Chereads / Haziel and Zoelie / Chapter 7 - Acuh tak acuh

Chapter 7 - Acuh tak acuh

Tak terasa hari sudah semakin petang, Hazi dan Zoe pun bergegas untuk segera pulang. Di dalam lift terdapat Zoe, Hazi dan Shoni saja karena lift itu memang di gunakan khusus Coe dan orang-orang penting saja. Zoe melihat jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam, terlihat wajahnya menjadi cemas karena bus malam pasti sudah tidak ada.

"Nona Zee dimana tempat tinggalmu? Ahh, maksudku sekarang kau kan sudah menjadi sekretaris dari Hazi, jadi aku harus mengetahui dimana rumahmu," tanya Shoni yang membuat Hazi memutar bola matanya malas.

"Rumahku berada di dekat sini, hanya butuh tiga puluh menit sudah sampai." Zoe menjawab dengan sedikit hati-hati.

"Oh, baiklah," balas Shoni.

Sesampainya di lantai dasar, Zoe pun berpamitan dan segera berlajan cepat keluar kantor karena harus mencari bus atau pun taxi. Tapi sialnya tidak ada yang terlihat di depan jalan itu, karena tidak ingin mendapat masalah dengan atasannya, akhirnya Zoe pun berjalan cepat melewati jalan sepi itu berharap mendapat taxi.

"Kau yakin tidak ingin mengantar sekretarismu itu?" tanya Shoni pada Hazi.

"Tidak, sekarang cepat antar aku pulang! Bukannya para wanitamu sudah menanti dengan sangat lama di tempatnya?" tanya balik Hazi dan membuat Shoni terdiam.

Shoni pun tidak ingin berdebat lagi, karena memang dia ingin segera bertemu dengan para wanitanya itu. Di sepertengah jalanan, Hazi melihat Zoe yang masih berjalan di tengah gelapnya malam membuat naluri lelakinya pun timbul merasa simpati.

"Itu bukannya, Zoe? Hazi lihatlah, kita harus mengantarnya!" seru Shoni mempercepat laju mobilnya dan menghampiri Zoe.

"Terserah apa katamu!" ujar Hazi seraya menutup matanya.

Shoni membuka kaca mobil dan memanggil Zoe untuk mendekat, Zoe yang mendengar itu pun hanya bisa tersenyum kuda lalu mendekat.

"Ada apa Tuan memanggil saya?" tanya Zoe seraya membungkuk di depan kaca.

"Masuklah! Ini sudah malam, kami akan mengantakanmu!" seru Shoni.

Zoe melihat ke arah bangku belakang dan melihat Hazi yang terlihat tertidur pun, memilih duduk di depan. Shoni pun sedikit terkejut karena Zoe memilih duduk di sampingnya.

"Maaf, Taun. Miss Tania mengatakan padaku, jika Direktur tidak bisa berdekatan dengan wanita dan aku pun tidak boleh sampai bersentuhan dengannya," ucap Zoe dengan lirih.

Shoni yang mendengar itu pun sedikit tertawa, namun dengan cepat kembali diam karena dia tahu kalau Hazi pasti mendengarkan itu. Zoe yang merasa aneh dengan Shoni pun akhirnya diam dan memilih menatap ke arah depan.

"Apa kau percaya jika Hazi itu tidak bisa berdekatan dengan seorang wanita?" tanya Shoni.

"Entahlah, aku belum pernah bertemu dengan orang yang seperti itu. Tapi melihat sikap direktur mungkin saja benar, jika dia anti dengan wanita," jawab Zoe.

"Jangan percaya dengan apa yang di katakan Miss Tania. Temanku Hazi itu lelaki yang sanagt normal dan juga menyukai wanita, jika tidak mana mungkin dia memilihmu menjadi sekeretarisnya," ucap Shoni.

"Ahh, tolong maafkan perkataanku yanyg tadi. Tolong jangan beritahukan pada Direktur!" pinta Zoe menatap Shoni.

"Hahaha, tenanglah. Aku bukan seorang yang suka mengadu," balas Shoni tersenyum.

Zoe tersenyum begitu juga dengan Shoni, tak lama kemudia Zoe meminta di turunkan disebuah gang kecil dan itu membuaut Shoni mengerutkan dahinya karena tempat itu bukannya sebuah komplek kecil.

"Tuan, terima kasih sudah mengantarkanku! Tolong sampaikan juga pada Direktur!" pinta Zoe seraya turun dari mobil.

"Baiklah, akan ku sampaikan padanya," seru Shoni dan melajukan kembali mobilnya meninggalkan Zoe yang masih berdiri melihat kepergiaan mereka.

"Bukankah perumahan di sana itu sangat kecil, apa kau tahu di sana hanya ada sebuah rumah kontrakan saja?" tanya Shoni menatap Hazi dari kaca spion.

"Ya, daerah itu mempuntai rumah kontrakan yang terdapat di atas."

Mobil itu pun akhirnya sampai di kediaman Hazi, setelah memastikan Hazi sudah masuk ke dalam dan bertemu dengan Risda. Shoni kembali pergi menemui para wanitanya dan menghabiskan malam panjangnya dengan mereka.

********

Di dalam kamarnya, Zoe sedang berbaring mengingat seperti apa Hazi yang menjadi atasannya itu. Mengingat akan pandangannya yang terkagum dengan ke tampanan Hazi, namun seketika hilang dengan sikap dinginnya itu.

