Di kediaman John.
***
Dia sangat sedih hari ini, hatinya hancur. Dia merasa telah menghianti orang yang paling dia cintai, dia menidurkan diri di Kasurnya dan membayangkan wajah Rani yang di bandara tadi.
Tok ... Tok ... Tok
"Tuan John, ini ada undangan, dikirim oleh saudara mu Gama," ucap seorang pelayanan sembari memberikan sebuah undangan padanya. "Hah? undangan? apa dia sudah tidak waras?" balas John heran, tumben dia memberikan undangan padanya.
Alangkah terkejutnya John, dibacanya sekali lagi sembari mendekatkan undangan itu ke matanya.
"ini aku yang salah lihat atau gimana?" decak Gama kesal, dan tangannya sudah bergetar.
"Tidak mungkin! aaaaaa! tidak!" teriak Gama dan berlari menuju mobil ingin langsung ke rumah Rani. Bagaiman tidak, di undangan itu tertulis undangan pernikahan antara Gama Yu × Rani Mahendra.
Dengan tangan yang bergetar, emosi yang meluap. Di tancapnya gas ke level maksimum. Ingin rasanya ia cepat sampai di rumah Rani. Meminta penjelasan dari undangan yang di tangannya.
Sekitar 35 menit sampailah John di rumah Rani ....
"Rani!" teriak John di depan pintu rumah. Hal itu sontak membuat keluarga Rani terkejut. Segera Sheryl ke pintu rumah dan membukanya.
"Ada apa ya? kamu siapa? kenapa berteriak di rumah orang?" tanya Sheryl sedikit kesal. Menurutnya anak muda yang dihadapannya ini sungguh tidak sopan.
Sedangkan Rani, langsung berlari kebawah menjumpai asal teriakan tadi, dia tahu itu suara John.
"Ibu, biarkan Rani berbicara sebentar dengan dia. Dia teman Rani," ucap Rani pada ibunya agar mengijinkannya berbicara dengan John sebentar.
Segera John menarik tangan Rani dengan kasar dan menuntunnya ke arah parkiran mobil.
"Jelaskan apa ini?" tanya John dengan ekspresi yang sangat marah.
Hal itu malah menyulut emosi Rani yang sudah ia tahan sedari tadi.
"Apa maksudmu apa ini? kau 1 bulan ini dari mana? Kau tahu apa yang terjadi padaku 1 bulan ini? saat di titik terendahku adakah kau di sampingku? aku coba menghubungi dirimu terus tapi tidak bisa."
"Dan ternyata kau bersenang-senang dengan tunangan mu di luar negeri. Apalagi yang kau tuntut dariku? kesetiaan? kau yang menghancurkan nya! bajingan!" teriak Rani sambil menangis sejadi-jadinyadi hadapan John.
"Kau tahu besok aku menikah dengan Gama, keluargaku berhutang padanya. Saat kau tidak ada ayahku harus di operasi dan membutuhkan biaya yang sangat banyak. Adikku harus membayar uang kuliahnya dan saat itu Gama menolong keluarga ku, dan sudah sepantasnya lah aku membalas budi," tegas Rani sembari meninggalkan John.
Mendengar penjelasan Rani, sontak John sudah mengerti akar permasalahannya, mereka di jebak oleh Gama abang tirinya.
Dia tahu betul sifat Gama, dia akan melakukan hal licik dan menghalalkan segala cara untuk mendapatka tujuannya. Sifat Gama sangatlah mirip dengan sifat ayah mereka.
Segera ia menahan tangan Rani dan memeluk Rani dengan sangat erat.
"Tidak bisa kah kau menungguku? aku sangat mencintaimu! wanita yang menjadi tunanganku hanyalah wanita yang dijodohkan ayahku untuk memperkuat bisnis," ucap John sambil meneteskan air matanya.
"Sudah terlambat John, aku sudah tidak bisa kembali padamu, besok aku sudah resmi menjadi milik orang lain," balas Rani melepas pelukan John.
Sebelum Rani pergi, "Apakah kau tahu jika Gama adalah abang tiriku yang selama ini aku ceritakan padamu?" teriak John pada Rani yang hendak pergi itu.
Mendengar itu membuat Rani terkejut, tapi nasi sudah menjadi bubur. Semua sudah terlambat.
"Waktu memang tidak memihak kita Gama," gumam Rani tetap melanjutkan langkahnya.
