***
"Aduh apa ini yang berat?" gumam Rani merasakan tubuhnya serasa di tindih oleh sesuatu yang berat, lalu Rani terbangun untuk melihat apa yang sedang menindihnya. Dan dilihatlah Gama sedang memeluknya dengan sangat erat. Seperti sedang memeluk guling.
Pelukan itu bisa dibilang sebagai tindihan karena memang setengah badan Gama sudah menindih tubuh Rani yang kecil, Gama begitu gagah dan kuat berbeda dengan tubuh lemah Rani, kekuatannya sungguh tidak sebanding.
"Aaaaahhhh," teriak Rani terkejut saat mendapati dirinya di pelukan Gama, tapi segera Rani menutup kedua mulutnya, mengingat berapa seramnya Gama tadi malam. Sungguh kejadian tadi malam benar-benar membuat Rani trauma, dia sudah tidak berani menyinggung ataupun menganggu Gama.
Pelan-pelan Rani melepaskan diri dari himpitan Gama, sangat Pelan agar Gama tidak terbangun. Rani tidak berani menganggu singa yang sedang tidur itu, bisa di terkam nanti dia.
Akhirnya Rani bisa lolos, walaupun membutuhkan tenaga dan kesabaran ekstra, segera Rani ingin turun dari ranjang. Tapi belum juga Rani turun, tangan kekar Gama sudah menyeretnya kembali ke posisi awal.
"Aaaaaahh," teriak Rani, tapi dengan frekuensi suara yang sangat pelan, Rani takut menyinggung Gama.
"Jangan Pergi sebelum aku menyuruhmu pergi," ucap Gama tapi masih dalam posisi mata tertutup. Karena Rani sudah berjanji tidak akan menyinggung Gama, Rani pun menganggukan kepalanya mengisyartakan persetujuan atas apa yang di katakan Gama barusan, dimana kepala Rani sekarang sedang berada di dada bidang suaminya.
"Yaampun, lucu sekali dia, apakah dia barusan menganggukkan kepalanya di dadaku?" gumam Gama merasa ada yang salah dengan jantungnya, karena sedari tadi makin cepat saja ritme detakannya.
"Apakah kau baru saja mengangguk?" tanya Gama sok cool dan masih dengan mata yang terpejam.
"I ... iya Tuan," dengan lembut Rani menjawab pertanyaan suaminya Gama.
Sungguh jawaban Rani itu membuat jantung Gama semakin kacau, karena Gama bisa merasakan nafas Rani di kulitnya.
Gama sudah tidak tahan, dilonggarkan pelukannya pada istrinya iti, dan lihatnya wajah Rani yang masih menunduk tak berani berkutik.
"Apakah kau takut padaku?" tanya Gama melihat ekspresi Rani seperti seekor kelinci yang sedang di buru predatornya. Mendengar itu Rani memutar otaknya, apa yang harus iya jawab agar singa ini tidak tersinggung fikir nya.
"Tidak Tuan, Rani tidak takut karna Tuan berada disisi Rani" jawab Rani sembari menelan ludahnya dengan kasar, dia sangat ketakutan sekarang.
"Eh kampret, kok gua bisa nge gombal sih?" gumam Rani terheran dengan dirinya sendiri.
Lalu Rani tersadar, "Oh mungkin ini yang dinamakan bakat penyelamatan diri," fikirnya.
"Kau pandai sekali bersilat lidah," jawab Gama dengan wajah datar, tapi sebenarnya Gama sangat senang mendengar jawaban Istrinya itu.
"lucu sekali" gumamnya dalam hati.
"Kalau kau senang berada disisiku, kenapa kau masih menundukkan kepalamu? lihatlah ke arahku," tanya Gama dengan posisi wajah yang menunduk agar bisa melihat Rani di dekat dadanya.
"Ba ... baik Tuan," jawab Rani gugup. Lalu ditengadahkan nya kepalanya keatas untuk bisa melihat Gama, sesuai yang diinstruksi kan Gama padanya. Sekarang Rani sudah sepenuhnya melihat ke atas dan Gama melihat kebawah.
"Deg ... Deg ... Deg, yaampun jantungku kenapa?" gumam Rani heran dengan ritme detak jantungnya yang semakin tidak beraturan. Tapi memang Gama sungguh lah sangat amat tampan, tidak ada pria paling tampan yang pernah ia jumpai selain Gama.
"Yaampun, matanya indah sekali, bagaimana dia bisa se imut ini? kenapa aku tidak mengenalnya lebih dulu dibanding John?" gumam Gama terdiam melihat kecantikan istrinya. Gama tidak rela membayangkan betapa 7 tahun telah dilalui Rani bersama orang yang paling Gama benci.
