***
"Sayang, yang tadi istrimu?" tanya Tania pada Gama, Tania adalah salah satu gadis mainan Gama yang sengaja Gama panggilkan untuk membuat Rani geram. Tapi bukannya geram, Rani bersikap biasa saja. Seperti tidak ada yang terjadi.
"Apa-apaan ini? bukan kah sekarang aku adalah suaminya? bagaimana bisa dia tidak cemburu melihatku bermesraaan dengan wanita lain di hadapannya?" gumam Gama sembari mengepalkan tangan karena emosi.
"Sayang?" tanya Tania lagi karena memang sedari tadi Gama tidak mendengarkan dirinya.
"Tania, kau pulang lah dulu, aku sedang tidak mood," ketus Gama yang menampilkan raut wajah kesal.
Melihat itu Tania langsung mengerti, dia tidak ingin membangungkan singa yang tidur. Jadi, dia bergegas pergi dari rumah Gama itu.
Melihat bi Mendi sudah sibuk dengan pekerjaannya membuat Gama merasa heran.
"Dimana Rani? bukankah tadi dia bersama bi Mendi?" gumam Gama dalam hati.
"Bi, Rani dimana?" tanya Gama ke bi Mendi dengan suara yang terdengar sangat kesal.
"Oh iya Tuan, tadi setelah keliling rumah selesai, Nyonya muda langsung menyuruh saya keluar. Katanya dia ingin mandi lalu istirahat," jawab Bi Mendi sopan sembari menunduk kepada Gama.
"Dia tidak mengakatakan ataupun mempertanyakan yang lain?" tanya Gama berharap Rani menanyakan perihal Tania.
"Tidak ada Tuan, dari tadi nyonya hanya diam saja," jawab bi Mendi lagi.
Jawaban bi Mendi sungguh membuat emosi Gama memuncak sampai ke ubun-ubun.
"Bagaimana mungkin seorang istri tidak cemburu melihat suaminya bersama gadis lain?" gumam Gama sembari berjalan dengan sangat cepat ke kamarnya.
Sesaat setelah Gama sampai dikamarnya dia melihat Rani sudah tidur sangat lelap.
"Perempuan kurang ajar!" geram Gama sembari menarik selimut Rani, hal itu sontak membuat Rani terkejut.
Dilihatnya ekspresi Gama yang terlihat sangat marah, dan nafasnya begitu memburu. Rani begitu bingung dengan pemandangan yang dilihatnya itu.
"Ada apa dengan pria ini?" pikir Rani masih kebingungan.
"A ... ada apa Tuan?" tanya Rani menunduk ketakutan karena nafas Gama sudah terdengar memburu dan ekspresinya terlihat sangat emosi.
"Haha, kau sungguh luar biasa! bisa-bisanya kau tidur tenang di kasurku disaat seperti ini!" geram Gama menarik dagu Rani sangat kencang, hal itu tentu saja membuat Rani kesakitan.
"Sakit Tuan," respon Rani ingin melepaskan cengkraman Gama dari dagunya.
"Heh, wanita murahan! berani sekali kau menantang ku hah?!" bentak Gama dengan suara yang sangat menggelegar, sungguh membuat siapapun akan ketakutan mendengarnya.
Mendengar itu Rani terkejut, image Gama yang selama ini ditunjukkan sungguh berbeda dengan Pria yang berada di hadapannya ini. Rani membeku dan tidak tahu harus bersikap seperti apa.
"Jawab aku sialan? kau berani sekali tidak menjawab pertanyaanku!" teriak Gama membuat Rani takut setengah mati. Dia merasa badannya tiba-tiba lemas karena teriakan dan cengkraman itu.
"Ada apa sebenarnya Tuan?" Tanya Rani memberanikan diri. Dia tidak tahu apa kesalahannya sampai membuat Gama begitu marah.
"Kau masih berpura pura polos, dasar murahan!" ketus Gama sembari memicingkan matanya menunjukkan betapa menyeramkannya dirinya itu.
