***
Entah sudah berapa lama waktu berlalu, akhirnya Rani pun terbangun. Dilihatnya dirinya dalam balutan sebuah handuk, lalu diingatnya terakhir kali dia berada di dalam bathtub.
"Kenapa sekarang aku sudah berada di kasur?" gumam Rani keheranan.
"Jangan bilang si singa itu yang memindahkan ku! aaaaaaa!" teriak Rani sembari menarik dengan kasar rambutnya sendiri.
"Kenapa aku bodoh sekali bisa tertidur di dalam bathtub, dasar kau bodoh Rani! kau bodoh, ingin ku gali kuburan ku sendiri dan bersembunyi disana. Aaaaaaaa!" Rani sangat malu, jika benar Gama yang memindahkan dirinya, maka Gama sudah melihat seluruh badan Rani tanpa sehelai benang pun.
***
Sepanjang perjalanan ke kantor Gama senyum-senyum sendiri, hal itu membuat asistennya Roni terkaget-kaget. Belum pernah dia melihat tuannya tersenyum sendiri seperti ini.
"Apa yang telah terjadi antara Rani dan Tuan Gama? sepertinya ada bau-bau manis tercium dari ekspresi Tuan, hmmmm," gumam Roni dalam hati.
Di kantor Gama.
Meeting yang dilaksanakan terselesaikan dengan baik, berbeda dari meeting-meeting yang sebelumnya. Mungkin ini faktor dari mood Gama sedang dalam kondisi yang baik hari ini.
Beberapa menit kemudian ....
Segera sebelum Gama pulang, sekretarisnya masuk ke ruangan.
"Pak ada yang mau bertemu dengan Bapak, namanya John, dia bersikeras ingin bertemu dengan Bapak sekarang juga," ucap sekretarisnya itu dengan sopan sembari menunduk.
Tapi belum sempat Gama merespon, John sudah langsung masuk ke dalam ruangan Gama dengan wajah yang memerah dan terlihat sangat marah.
"Bajingan! apa yang kau rencanakan?" teriak John sembari menarik kerah leher Gama. "Apa maksudmu?" tanya Gama santai dan pura-pura tidak tahu.
"Awas saja jika kau melukai Rani, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!" ancam John sembari melepaskan tarikannya dari kerah leher saudaranya Gama itu.
"Hahaha! kau sungguh tidak sopan cecunguk! kau kira siapa Rani hah? dia adalah istriku yang artinya dia adalah kakak ipar mu! kau sungguh tidak bermoral memiliki perasaan pada kakak iparmu sendiri!" sinis Gama dengan senyum yang amat menyeramkan pada John.
"Lihat saja Gama, aku akan merebut Rani kembali ke dalam pelukanku. Bahkan jika dia sudah menikah pun aku tetap mencintai dia! ingat perkataanku ini, aku akan merebut Rani kembali!" teriak John sembari meninggalkan ruangan Gama. John benar-benar memberikan peringatan pada Gama, John bersumpah akan merebut kembali Rani orang yang sangat ia cintai itu.
Mendengar ancaman John sungguh membuat Gama geram.
"Coba saja kalau bisa John, Rani adalah milikku! aku akan menghancurkan semua yang berhubungan dirimu! aku akan membuatmu menderita dan akan kubuat kau merasakan penderitaan ku dahulu!" tegas Gama sembari menghisap rokok berukuran besar di tangannya.
Setelah keluar dari kantor Gama, John bergegas langsung menelpon rani. John telah mengganti nomornya sehingga sekarang dia bisa menelpon Rani.
Tring ... Tring ... Tring
"Siapa ini?" gumam Rani saat mendengar ponselnya berbunyi. Dia juga tidak mengenali nomor yang menghubunginya itu, tapi karena penasaran, tetap saja Rani mengangkat panggilan itu.
"Halo Rani?"
Tanpa diberitahu pun, Rani sudah tahu jika itu adalah suara John. Tiba-Tiba Rani menjadi sedih, dia ingin mematikan panggilan itu. Tapi disisi lain dia juga sangat merindukan john.