"Aku tidak akan melepaskan mu, bahkan saat kau sudah menikah dengan bajingan itupun, aku tetap akan menunggumu!" teriak John, sungguh pilu teriakannya.
Hampir tergerak hati Rani mendengar teriakan itu, tapi di urungkan niatnya, karena memang pernikahan besok tidak dapat dibatalkan, karena ini merupakan keinginan orang tuanya juga.
Sambil menangis sesenggukan Rani berlari ke kamarnya, dia berlari agar ibu dan adik-adiknya yang lain tidak menanyai dirinya. Semalaman Rani menangis dia sudah tidak peduli dengan penampilannya besok.
Diwaktu yang sama di rumah John.
Tring ... Tring ... Tring
Gama menerima sebuah pesan berupa foto dari mata-mata yang disewanya untuk memata matai Rani. Dilihatnya foto itu, Rani sedang berbicara dengan John, juga adegan saat John menangis dan memeluk Rani.
Adegan saat John menangis sungguh membuat Gama puas, tapi dia tidak senang dengan pelukannya terhadap calon istrinya itu. Apalagi saat Rani menunjukkan ekspresi yang sama saat di bandara membuat Gama benar benar geram.
"Kurang ajar!" gumam nya sembari mengepalkan tangannya.
Malam yang rumit itu pun berlalu digantikan oleh mentari pagi yang cerah, seolah kejadian semalam hanyalah sebuah mimpi melihat cerahnya matahari itu.
HARI PERNIKAHAN.
***
Rani sudah selesai bermakeup dan menggunakan dress pernikahannya. Dress itu sungguh sederhana, namun malah memancarkan kecantikan yang luar biasa dari Rani. Memang matanya masih agak sembab, tapi tidak menutup sedikitpun pancaran kecantikan Rani.
Melihat pemandangan di depannya, Gama sedikit takjub, baru sadar ia kalo Rani sungguh lah wanita yang sangat cantik. Tapi di tepisnya pikirannya itu, karena Rani hanya akan menjadi bidaknya saja, yang akan dimanfaatkan oleh Gama sesuka hatinya, tidak lebih dari itu.
Dimulailah pernikahan keduanya, pernikahan itu hanya dihadiri oleh keluarga dekat Rani. Sedangkan Gama hanya membawa assistennya Roni Doon saja.
Acara pernikahan itu terlaksana dengan baik, dan mulai hari ini Gama dan Rani sudah resmi menjadi suami Istri dimata agama dan juga di mata hukum.
Setelah acara pernikahan, Gama membawa Rani ke Rumahnya. Sesampainya di rumah, Gama menyuruh assisten rumah yang bernama Bi Mendi agar menunjukkan letak-letak rumahnya yang begitu luas, juga menunjukkan dimana kamar mereka.
Sedangkan Gama sendiri sedang bersama seorang gadis yang sangat cantik yang tadi mereka jumpai di ruang tamu. Melihat itu Rani sedikit heran, melihat gerak-gerik keduanya sungguh lah tidak biasa, mereka terlalu dekat. Tapi di tepisnya pemikirannya itu dan segera mengikuti Bi Mendi yang ingin menunjukkan letak-letak rumah itu.
Setelah kurang lebih 30 menitan lamanya, home tournya pun selesai dan berakhir di sebuah kamar yang kata Bi Mendi sebagai kamar Rani dan Gama. Mengetahui bahwa ruangan itu adalah kamarnya, segera Rani menyuruh Bi Mendi keluar agar Rani bisa segera mandi.
Dia sangat Lelah, segera Rani mandi dan menggunakan piyama yang sudah ada di lemari dan pergi tidur. Dia tidak peduli dengan adegan yang baru ia jumpai tadi di ruang tamu. Karena memang dia menikahi Gama hanya untuk memenuhi permintaan orangtuanya juga membalas budi akan pemberian Gama pada keluarganya.
***
Kembali Rani mengingat John, di ingatnya saat John menangis menjelaskan tentang pertunangan nya. Rani begitu terpukul, tapi semua sudah terlambat. Sekarang John adalah adik ipar Rani, dan Rani adalah kakak ipar John.
"Kenapa takdir bisa begitu kejam?" gumam Rani Lirih.
Tapi disamping itu semua, hati memang tidaklah bisa berbohong, Rani hanya mencintai satu pria yaitu John, dan fakta itu tidak lah bisa diubah.