Di kediaman Rani.
***
"Putriku, sudah kah selesai kau berdandan?" tanya Sheryl sambil berjalan ke dalam kamar Rani.
"Sudah dong Ibuku sayang," respon Rani sembari memeluk Ibunya
"wah Lihatkan kau cocok sekali mengenakan dress lama Ibu," tanpa sadar air matanya Sheryl menetes.
Melihat itu Rani begitu panik,
"ada apa Ibu? kenapa Ibu menangis? kalau Ibu menangis Rani akan sangat sedih dan tidak bisa ikut makan malam," melihat ibunya menangis sungguh membuat hati Rani sakit.
Rani tidak bisa melihat air mata ibunya, itu sangat menyakitkan bagi Rani.
"Tidak apa-apa Nak, Ibu hanya merasa sangat senang. Gama adalah orang yang sopan dan baik. Belum juga kau menikah, Ibu sudah sangat sedih seperti ini," jawab Sheryl sembari memeluk putrinya itu.
"Ibu jangan menangis, lihatlah makeup Sheryl hancur lagi," tangisan Sheryl makin deras membasahi pipinya. Tadi saat melihat ibunya menangis, tanpa disadari Sheryl ikutan menangis juga.
"Aduh, cucilah mukamu sana. Mulai lah bermake up lagi, maafkan Ibu karena membuat mu sedih," ucap Sheryl sembari mengelap air mata Rani.
"Ibu sih, pake acara nangis di depan Rani, Ibu tahu sendiri Rani orangnya gimana," gerutu Rani sambil membersihkan makeupnya yang sudah hancur akibat air matanya itu.
1 jam kemudian,
"Ibu, Ayah, Rani berangkat dulu yah," ucap Rani sembari pergi ke alamat yang diberikan ibunya.
"Baiklah Nak, hati-hati dijalan ya," Respon ayah dan ibunya itu.
"Nanti pulang ceritain yah Kak," teriak Gina dari balkon kamarnya.
"Diamlah, kamu masih anak-anak," respon Rani meledek dan langsung bergegas pergi.
***
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit, samapai lah Rani di restoran yang sangat mewah. Letaknya berada di puncak menara yang sangat tinggi.
"Yaampun mewah sekali ini," benak Rani terpukau melihat kemewahan restoran yang ia datangi itu.
"Halo Nona Rani, silahkan," ucap seorang pria berperawakan tinggi sambil menuntun Rani kesebuah meja yang sudah di duduki seorang pria yang lain.
Sesaat setelah pria itu melihat Rani, dia langsung berdiri dan mengulurkan tangannya.
"Gama," ucap Pria sembari tersenyum ke arah Rani.
"Ooh halo nama saya Rani," Rani membalas salaman pria itu dengan sopan dan ramah.
Dimulai lah makan malam mereka, sungguh tercengang Rani melihat makanan yang di mejanya. Sangat mewah dan terlihat sangat enak.
Tanpa berpikir panjang, dia segera melahap makanan yang dimejanya dengan sangat cepat. Rani memang memiliki nafsu makan yang besar.
Melihat itu Gama tercengang. "Yaampun lihatlah wanita ini. Tidak menjaga sikapnya di hadapan seorang laki-laki. Apa yang membuat John menyukai nya? dia seperti gelandangan!" gumam Gama dalam hati, Gama merasa risih akan sikap yang baru saja Rani perlihatkan padanya.
"Eh Tuan Gama makan juga, makanannya enak sekali loh," ucap Rani sembari mengunyah makanan di mulutnya. Rani kebingungan karena dari tadi, Gama hanya diam dan hanya melihat dirinya makan.
"Oh iya Rani, dengan melihat mu makan saja aku sudah sangat senang sampai aku lupa, aku juga butuh amunisi," jawab Gama dengan sangat ramah dan gaya yang bercanda.
"Haha, jangan gombal Tuan, tidak akan mempan," respon Rani melanjutkan makan nya.
"Idih, siapa yang gombal? kalo tidak karena pembalasan dendam ku, mana mau aku satu meja dengan mu!" gumam Gama merasa kesal akan respon Rani barusan.
Setelah beberapa menit, semua makanan yang ada di meja sudah habis di lahap oleh Rani.
"Wah, enak sekali. Baru kali ini Rani memakan makanan yang sangat enak. Terimakasih ya Tuan," Rani mengakatan itu sambil memegangi perutnya yang sudah membuncit akibat kekenyangan.
"Aduh, lihatlah dia, sudah seperti babi. Bagaimana mungkin seorang wanita makan begitu banyak dihadapan seorang pria? berantakan lagi, sangat tidak anggun," gumam Gama geleng-geleng. Baru kali ini Gama menjumpai jenis wanita seperti Rani. Biasanya Gama memang berinteraksi dengan perempuan-perempuan yang sangat anggun dan cantik.
"Haha, kau makan sangat lahap. Aku sangat senang telah membawamu kesini, melihatmu bahagia aku pun jadi ikut bahagia," jawab Gama sambil tersenyum ke arah Rani. Sungguh Gama sangat pandai bersandiwara, cocok memenangkan penghargaan oscar.
