakukan prewed dan Fitting baju pengantin.
Semua sahabatnya Rey dan teman-teman lainya sudah tahu jika Rey ingin menikah. Mereka semua pada terkejut mendengar Rey mau menikah. 'Reyneis Bastian Digantara seorang playboy cap kadal ingin melepas masa bujangnya, seperti apa wanita yang bisa naklukin hati si kkadal? Seperti itu coletohan para sahabat Rey mendengar kabar Rey ingin menikah. Semua masih tidak percaya jika mengingat sifat dan watak Reyneis. Jadi hanya bisa memberi doa saja yang terbaik buat Reyneis.
Rencananya Rey ingin mengundang tamu lima ratus orang saja, ini sudah cukup. Akad nikahnya akan di lakukan di kediaman Nancy yang di Cibubur. Resepsinya nanti akan di adakan di Hotel Bintang Lima Jakarta. Terus paginya akan langsung berangkat ke Bali. Hanya teman dekat, rekan bisnisnya dan keluarga terdekat yang akan ikut ke Bali.
Setelah melakukan Prewedding dan Fitting baju. Rey mengajak Stella ke Caffe Coffee. Rey ingin memberi tau sama Karyawannya. Kini karayawan putra putri di suruh berkumpul di ruang kerjanya. Rey bilang bahwa mulai sekarang Stella akan menjadi bosnya. Karena Caffe itu sudah tercantum nama Reyent putranya. Semua karyawannya memberi salam sembari tersenyum, kecuali Avie yang terus menatap Stella begitu tajam. Avie hanya berpura-pura saja bekerja di Caffe itu, hanya ingin mendekati Rey.
Rey juga sudah menjelaskan bahwa tiga minggu lagi ia akan menikah dengan Stella. Rey menyuruh mereka semua datang ke Cibubur untuk melayani tamu disana. Karyawan yang di J-Holic juga sebagian di suruh untuk membantu disana. Rey masih berada di ruang kerjanya dengan Rian Andara managernya. Sedangkan Stella menunggunya di luar sembari menenangkan Reyent yang sedang rewel. Tadi Reyent terbangun jadi rewel karena keganggu tidurnya.
Avie menghampiri Stella yang sedang menenangkan Reyent. Tiba-tiba Avie mendorong bahunya. Stella kaget, langsung menoleh kearah Avie. Ia masih tetap tenang walau ia bingung kenapa orang itu mendorong bahunya. Reyent yang tadinya mau tidur kembali terbangun lagi. Ia mulai rewel tidurnya keganggu trus, Reyent menangis dan menjerit. Stella mengelus-elus kepala dan pantatnya.
"Anda siapa? Kenapa mendorong bahu saya? Bahkan saya tidak mengenali Anda!"
"Lo tanya gue siapa? Ok akan gue jawab, gue mantan kekasih Reyneis. Dan gara-gara lo gue tidak bisa mendekati Rey lagi. Bagi gue lo hanya penghalang. Oh gue tau lo hanya dekati Rey karena mengincar kekayaan Reyneis kan! Buktinya Caffe ini jadi milikmu, dasar cewek matre."
"Jaga ucapan Anda Nona, saya memang orang miskin, tidak memiliki apa-apa. Tetapi saya tidak sepicik apa yang Anda tuduhkan ke saya. Soal Caffe! Saya tidak tau apa-apa itu hanya Rey sendiri yang memberinya. Oh saya tahu, apa justru Anda yang takut tidak bisa memiliki kekayaan Reyneis. Sehingga Anda mengatakan saya telah menghalangi Anda. Terus yang pantas di sebut matre saya apa Anda?" Tuding Stella, sembari menggendong Reyent yang masih merengek menangis.
"Kurang ajar lo!" Lalu Avie menyiram segelas orange juice kewajah Stella. Sampai mengenai pantat dan kaki Reyent. Tangisan Reyent langsung pecah, berteriak-teriak kencang, Reyent kaget karena pantat dan kakinya terasa dingin. Reyent ngamuk, tidurnya udah keganggu, malahan ada yang nyiram badannya dengan air dingin.