Membayangkannya saja sudah membuat Gama emosi, segera dia lepaskan pelukan nya dari Istrinya itu, dan bergegas pergi. Dia lebih memilih mandi di ruangan kerjanya.
"Bisa gawat kalau aku terus disana," ucap Gama dalam hati. Bagaimana tidak, Rani telah benar-benar menyihirnya, sedari tadi gairahnya sudah memuncak tapi ditahan oleh Gama.
"Ada apa dengan dirinya? dia sungguh aneh, apakah aku melakukan suatu kesalahan? tapi masa bodohlah yang penting dia sudah keluar dari kamar ini, yang artinya aku bisa mandi sesuka hatiku tanpa harus takut dia mengganggu," ucap Rani keheranan melihat sikap aneh Gama terhadap dirinya.
Segera Rani menanggalkan pakaiannya dan bergegas mandi, Rani ingin merilekskan badannya nya di bathtub.
Sungguh Rani masih terngiang-ngiang akan kejadian yang menimpanya tadi malam. Dia baru sadar bahwa Gama memiliki motif tersendiri untuk menikahinya.
"Aduh sudahlah, aku ingin melupakan semua masalahku sejenak," ketus Rani melanjutkan aktifitasnya.
Rani berendam di bathtub begitu lama sampai dia tidak sadar jika dia tertidur pulas di dalam bathtub tersebut.
***
Gama yang tadi mandi di ruang kerjanya pun kembali ke kamarnya, dilihatnya Rani sudah tidak berada di kasur.
"Kemana lagi anak itu? pokoknya aku harus hati-hati kepada gadis itu, jangan sampai dia meracuni pikiranku lagi!" gumam Gama saat tidak menemukan Rani di kamarnya.
Lalu bergegas Gama menggantikan pakaiannya, dia memiliki meeting penting hari ini. Jadi, dia akan pergi ke kantor secepatnya.
Gama pun pergi kebawah untuk sarapan pagi, namun dia juga tidak menemukan Rani disitu. Hal itu membuat Gama keheranan.
"Bi Mendi, Rani dimana ya?" tanya Gama pada bibi pengurus rumah.
"Loh, Tuan, Nyonya belum turun dari atas," jawab bi Mendi kebingungan atas pertanyaan Gama, padahal jelas-jelas Rani masih belum turun dari atas.
Mendengar itu Gama pun terheran, "Bagaimana mungkin dia belum turun dari atas? sedangkan kamar sudah kosong tadi?" pikir Gama.
Dengan sedikit rasa panik Gama kembali ke kamarnya, diceknya balkon kamarnya tapi tidak menemukan Rani disitu.
"Kemana lagi anak ini?" decak Gama dengan wajah yang sedikit kesal.
Lalu dengan iseng Gama memeriksa ke kamar mandi. "Tidak mungkinkan dia di sini?" dan betapa terkejutnya Gama saat menemukan Rani sedang tertidur pulas didalam bathtub.
"Yaampun anak ini bisa-bisanya dia tertidur di dalam bathtub!" gerutu Gama kesal, karena sedari tadi dia berpikir jika Rani sudah kabur entah dari mana.
"Heh Rani, bangun!" teriak Gama ingin membangunkan Rani yang sedang tidur pulas di bathtub itu. Tapi Rani tidak kunjung membuka matanya, dia tertidur sangat pulas. Karena memang akhir-akhir ini Rani memiliki banyak masalah yang membuatnya susah tidur.
Melihat itu Gama pun panik, dia mengira jika istrinya itu pingsan. Segera dia mendekatkan diri kearah istrinya dan memegang nadinya.
"Huh masih bernafas," ucap Gama merasa lega saat nadi Rani masih berdetak dengan normal.
Melihat pemandangan itu sungguh membuat Gama terkekeh, " Bagaimana mungkin seorang wanita dewasa tertidur pulas seperti seorang bayi? dia sungguh lucu," gumam gama sembari tertawa kecil.
Mengingat hari ini ada meeting penting, Gama buru-buru mengangkat badan istrinya agar tidak terendam air terus-menerus. Takutnya nanti Rani jadi sakit, segera Gama membungkus badan Rani dengan handuk.
"Dasar kau rubah kecil! berani sekali kau menggodaku di saat sepert ini!" ketus Gama membaringkan Rani di kasur.
Bagaimana tidak, sedari tadi pagi Gama sedang menahan hasratnya, malah saat ini dia melihat Istrinya tanpa pakaian, benar-benar polos. Gama benar-benar harus bisa menahan dirinya.
***
Lalu segera Gama memanggil bi Mendi untuk menyiapkan sarapan kepada Rani, dan setelah itu Gama berangkat ke kantornya. Melihat pemandangan itu bi Mendi tersenyum, belum pernah dilihatnya Gama lembut seperti itu kepada orang lain.