Tapi Rani tidak terima saat dirinya di katai murahan, walaupun mereka sudah menikah. Bukan berarti Gama bisa menghina Rani sesuka hatinya.
"Tuan, tolong jangan melewati batas, aku bukan wanita murahan. Kalau aku wanita murahan berarti sekarang Tuan memperistri wanita murahan!" teriak Rani ikut emosi saat mendengar Gama menyebutnya murahan.
"Hahaha, berani sekali kau meneriaki aku! kau tidak tahu hidup keluarga mu ada di tanganku! sekali kau membuat kesalahan akan kuhancurkan keluarga mu sampai ke tempat yang paling rendah!" jawab Gama membisik tapi malah menampilkan hawa iblis yang sangat mencekam darinya.
"Kau begitu senang dipeluk oleh John, kalau bukan murahan apalagi namanya? hah? sudah berapa kali kau tidur dengannya? oh iya, kalian sudah pacaran 7 tahun pastilah sudah ribuan kali kan?"
"Memikirkan itupun aku jijik dan mual, aku menikahi bekas orang lain yang sudah dipakai ribuan kali!" Gama mengatakan itu sembari melemparkan cengkramannya dan membuat Rani terjatuh ke kasur.
Mendengar itu Rani sangat terluka, dia benar-benar di hina. Padahal sudah dijaga nya kesuciannya. Tapi tetap saja menerima perlakuan kasar dari pria bejat yang menjadi suaminya ini.
"Iya, aku sudah sering melakukan itu dengan John, kenapa memangnya? salah?" tanya Rani sudah menangis mendapati perlakuan kasar dari Gama.
Mendengar itu, amarah Gama semakin menjadi-jadi. Ditamparnya pipi Rani lalu di robeknya baju piyama yang sedang Rani pakai. Piyama itu cukup tebal tapi saat Gama merobeknya sungguhlah seperti merobek kertas.
"Aaaaaaa! mau apa kamu! jangan!" teriak Rani saat mendapati bajunya dirobek oleh Gama dengan sangat gampang.
Teriakan Rani itu malah membuat ia mendapatkan tamparan yang kedua, tamparan itu sungguh sakit mungkin wajahnya sudah memerah sekarang.
"Kau jangan sok polos pelacur, bukan kah kau sudah sering melakukan ini?" bisik Gama ke kuping Rani dan tangan Gama mencengkeram kedua tangan Rani ke atas hanya dengan menggunakan satu tangan. Dan yang satunya lagi meremas dengan kasar dada Rani.
"Lihatlah tubuhmu tidak menolak, kau sungguh munafik. Kau terlihat sangat menikmati perlakuan kasar ku ini. Apakah John pernah melakukan hal ini? atau apakah dia menggunakan mulutnya dan menggigit nya dengan kuat?" sinis Gama sembari melakukan hal yang ia ucapkan kepada Rani.
Gama meremas dan menggigit dengan sangat kasar dada Rani, membuat Rani kesakitan dan merasa sangat malu. Dia terlihat sangat lemah jika dibandingkan dengan Gama. Sungguh Rani tidak bisa berontak karena tangannya pun sedang di cengkeram oleh Gama.
"Tubuhmu lumayan juga, ukurannya besar. Pasti akan puas jika bermain sebentar lagi, hahaha. Pantas saja John tergila-gila padamu," ucap Gama memandangi tubuh polos istrinya itu.
Setelah puas memandangi, segera di lumatinya tubuh Istrinya itu dan memberikan banyak tanda kepemilikan disana. Tapi saat Gama ingin menyatukan dirinya dengan Istrinya itu, barulah Gama sadar bahwa Rani masih perawan. Melihat itu Gama terkejut dan menghentikan aksinya.
Rani sudah pasrah, wajahnya dihadapkannya ke samping, dia tidak mau melihat Gama, dia merasa hidupnya sudah hancur. Tapi saat Gama berhenti menjamahinya Rani sedikit terkejut.
Melihat Gama mulai menjauh langsung membuat Rani menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Rani menangis di dalam selimut itu.
