Haziel membawa Zoe ke dalam lift dan langsung menekan angka ke lantai atas, dimana saat itu barulah dia menyadari apa yang sudah dia lakukan pada Zoe karena melihat pantulan dirinya dan Zoe di lift.
"Hazi, apa yang kau lakukan? Lihat sedang apa tanganmu itu?" batin Haziel
Hazi melihat wajah Zoe yang terus menatap tangannya, tidak ada garakan dari tangan Zoe karena wanita itu dan membuat Hazi semakin lekat menatap wajah Zoe.
"Tu-tuan, bisakah anda melepaskan tanganku?" tanya Zoe gugup.
Hazi yang mendengar itu pun berpura-pura masih tidak menyadari apa yang dia lakukan dengan membalikkan tubuhnya seraya menatap Zoe.
"Tangan? Tangan apa maksudmu," tanya Hazi bersandiwara karena terlalu gengsi.
"Itu, tanganmu masih menggenggam tanganku," jawab Zoe seraya menunjuk tangan mereka.
Hazi pun segera melepaskannya dan kembali menghadap depan dengan wajah yang memerah, Zoe yang terkejut dengan sikap Hazi pun hanya mengerucutkan bibirnya karena kesal.
"Astaga, kenapa aku bisa bertemu dengan orang macam dia? Tidak ada kata maaf atau apa pun untuk basa basi?" Zoe terus membatin sejak pagi sampai saat itu.
Pintu lift pun terbuka, segera Hazi pun keluar dan berjalan mendahului Zoe tanpa menunggunya. Zoe hanya bisa menghela napas panjang dan segera mengikutinya dengan menunduk. Zoe terbengong melihat ruang kerja Hazi yang terlihat minimalis dengan nuansa hitam abu-abu dengan ornamen yag sangat di sukai oleh Zoe.
"Apa yag kau lihat? Duduklah, saya akan mengatakan bagaimana pekerjaanmu barusan!" perintah Hazi dengan nada datar.
Zoe pun duduk,terlihat Hazi terus menatapnya dengan tajam dan itu membuatnya merasa gugup. Bukan karena apa pun, tapi karena ini adalah penilaian kerjanya. Jika gagal, Zoe harus segera pulang kembali ke keluarganya.
"Zoe Damares, saya melihat presentasimu yang sangat bagus. Ternyata kau pegawai yang kompeten karena ini pekerjaan pertamamu tapi berhasil kau lakukan dengan bagus, saya suka itu," ucap Hazi.
"Terimakasih, Pak," balas Zoe dengan formal.
Hazi sungguh tidak percaya dengan apa yang dia dengar, Zoe terlihat gugup saat ini. Tapi wanita mempunyai etitut yang sangat luar biasa. Hazi semakin menyukai sikap Zoe yang bisa propesional dengannya tanpa harus dia mengatakan banyak hal.
"Baiklah, kau di terima bekerja di perusahan ini sebagai sekretarisku dan juga sekretaris pribadiku," ucap Hazi seraya berdiri dan mengulurkan tangannya.
Zoe yang melihat itu pun berdiri dan segera meraih tangan Hazi dengan cepat. Namun, seketika itu juga Zoe merasa ada yang aneh dengan ucapan dari Hazi dengan pekerjaannya.
"Maaf, Tuan apakah tadi anda mengatakan sekretaris pribadi?" tanya Zoe penasaran.
"Ya benar, ada apa? Kau merasa tidak cocok atau keberatan dengan profesi itu?" tanya Hazi dengan nada dingin.
Zoe tercekak dengan pertanyaan Hazi, hingga akhirnya wanita itu hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan senyum tipisnya.
"Jika tidak ada yang perlu kau tanyakan, kau bisa segera bekerja!" perintah Hazi dengan menunjuk meja yang terdapat di sudut ruangan itu.
Zoe mengikuti tangan Hazi dan terkejut melihat jika mejanya satu ruangan dengan sang atasan. Zoe kembali menghela napas panjang dengan berjalan ke mejanya.
Dia atas meja sudah ada beberapa dokumen, Zoe yang tidak ingin berbicara dengan Hazi pun memilih membaca semua itu tanpa bersuara. Hazi yang melihat itu pun hanya bisa diam dan kembali melihat laptopnya karena banyak sekali perusahaan lain yang kembali ingin bekerja sama dengannya.
Di ruang meeting Shoni masih menahan Abril yang terus marah-marah karena tidak bisa berbicara dengan Haziel. Padahal wanita itu sudah jauh-jauh dari Amerika untuk menemuinya.
"Huh, kau itu mau apa? Aku harus bertemu kembali dengan Ziel dan membicarakan pertunangan kita yang sempat tertunda!" serunya dengan kesal.
"Tertunda, kau jangan asal bicara Abril! Pertunagan itu bukan tertunda, melainkan memang kau yang memutuskannya dengan sepihak dan memilih pergi dengan bajingan itu," balas Shoni dengan nada tinggi.
