Di kantor Gama.
***
"Bagaimana Ron, sudah kau persiapkan semuanya?" tanya Gama ke Roni asisten pribadinya.
"Sudah Tuan, nanti malam kalian akan mengadakan makan malam bersama," balas Roni hormat
"Baiklah, kau boleh lanjut bekerja," ucap Gama seraya menyuruh assistennya itu beranjak dari ruangannya.
"Baik Tuan, saya permisi dulu," jawab Roni sopan.
"Lihat saja John, akan aku rebut kekasih mu, kau boleh memiliki perusahaan ayah. Tapi ada harga untuk semua itu, akan aku rebut semua yang kau cintai," sinis Gama sembari memandangi ke menara-menara di luar kantornya.
Gama sudah mengetahui tentang hubungan John yang dirahasiakannya selama ini, Gama pun tahu betapa John sangat mencintai kekasihnya itu. Gama berencana menikahi kekasih John dan menyiksanya, dia ingin John melihat orang yang dicintainya menderita.
Gama sangat dendam dan tidak suka pada John, John adalah adik tirinya, dari Istri kedua ayahnya.
Dulu ayah Gama selingkuh, saat ibunya sakit. Bahkan ayahnya tega membawa selingkuhan dan anaknya ke rumah. Saat itu Gama masih lah SMP, tapi Gama sudah cukup dewasa untuk mengetahui semuanya.
ayahnya begitu tega bermesraan di depan ibu Gama, terkadang Gama melihat ibunya menangis. Hal itu benar-benar membuat Gama sangat marah pada ayahnya.
Ayahnya begitu memanjakan anak yang dihasilkan dari perselingkuhan itu. Ya, anak itu adalah John. Dan melihat pemandangan itu benar benar membuat Gama berang.
Sampai beberapa bulan setelah selingkuhannya tinggal dirumah, ibu Gama meninggal. Saat itu Gama bersumpah akan menghancurkan ayahnya, menghancurkan perempuan murahan yang sekarang jadi ibu tirinya dan menghancurkan John.
Sekarang Gama memiliki perusahaannya sendiri, dia tidak pernah bergantung sedikit pun pada kekayaan ayahnya.
Gama bertekad akan menghancurkan ayahnya sampai ke akar, agar ayahnya tahu penderitaan Gama.
Saat ini Gama sengaja membiarkan John mempelajari perusahaan ayahnya itu, Gama ingin John mengambil alih perusahaan itu dan saat itu lah Gama berencana menghancurkannya.
"Hahaha, aku tidak sabar melihat wajah penderitaanmu John, akan kubuat kau merasakan penderitaan ku. Juga ibu mu, akan ku buat dia merasakan neraka. Kita tunggu saja tanggal mainnya," geram John sambil menghisap rokok di tangannya.
Di rumah Rani.
"Ibu, lihatlah kak Rani, wajahnya kok musam begitu, jadi makin jelek!" ledek Gina, Gina memang sangat suka bercanda.
Gina sangat tidak suka saat kakanya Rani bersedih, Gina akan berusaha sekeras mungkin untuk menghibur kakanya itu.
"Iya ibu lihatlah, makan siang keluarga yang amat sangat sakral ini jadi ternodai," timpal Deni bercanda.
"Apaan sih adik-adik ku ini sungguh perhatian ya sama kakaknya, mana berani kaka memasang wajah musam. Apalagi saat ini ada ayah disini. Makan siang sakral kita ini bisa berubah jadi ajang penceramahan nanti," jawab Rani agar semuanya tidak khawatir.
Rani pun menjaga agar ayahnya tidak mulai berceramah, bisa memakan waktu 2 jam nanti, jika ayahnya sudah memulai ceramah yang berunsur nasehat itu.
"Sudah, sudah, makanlah cepat," gerutu ibu nya menghentikan perdebatan anak-anaknya itu.
"Ehhh, Deni berdoa dulu," decak ibunya saat mendapati Deni sudah ingin memakan makanannya.
"Eh iya bu hehe, maapin yee," respon Deni cengengesan.
Hal itu membuat semuanya tertawa terbahak-bahak. Makan siang sakral keluarganya pun dimulai seperti biasa. Penuh kehangatan dan canda tawa.
(Notes : dibilang sakral hanya karna Saat waktu makan tidak boleh ada satu anggota keluarga pun yang tidak hadir, saat makan merupakan saat saat penting keluarga nya berkumpul bersama)
***
Flashback on.