Karena belum menerima respon jawaban dari Rani John pun berbicara lagi.
"Rani aku tahu kau masih mencintaiku, tunggu aku sebentar lagi, aku pasti akan merebutmu darinya! aku tidak peduli dengan statusmu yang sekarang. Aku akan menerima dirimu karena hanya kamu lah yang aku cintai!" tegas John dan langsung mematikan panggilan itu.
Saat mendengar itu, Rani merasakan sakit di hatinya, dia masih marah akan takdir. Betapa semua mimpi yang sudah ia bangun bersama John bisa hancur dalam sekejap. Sekarang Rani adalah kakak ipar John.
"Sungguh hubungan yang sangat menyakitkan," ucap Rani sembari menangis.
***
Tanpa sepengetahuan Rani, Gama telah meretas nomor ponsel rani. Jadi Gama tahu siapa yang mengirimkan pesan ataupun menelpon Rani.
Mengetahui bahwa barusan John telah menghubungi Rani, membuat Gama begitu marah.
"Berani sekali kau mengatakan itu kepada istri orang lain? dan beraninya Rani tidak menolak dan hanya terdiam saja!" geram Gama dalam emosi yang sudah memuncak.
"Roni hubungi dulu Tania dan suruh dia ke rumahku," perintah Gama ke asistennya Roni. Gama merasa sangat kesal hari ini, kebahagiaannya yang tadi pagi sudah lenyap akibat perkataan John kepada istrinya Rani.
Belum pernah Gama merasakan gemuruh di hatinya yang begitu memanas seperti ini. "Lihatlah John, karena kau begitu mencintai Rani akan ku buat dia menderita. Dan itu semua karena kesalahan mu!" decak Gama sembari mengepalkan tangannya.
Di rumah Gama.
Rani yang sedang menonton di ruang televisi. tapi tiba-tiba dia dikejutkan oleh kehadiran seorang gadis cantik yang memakai baju seksi masuk ke dalam rumahnya.
"Siapa yang Mbak?" tanya Rani sopan kepada gadis yang seenaknya masuk itu.
"Oh hai, saya Tania pacarnya Gama," jawab Tania dengan santainya pada Rani, padahal Rani adalah istri sah dari Gama.
Mendengar itu Rani tetap santai, dipersilakan nya Tania masuk.
"Oh kalau begitu silakan duduk Mbak," ucap Rani sopan pada Tania.
"Baiklah aku akan menunggu Gama disini, katanya dia sudah dalam perjalanan pulang. Dia yang menyuruhku datang ke sini," ucap Tania memberikan penjelasan dan langsung duduk di kursi sofa yang tadi Rani duduki.
"Oh silakan Mbak, jika memang Mbak ada urusan dengan dia tunggulah disini. Kalau begitu saya kembali ke kamar saya ya," ucap Rani lagi ke Tania.
Lalu segera Rani bergegas ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya. Dia merasakan sakit dan sesak di dadanya, tapi Rani tidak mau mengambil pusing akan hal itu.
"Tidak mungkin aku cemburu. Mungkin ini hanyalah efek dari terlalu kelelahan," benak Rani menenangkan dirinya, karena memang saat tadi perempuan itu mengaku jadi kekasih Gama, Rani merasakan tubuhnya bergetar dan hatinya nyeri.
***
Setelah beberapa saat, sampai lah Gama di rumahnya. Sesampainya di rumah dia langsung mencari keberadaan Rani. Padahal jelas-jelas Tania sedang menyambutnya disitu.
"Bi Mendi, Rani dimana?" teriak Gama tergesa-gesa saat melihat Rani tidak ada di ruang tamu.
"Oh begini Tuan, setelah tadi nona Tania sampai, nyonya Rani langsung bergegas masuk ke kamar," jawab bi Mendi dengan jujur. Karena memang setahu dia tadi Rani langsung bergegas pergi ke kamar.
Mendengar jawaban bi Mendi benar-benar membuat amarah Gama memuncak lagi.