***
Diluar dugaan Gama, sesi makan selesai begitu cepat. Karena memang Rani makan dengan sangat cepat, bukan karena Rani tidak mau berlama-lama, tapi memang Rani adalah tipe orang yang makan dengan lahap dan juga cepat.
Karena merasa suasana menjadi hening, segera Rani membuka percakapan. Karena sebenarnya pun banyak sekali yang ingin Rani tanyakan.
"Tuan Gama, ibuku bilang, Tuan melamar aku karena memang sudah mengenaliku. Tapi aku merasa tidak mengenalimu?" tanya Rani menyelidik. Karena dia memang tidak mengenali Gama.
"Oh iya Rani, aku sudah lama kenal dengan dirimu, aku adalah Direktur Utama di perusahaan mu bekerja. Aku sering melihatmu dan juga bertemu dengan mu di Lift, tapi mungkin kamu tidak memperhatikan aku," balas Gama mengarang.
"Hah? Direktur di perusahaan aku bekerja? pantas namanya serasa tidak asing," gumam Rani terbelalak mengetahui kenyataan itu.
"Eh iya mungkin saja Tuan, hehe," respon Rani tiba-tiba gugup dan kurang nyaman.
"Jangan gugup Rani, lagian sekarang aku ini calon suami mu," balas Gama lembut sembari melempar senyuman terbaiknya.
"Hah? tunggu, tunggu Tuan, calon suami? aku kan belum setuju Tuan. Aku datang kesini ingin membicarakan perihal itu, sebenarnya aku sudah punya kekasih Tuan, jadi aku ingin menolak permintaan Tuan," jawab Rani menunduk, karena memang niatan awalnya memenuhi janji makan malam ini adalah untuk menolak lamaran Gama.
"Sialan anak ini! berani sekali menolak aku? belum pernah ada yang berani menolak ku sebelumnya!" decak Gama geram karena mendapat penolakan telak dari Rani.
"Aku sudah tahu kamu punya pacar, aku juga ingin memberikan kamu sebuah informasi tentang pacarmu," jawab Gama sembari memberikan sebuah amplop ke depan Rani.
Segera Rani menerima amplop itu dan membuka nya. Betapa syoknya Rani melihat foto-foto yang berada di dalam amplop itu, bergetar tangannya memegang foto itu.
Dilihatnya dengan sangat jelas, foto kekasihnya John sedang memasangkan cincin di jari manis seorang gadis cantik yang sedang mengenakan dress mewah. Dan dilihatnya pula undangan yang berada di dalam amplop, 'John Yu x Christy Lin' itulah nama yang tercetak di undangan itu.
Rani merasakan hatinya hancur, dia tidak bisa memproses peristiwa ini. Bagaimana mungkin John tega menghianati dirinya.
"Tidak mungkin, pasti ada yang salah," gumam Rani menepis kenyataan yang baru saja di lihatnya.
"Rani, kamu pasti tidak tahu kan jika John pergi ke London untuk merayakan pertunangannya dengan Christy. Kamu telah di khianati olehnya, disamping itu kamu tidak bisa menolak pernikahan kita. Karena ayahmu butuh pengobatan intens segera, adikmu juga butuh dana yang besar. Disini aku hanya ingin membantumu, tidak mungkin kan kamu menolak permintaan ibumu?" Gama menjelaskan ke Rani dan mempertegas bahwa Rani tidak punya pilihan lain selain menikahi dirinya.
Mendengar itu Rani semakin bingung, sedari tadi otaknya sudah berhenti bekerja. Dia sudah tidak bisa mencerna semua perkataan Gama. Yang ada dipikirannya sekarang hanyalah John.
"Tidak mungkin John berselingkuh, kesetiaan kami tidak serapuh ini. Tidak mungkin," tepis Rani dalam hatinya, Rani belum bisa menerima dan mempercayai kenyataan yang baru saja ia ketahui itu.
"Tuan, Rani ingin pulang. Masalah pernikahan biarlah nanti ibu yang mengurusnya," balas Rani dengan suara yang begitu lemah. Dia sudah ingin sekali menangis dan berteriak tetapi dia tahan, Rani tidak ingin menangis di hadapan orang yang baru ia kenal.
"Baiklah, take your time. Untuk masalah pernikahan, nanti akan aku urus. Kamu tinggal hadir saja di pernikahan, malam ini ku anggap jawaban itu sebagai persetujuan dari mu," ucap Gama saat Rani mengatakan akan pulang.
Satupun perkataan Gama sudah tidak bisa masuk ke kuping Rani, yang Rani inginkan hanyalah pergi dari gedung ini dan berteriak sekencang-kencang nya.
"Baiklah Tuan, Rani permisi dulu," ucap Rani dengan tatapan kosong dan wajah yang sendu.
Asisten Gama bergegas ingin mengantarkan Rani, tapi sudah langsung ditolak oleh Rani.
"Tidak usah tuan, saya ingin pulang sendiri. Tolong jangan ganggu saya dulu," balas Rani menolak Roni Doon.
Segera Gama mengodekan ke Roni untuk membiarkan Rani sendiri.