"Apa yang kau tahu, itu semua salah. Dan hanya aku dan Haziel yang tahu, jadi biarkan aku pergi!" perintah Abril dengan menerobos Shoni dan segera berjalan cepat ke ruangan Hazi dengan mengunakan lift khusus direktur.
"Astaga!" pekik Shoni dengan meremas rambutnya kasar.
Hazi dan Zoe yang sedang sibuk masing-masing pun merasa terkejut saat mendengar ketukan dari luar yang sangat keras. Dan itu membuat mereka saling berpandangan dalam beberapa detik.
"Masuk!!" seru Hazi tanpa menatap ke arah pintu.
Abril masuk dengan gaya centilnya dan membuat Zoe seraya berdiri. Membuat Hazi menatap Zoe dengan heran,lalu menatap sosok wanita yang berdiri di depannya. Wajahnya seketika datar tanpa ekspresi dengan tatapan yang tajam.
"Ada apa ini, aku harus apa?" gumam Zoe menatap keduanya lalu kembali menunduk.
Terdengar langkah kaki yang berlari dari luar dan ternyata itu Shoni, Hazi menatapnay dengan datar saat lelaki itu masuk.
"Aku sudah mencoba menahannya, tapi rubah ini masih saja tidak tahu malu!" seru Shoni.
"Siapa yang kau sebut rubah, huh? Jangan ucapanmu itu, Shoni!" hardik Abril marah dengan menatap Shoni.
"Diam dan cepat keluar dari ruanganku! Jangan pernah kau menginjakkan kakimu lagi di perusahaanku!" perintah Haziel dengan nada dingin.
Zoe yang melihat itu merasa merinding, apalagi tatapannya penuh dengan kemarahan dan kebencian. Shoni yang menatap Zoe pun memberi kode untuk segera memanggil satpam untuk segera datang.
Zoe pun mengangguk dan segera menekan telpon di mejanya, "Pak tolong datang ke ruangan direktur sekarang juga, ada seorang waita yang sangat menganggu!".
Abril yang mendengar itu pun menatap Zoe dengan sangat kesal dan berjalan menghampirinya lalu segera melempar gagang telpon tersebut. Hazi dan Shoni pun merasa terkejut.
"Siapa kau berani sekali berkata seperti itu?" tanya Abril dengan nada berteriak.
"Jaga sopan santun, Anda Nona!" perintah Zoe dengan nada datar seraya menatap tajam Abril.
Abril yang tidak percaya dengan sikap Zoe yang sangat berani padanya pun semakin membuatnya kesal dan merasa jika Zoe bukan hanya wanita biasa.
"Astaga, kau berani sekali padaku! Apa kau tidak tahu, jika aku adalah tunangan dari ...."
"Saya tidak perduli, anda tunangan dari siapa. Yang saya tahu, kau sudah membuat keributan di dalam kantor dan itu sangat mengganggu!" potong Zoe semakin melihatkan taringnya.
Haziel yang melihat sikap tegas Zoe sangat terkejut dan tidak menyangka wanita yang terlihat lugu itu begitu pandai berbicara. Begitu juga dengan Shoni yag sampai tidak bisa mengalihkan tatapannya pada Zoe, karena wanita itu begitu berani pada Abril.
Abril semakin marah dengan ucapan Zoe yag tidak menghargai dirinya, tangannya sudah menegepal kuat dan siap untuk melakukan tugasnya. Namun sayangnya, tangan itu tertahan oleh tangan yang lebih kuat. Abril ingin menampar Zoe, tapi tangan Zoe lebih cepat dari pada tangannya.
"Aww,, lepaskan aku! Dasar wanita bar-bar," teriak Abril yang merasa kesakitan karena tangannya di kunci ke belakang oleh Zoe.
"Aku bisa saja mematahkan tangamu, Nona. Tapi tidak kali ini," bisik Zoe pada Abril dan membuat bulu kuduk wanita itu berdiri.
Tak lama terlihat securiti datang dan segera menbawa Abril yang terus berteriak mengumpat nama Zoe dan Haziel.
"Astaga, Nona Demares. Kau hebat sekali? Darimana kau belajar seperti itu?" tanya Shoni.
"Maaf, Maaf Pak sudah membuat keributan. Saya memang mempelajari itu saat masih kuliah," jawab Zoe.
Tidak ada suara dari Haziel yang masih menatap Zoe dengan tatapan penasaran dengan sikap dan sifat Zoe yang membuatnya sangat ingin tahu siapa dia sebenarnya. Zoe pun hanya bisa diam dan kembali menunduk.
"Baiklah, aku harus segera kembali ke ruanganku!" seru Shoni beranjak keluar.
Zoe kembali duduk dan berusaha menyibukkan diri kembali dengan dokumen-dokumen tersebut yang memang sudah dia pahami sejak beberapa menita lalu.
"Semoga saja, pak Hazi tidak berpikir yang macam-macam denganku," batin Zoe seraya memejamkan matanya karena begitu gugup.
Hazi yang melihat Zoe gugup hanya bisa melihatnya dengan tersenyum tipis di wajah tampannya.