"Gila kau Rani! bahkan aku sudah membawa perempuan kesini, tapi kau tetap saja santai seolah-olah tidak ada yang terjadi!" geram Gama emosi sembari melangkahkan kaki ke kamarnya.
Sesampainya dikamar, dilihatnya Rani tidak berada di kasur. Lalu diceknya ke balkon, dan ditemukan lah Rani sedang duduk terdiam di balkon. Melihat ketenangan Rani malah membuat Gama semakin geram.
Lalu ditariknya lengan Rani secara paksa, dan dihempaskannya ke dalam kasur. Mendapat perlakuan yang begitu tiba-tiba membuat Rani terkejut dan kebingungan.
"Kenapa lagi dia ini," pikir Rani, tapi sungguh Rani sedang sangat ketakutan saat melihat ekspresi Gama yang seoalah akan melenyapkan dirinya saat ini juga.
"Kau pasti sedang sangat bahagia kan sekarang?" bentak Gama dengan suara lantang ke arah Rani.
Mendengar bentakan yang sangat keras itu sungguh membuat Rani sangat ketakutan. Tubuhnya bergetar dan air matanya mulai mengalir.
"Kenapa Tuan mengatakan seperti itu?" tanya Rani kebingungan, bagaimana mungkin Gama mengatakan Rani sedang bahagia sekarang. Padahal kenyataannya Rani sedang dalam keadaan sangat sedih.
"Bukankah barusan kekasihmu baru menghubungimu?" tanya Gama memicingkan matanya ke arah Rani.
"Kau pasti bahagiakan saat dia mengatakan kau sangat dicintai olehnya, kau bahagiakan?" bentak Gama lagi karena tidak mendapat jawaban dari Rani.
***
"Bi Mendi?" teriak Gama memanggil pelayan rumahnya itu.
"Iya Tuan?" jawab Bi Mendi bergegas masuk kedalam kamar Tuannya Gama itu.
"Panggilkan Tania kesini!" perintah Gama dengan lantang ke Bi Mendi.
"Baik Tuan," jawabnya dengan sopan.
Lalu saat Bi Mendi sudah pergi, segera Tania naik keatas dan masuk ke kamar mereka.
"Buka bajumu!" perintah Gama ke Tania yang sudah berada di kamarnya itu.
"Apa yang mau kau lakukan?" teriak Rani histeris saat mendengar Gama menyuruh wanita tadi membuka pakaiannya.
"Ini adalah pelajaran buat mu karena telah berani mencintai pria lain yang bukan suami mu. Sebagai hukuman dari penghianatanmu, kau harus melihat suamimu tidur dengan wanita lain." Jawab Gama dengan mata yang sangat menyeramkan.
Mendengar itu Rani terkejut setengah mati. Dia berlari sekencang mungkin ke arah pintu tapi langsung dihadang oleh Gama, Gama mendorong Rani kembali ke dalam kasur.
Rani berteriak histeris saat melihat gadis tadi yang bernama Tania itu, sudah menanggalkan seluruh pakaiannya.
"Tuan jika kau berani melakukannya di depanku, aku akan lompat dari lantai dua ini! aku akan mati di depanmu!" ancam Rani dengan wajah yang sangat serius, air matanya sudah mengalir dengan begitu deras.
"Kau kira aku percaya?" ancam Gama lagi. karena Gama yakin Rani tidak berani melakukan hal itu, karena Rani masih memiliki tanggungan adik-adiknya.
Mendengar itu Rani berlari ke balkon, dan tanpa ragu langsung ingin melompat ke bawah. Untung saja Gama dengan cepat meraih tangan Rani, jadi sebelum berhasil melompat Rani sudah ditarik kedalam ruangan.
"Kau gila ya?" teriak Gama dengan suara yang begitu lantang, dia sangat tidak menyangka jika Rani benar-benar akan melompat tadi.
"Kau yang gila! beraninya kau mau melakukan itu di depan istrimu, jika kau mau melakukan itu jangan dihadapanku! psycho!" teriak Rani dan langsung pingsan.
Segera Gama menggendong Rani ke kasur. lalu Tania di usirnya pulang.