"Brengsek! kau brengsek! bajingan!" lirih Rani dalam hati, bagaimana tidak, barusan dia menerima perlakuan yang sangat kasar. Padahal ini adalah kali pertamanya melakukan hal se intim itu dengan orang lain.
Melihat pipi Rani yang memerah dan air matanya yang mengalir membuat Gama tersadar, dia barusan telah kehilangan kendali.
Gama pun bingung kenapa dia bisa begitu marah, karena yang dibayangan Gama adalah adegan saat John memeluk Rani, John terlihat sangat mencintai Istrinya itu, apalagi tadi saat Rani tidak peduli sewaktu Gama bermesraan dengan wanita Lain. Sungguh mampu membuat emosi Gama meledak-ledak.
Tetapi sesaat setelah ia tahu jika Rani masih perawan yang artinya dia belum pernah sekalipun tidur dengan John, muncul sebuah penyesalan di hati Gama.
Bagaimana ia tadi telah menghina dan mencaci Rani sama seperti seorang perempuan murahan, dan ternyata Rani adalah wanita baik-baik yang menjaga kehormatannya. Bahkan Rani tidak memberikan mahkotanya pada orang yang dia pacari selama 7 tahun.
Entah mengapa hal itu mebuat Gama senang. Dia puas karena ternyata dia menikahi seorang perawan, dan sepertinya gadis yang ia nikahi adalah gadis yang polos dan baik.
Setelah Gama menghentikan aksinya ....
"Kau akan kulepaskan kali ini, jangan pernah membuatku marah lagi, kau harus melakukan tanggung jawabku sebagai istri," ucap Gama pada Rani yang sudah tertutupi selimut. Lalu setelah itu Gama pergi ke ruang kerjanya. Dia ingin menenangkan diri dan mengendalikan emosinya dulu.
Di ruang kerja Gama.
***
Sedari tadi Gama gusar, "apakah aku terlalu berlebihan padanya? ah masa bodoh! dia adalah istriku, aku sudah sepantasnya mendapatkan itu. Dan dia sudah seharusnya melayani ku, lagian tujuanku kan memang mau menyiksa dirinya agar si John itu menderita melihat gadis yang ia cintai tersiksa." Tegas Gama pada dirinya sendiri, dia tidak ingin merasa iba ataupun kasihan pada Rani.
Dalam sekejap kembalilah Gama pada aktifitasnya, disibukkannya dirinya agar tidak kepikiran masalah yang tadi.
***
Tidak terasa sudah beberapa jam Gama berkutik dengan pekerjaannya, dia sudah merasa kelelahan dan rasa kantuk sudah menyerangnya.
Gama kembali kekamarnya, namun tidak dijumpainya istrinya di kasur. Rasa kantuk yang tadi menyerang langsung hilang, Gama panik.
"Apakah Rani kabur setelah mendapatkan perlakuan tadi?" gumam Gama sembari berlari ke Luar mencari-cari Rani.
Sesampainya Gama di parkiran mobil hendak mencari Rani, saat ia menoleh dilihatnya lah Rani duduk tertidur di balkon kamarnya.
"Astaga bodohnya aku!" gumam Gama kembali ke kamarnya, Gama berjalan menuju balkon kamarnya dan menemui sstrinya disitu, dilihatnya wajah Rani dengan kekat. Di perhatikan setiap inchi wajah Rani itu.
Kulit yang putih, hidung yang mancung tapi kecil, bibir yang merah dan pipi yang sedikit chubby benar-benar membuat Rani sangat cantik dan Imut.
"Pantas John jatuh cinta padamu, ternyata kau sangat cantik," ucap Gama pelan tidak ingin membangunkan istrinya itu.
Diusapnya pipi Rani dengan lembut, dilihatnya bekas tamparannya tadi yang masih membekas merah di pipi Rani, lalu digendongnya Rani masuk ke kamar dan menyelimutinya. Gama pun ikut masuk ke dalam selimut yang sama, lalu Gama pun tertidur sembari memeluk tubuh mungil istrinya itu.