"Apa yang Anda lakukan! Anda boleh menyakiti saya, memukul saya, tapi tidak buat putra saya." Ucap Stella tidak terima apa yang Avie lakuin ke Reyent.
"Oh, kasihan anak haram, cup cup, paling ini bukan anak Reyneis, anak orang lain tapi ngaku sama Reyneis dasar jalang!" ledek Avie. Stella emosi mendengar kata anak 'haram' dan makian. Tangannya terkepal dadanya terasa sesak dan panas, kedua matanya berkaca-kaca bahkan sudah menetes ke pipinya. Reyent masih menangis sembari berteriak.
"Kamu yang jalang!"
"Berani lo ngatain gue!"
Plaakkkk
Avie menampar Stella.
Plakkkk
Stella pun tidak mau kalah, ia membalas tamparan Avie. "Loo," teriak Avie. Tangannya ingin menampar pipi Stella lagi namun ada sebuah tangan kekar yang menahannya dan di pelintir.
"Dont touch my wife and my son!"
Mata Avie terbelalak mendengar suara Rey yang begitu dingin dan penuh penekanan.
"Sekali lagi lo berani nyakiti istri dan putra gue! Gue yang akan balas perbuatan lo. Berapa kali gue sudah bilang sama lo? Bahwa hubungan kita sudah berakhir lama. Tapi lo selalu datang kesini pura-pura ngelamar di Caffe ini. Jangan kira gue tidak tau rencana busuk lo. Gue juga tau lo hanya ingin ngincar harta gue, lo tidak mencintai gue. Sekarang gue minta lo pergi tinggalin tempat ini, dan jangan pernah lo datang ke sini lagi atau ke Club milik gue." Ucap Rey penuh emosi.
Avie hanya menunduk, tidak berani jika Rey sudah berkata seperti itu. Rey memanggil Lia untuk membantu Stella mengganti pakain Reyent. Stella terisak, ia memeluk Reyent begitu erat. Jika menyangkut putranya ia pasti sedih. Untung saja airnya tadi dingin, seandainya air yang di siramkan tadi air panas apa yang akan terjadi?
Stella makin terisak hanya membayangkan saja hatinya nyeri. Kasihan putranya hari ini kena lampiasan karena dirinya. Stella merasa sangat bersalah. Air matanya terus mengalir di pipinya. Saat ini Stella, Reyent dan Lia berada di kamar pribadinya Reyneis. Stella lagi membersihkan diri. Lia sedang mengganti pakain Reyent.
Reyent sudah sedikit tenang saat masuk kamar Rey. Mungkin Reyent tau Avie tadi ingin mencelakai Ibunya. Makanya ia nangis terus. Rey masih di luar ngurusin Avie. Dan Rey mengumpulkan semua karyawannya. Rey bilang jangan boleh jika Avie masuk Caffe ini lagi. CCTV akan di tambah lagi di bagian sudut-sudutnya.
Di Caffe J-Holic, di Club, Rey juga berpesan jangan sampe Avie masuk datang ke Club. Rey tidak terima perbuatan Avie ke Stella tadi. Apa lagi putranya jadi korban juga, walau hanya kena air dingin. Rey murka saat melihat kondisi Stella dan Reyent yang basah kena Orange juice. Maka dari itu tadi Rey langsung memlintir tangan Avie.
Kini Reyent sudah terlelap lagi di kamar pribadinya Reyneis. Stella masih menangis jika mengingat kejadian tadi. Ia menangisi Reyent yang terkena orange juice dingin.
Kasihan Reyent kelelahan, karena nangis terus. Di tangannya masih menggenggam Biscuits Bites kesukaannya. Belum habis ia sudah terlelap. Saking lelahnya dia nangis terus. Kedua mata Reyent pun masih berbekas air mata. Di lihatnya Reyent sangat lelah.
BERSAMBUNG.
Terima kasih sudah mau membaca.
Saranghae 🥰
It's Me Rera.