"John, bulan ini kau ke London dulu ya, belajarlah disana bersama teman Ayah, Ayah mau kau mengambil alih perusahaan ini," ucap Deffan tegas pada putranya John.
"Baiklah Ayah," jawab John menyanggupi dan John segera pergi ke ruangan itu hendak menghubungi kekasihnya Rani.
"Loh, nomornya dari kemaren kok enggak bisa di hubungi yah?" gumam John keheranan.
Namun John tidak menyerah, John pun mengirim pesan pada Rani.
"Sayang, lagi apa? aku rindu padamu,"
tapi tak kunjung ada balasan, padahal besok John sudah harus berangkat ke London. Ingin sekali John menjumpai Rani, tapi terhalang karena banyak berkas yang harus ia kerjakan sebelum ke London.
"Ah sudah lah, lagian kami saling percaya. Sudah 7 tahun menjalin hubungan, di tinggal 1 bulan bukan masalah," benak John percaya pada Rani.
Ke-esokan harinya, John berangkat ke London. John sudah mencoba menelepon Rani berulang kali juga mengiriminya pesan, tapi tidak kunjung ada respon.
"Yasudah lah mungkin dia sedang sibuk, akupun harus serius dulu dalam bulan ini, setelah ini aku akan melamarnya." benak John melanjutkan perjalanannya.
Di kantor Gama.
"Hahaha, pergilah bajingan! kau tidak tahu bahwa aku telah meretas nomormu. Kau tidak akan bisa menghubungi kekasih tercinta mu bulan ini. Dan saat kau pulang nanti, dia akan menjadi istriku. Haha," Gama tertawa sampai menggema di ruangannya itu. Gama membayangkan ekspresi putus asa John akan seperti apa nanti.
Ya, memang Gama telah merencanakan semuanya dengan sangat matang. Bahkan dia menyewa IT terbaik agar bisa meretas nomor John, dan membuatnya tidak bisa menghubungi Rani, begitupun sebaliknya.
Dan rencana pendekatan ibunya Rani pun dimulai. Pertama-tama Gama datang ke rumah Handoko Mahendra, pura-pura ingin menjenguk dan menanyakan kabar.
Kebetulan dulu mereka adalah teman bisnis, jadi tidak heran jika Handoko menyambutnya dengan baik.
Lalu, Gama mendekatkan diri kepada Sheryl Winata, ibunya Rani. Betul saja ibunya langsung menyukai Gama, karena memang Gama pandai sekali bersandiwara.
Menurut Sheryl, Gama adalah orang yang santun dan ber-empati tinggi. Apalagi Sheryl sangat antusias dan senang saat mengetahui Gama tertarik kepada putrinya Rani.
Memang Rani tidak memberitahukan perihal hubungannya dengan John kepada siapapun, karena memang John adalah seorang tuan muda yang kaya. John takut Rani kena masalah jika hubungan mereka dipublikasikan. Karena itu lah mereka menutupi hubungan mereka.
Flashback off.
***
"Baiklah Nak Gama, nanti Ibu akan coba membicarakan perihal keinginan mu yang ingin menikahi putri ku. Malam ini kalian makan malam saja, kau atur lah tempat makannya. Nanti Ibu akan mengatur Rani agar mau kesana," ucap Sheryl antusias.
"Wah, terimaksih banyak Bu. Gama memang sangat menyukai Rani, Gama janji nanti akan menjaga Rani sepenuhnya," respon Gama dengan sangat ramah.
Ya tentu saja, itu hanya sandiwara belaka. Mana mungkin seorang Gama akan setia pada satu perempuan. Jika tidak karena ingin membalaskan dendam, Gama mungkin tidak akan mau menikah dan mengikat janji suci pernikahan.
Bagi Gama kesetiaan itu setipis kulit ari buah salak. Sangat tipis dan mudah hancur,
Gama belajar dari pengalaman ibunya, betapa kesetiaan ibunya telah di khianati ayahnya sampai ibunya meninggal.
"Baiklah Bu, Gama permisi dulu ya, mau mempersiapkan makan malam dengan Rani," ucap Gama sangat sopan sembari mengundurkan diri untuk mempersiapkan makan malam yang sudah ia rencanakan.
"Baiklah Nak Gama, hati-hati yaa di jalan," respon Sheryl dengan ramahnya, Sheryl begitu senang saat tahu putrinya akan menikahi orang yang sangat baik seperti Gama.