"Apakah benar akau harus bekerja dengan lelaki seperti itu?" tanya Zoe pada dirinya sendiri.

"Sekertaris pribadinya yang harus mengetahui segala hal dan semua apa yang dia butuhkan," imbuh Zoe dengan mengacak-acak rambut panjangnya karena kesal.

Sedangkan di dalam kamar yang bak raja itu, terlihat Hazi sedang menatap ponsel yang berada di tangannya terlihat nama seseorang.

"Aku harus menghubunginya atau tidak? Tapi, mulai besok dia harus segera mengikuti jadwalku," ucapnya dengan terus mondar-mandir.

Butuh lama akhirnya, Hazi menghubunginya dengan nada datar dan singkat padat berbicara dengan seseorang di seberang sana.

"Kau harus segera datang ke rumahku pukul tujuh pagi, supirku akan menjemputmu. Kau harus mengetahui tugas menjadi sekretaris pribadi itu seperti apa," ucap Hazi.

"Baiklah, Tuan. Saya tahu itu, besok saya akan melakukan yang terbaik."

Setelah mendapat jawaban darinya, tanpa permisi Hazi menutup sambungan ponselnya. Setelah itu melempar ponsel itu di atas sofa, sedangkan dirinya memilih tidur di atas ranjangnya yang super besar itu.

Seseorang itu terlihat marah dengan ponselnya, wanita itu sampai melempar begitu saja ponsel tersebut. Dengan sangat kesal Zoe pun memilih keluar dan berteriak dengan sangat kencang di atas balkon.

"Dasar lelaki es, ahh ... aku sangat kesal dengamu!" teriak Zoe dengan sangat keras.

Ya, seseorang itu adalah Zoe. Hazi menghubunginya dan membuat wanita itu kesal dengan sikapnya.

Else yang mendengar suara Zoe hanya bisa menggelengkan kepalanya, wanita tua itu akan menanyakannya nanti pagi ada apa dengan Zoe.

Malam itu, Zoe tidur lebih awal karena esok pagi dia harus bangun lebih awal dan menemui Ceo gila yang sangat membuatnya sangat kesal.

"Aku akan menamai nomermu itu -crazy boss-," ucap Zoe dengan tersenyum senang.

Keesokan paginya, Else merasa terkejut karena kamar Zoe yang sudah sangat rapi begitu juga tidak terlihat sang anak di dalamnya. Else memeriksa semuanya karena khawatir anak itu pergi tanpa pamit dengannya. Namun ketakutannya terhapuskan saat melihat memo di atas meja.

"Ahh, anak nakal. Dia membuatku merasa cemas saja, ahh jantungku terasa sakit karena berdetak terlalu cepat," ucap Else seraya duduk di tepi ranjang.

Zoe yang sudah berada di dalam mobil hanya diam dengan menatap ponselnya tanpa memperhatikan jalan. Mobil itu masuk ke dalam halaman rumah yang sangat luas, bahkan rumah itu lebih besar dari rumahnya.

"Silakan Nona, Tuan muda sudah menungu anda di dalam." Supir itu membukakan pintu mobil dan mengantar Zoe sampai di ruang tamu.

Terlihat seorang maid datang menghampirinya, Risda menatap Zoe dari atas sampai bawah dan itu membuat Zoe merasa canggung.

"Selamat pagi, Nyonya. Saya Zoe sekeretaris Tuan Haziel," ucap Zoe memperkenalkan diri dengan di selingi senyuman.

Risda terdiam saat mendengar apa yang di katakan oleh Zoe, Risda tidak percaya jika Haziel mempekerjakan seorang wanita untuk menjadi sekretarisnya.

Zoe masih diam mematung melihat Risda yang termenung, terlihat Haziel yang baru saja turun dari lantai atas sambil mengunakan jasnya.

"Astaga, kenapa lelaki es itu bagaikan pangeran. Padahal dia hanya sedang memakai jasnya saja," ucap Zoe dalam hati.

"Kau sudah datang? Ternyata kau lebih cepat dari dugaanku," ucap Haziel seraya mendekati Risda.

"Dia akan jadi sekretarisku di kantor dan di rumah. Jadi kau harus memberitahukan apa pun padanya!" perintah Haziel dan kembali berjalan ke lantai atas.

"Ya, Tuan muda." Risda menghampiri Zoe dan memintanya untuk ikut dengannya. Terlihat banyak maid yang ada di rumah itu menatapnya dengan tidak suka.

"Apa semua arti tatapan itu? Astaga bukan hanya tuannya saja tapi semua pelayannya pun sama saja," gumam Zoe sambil mengusap keningnya.

Hari itu, Zoe tidak masuk kantor karena seharian itu dia harus menghapal semua apa yang menajdi tugasnya. Risda begitu tegas dan sanagt disiplin sedangkan Zoe wanita cerdas yang cepat menangkap semua apa yang dia dengar dan lihat.

"Baiklah, kau bisa mengerti dengan cepat itu sangat bagus. Jadi, besok kau sudah bisa pindah ke rumah ini agar bisa melayani Tuan dengan baik," ucap Risda. Zoe kembali tercengang karena mendengar apa yang di katakan oleh Risda.