Chereads / Lady's Choice / Chapter 6 - Chapter 6.

Chapter 6 - Chapter 6.

Ketika bangun dari tidurnya, Lily merasakan tubuhnya sangat lemah dan kepalanya terasa sangat sakit.

Marie yang berada di kamar melihat wajah pucat Lily menjadi khawatir. "Nona apa Anda sakit? Wajah Nona sangat pucat."

"T-tidak aku baik-baik saja." jawab Lily yang berusaha terlihat baik baik saja.

Marie tahu bahwa Nona mudanya itu sedang berbohong tapi dia tidak mau memaksakan Lily untuk istirahat.

Karena hari ini Lily harus pergi ke Gedung Emerald untuk mengisi data formulir pendaftaran ujian Dewan Penasihat Kerajaan.

"Marie tolong bantu aku bersiap-siap." pinta Lily.

"Baik Nona." jawab Marie dan mulai membantu Lily bersiap-siap.

Setelah selesai siap-siap Lily langsung pergi keruang makan untuk sarapan, ketika sedang makan wajah Lily terlihat tidak nafsu makan.

"Lady apakah Anda baik-baik saja?" tanya Thomas khawatir karena melihat Lily tidak menghabiskan makannya.

"Aku baik-baik saja Thomas, tolong segera siapkan kereta kuda." jawab Lily.

"Baik Lady." balas Thomas, tapi dia masih khawatir dengan keadaan Nona mudanya yang terlihat begitu pucat.

Akhirnya Lily berangkat ke Gedung Emerald di temani oleh Marie, tapi ketika berada di perjalanan Lily masih di sibukkan dengan kertas-kertas yang belum selesai dia baca.

"Nona kita sudah sampai." kata Marie yang membuat Lily menaruh kertas-kertas yang ada di tangannya.

"Ayo kita turun." ajak Lily.

Gedung Emerald adalah tempat administarsi dan tempat semua ujian di laksanakan. Tempat ini sangat luas dan besar.

Ketika masuk Lily di sambut oleh Terry yang merupakan pengawal pribadi dari Pangeran Kerajaan.

"Selamat Datang di gedung Emerald Lady Calesta, saya Terry di tugaskan oleh Putra Mahkota untuk mengawal Anda hari ini." kata Terry sambil membungkuk hormat kepada Lily.

"Mohon Bantuannya Terry." balas Lily sambil tersenyum.

Lalu Terry mengantarkan Lily ke ruang administrasi untuk mengisi kertas pendaftaran.

"Lady Calesta, ketika ingin mengembalikan kertas pendaftaran bawalah surat perizinan yang di berikan oleh Yang Mulia Raja." kata Terry yang mengingatkan Lily.

Lily mengeluarkan surat perizinan yang di berikan oleh Raja dan dia langsung memberikannya kepada panitia.

Panitia yang melihat surat itu langsung terkejut dan menatap Lily takut. Dia beranggapan kalau Lily adalah orang yang sangat penting bagi keluarga kerajaan.

Tapi Lily hanya memperlihatkan senyum ramahnya kepada panitia itu.

Entah kenapa kepala Lily semakin terasa sakit sehingga membuat dia tidak ingin membuang banyak tenaganya, tetapi Lily merasa kalau dia tidak boleh kalah dari rasa sakit yang di alaminya sekarang. Selama dia berada di gedung Emerald, Lily ingin pergi ke perpustakaan yang berada di sini.

Perpustakaan di Gedung Emerald terkenal memiliki berbagai macam buku-buku langka termasuk tentang sejarah kerajaan ini dan Lily ingin mencatatnya untuk bahan dia belajar mempersiapkan ujian.

"Terry bisa tolong antar aku ke perpustakaan?" tanya Lily.

Terry sedikit ragu dengan permintaan Lily, karena dia sebenarnya sudah menyadari bahwa Lady di depannya ini sedang sakit terlihat dari wajahnya yang pucat.

"Nona, sepertinya kondisi Anda sedang kurang sehat, bagaimana kalau kita pulang saja?" tanya Marie yang khawatir dengan Lily.

"Aku tidak apa-apa Marie, jangan terlalu khawatir." jawab Lily yang berusaha meyakinkan Marie.

"Baiklah Nona." kata Marie pasrah.

"Terry bisa tolong tunjukan jalannya?" tanya Lily sekali lagi.

"Baik Lady akan saya tunjukan jalannya." jawab Terry yang langsung menunjukkan jalan ke perpustakaan.

Ketika sampai, Lily sangat terpukau dengan perpustakaan di depannya yang memiliki berbagai macam buku dan juga sangat luas.

"Kalian bisa tunggu di sini, aku sepertinya akan lama." kata Lily kepada Terry dan Marie.

"Tapi Lady saya harus tetap mengawal Anda karena itu perintah dari Putra Mahkota." tolak Terry.

"Aku akan baik-baik saja Terry, kamu bisa memperhatikanku dari jauh." kata Lily.

"Baik Lady." akhirnya Terry pasrah dan dia akan memperhatikan Lily dari jauh.

Lily mulai mencari buku-buku yang menurut dia penting dan ia senang karena banyak sekali buku yang dia dapatkan dengan mudah.

Dia berhasil mendapatkan sepuluh buku yang sangat tebal dan buku itu rata-rata berisi tentang sejarah dan segala yang berhubungan dengan pemerintahan.

Lily membawa buku itu ke meja dan mulai mencatat beberapa kalimat penting. Perpustakaan ini memiliki fasilitas seperti kertas kosong dan pena yang memudahkan Lily untuk mencatat semaunya.

Setelah menghabiskan waktu selama satu jam tiba-tiba pandangan Lily menjadi buram dan kepalanya terasa sangat sakit.

"Sepertinya aku harus segera pulang dan istirahat." gumam Lily.

Lalu dia mengembalikan buku-buku itu ke rak buku, tapi ketika dia ingin menaruh buku yang terakhir tubuhnya terasa sangat lemah dan matanya semakin buram hingga membuat dia tidak sadarkan diri.

Ketika tubuhnya hampir menyentuh lantai tiba-tiba ada sebuah tangan kekar yang melingkar di pinggang kecilnya.

"Hampir saja." gumam orang itu yang berhasil menangkap tubuh Lily yang hampir terjatuh.

Lalu dia mengakat tubuh Lily dan membawanya keluar.

"Astaga Nona Lily!" panik Marie yang melihat Lily tidak sadarkan diri.

Terry sangat terkejut melihat Lily tidak sadarkan diri dan juga dia lebih terkejut ketika melihat siapa yang membawa tubuh Lily.

"Maafkan saya atas kelalaian dalam menjaga Lady Calesta, Pangeran Hobert." kata Terry yang sambil berlutut di hadapan Hobert.

Hobert yang melihat Terry dan Marie hanya bisa menatap mereka dengan tatapan dingin. "Cepat siapkan kereta kuda. Kita akan segera menuju istana dan sesampai di sana segera panggilkan Dokter kerajaan."

"Baik Pangeran." kata Terry yang langsung berjalan dengan cepat untuk mempersiapkan semua yang di perintahkan oleh Hobert.

"Kau boleh pulang." perintah Hobert kepada Marie.

"M-maaf jika saya lancang Pangeran tapi saya adalah pelayan pribadi Nona Lily, saya tidak bisa meninggalkan Nona Lily sendirian." kata Marie yang menolak perintah Hobert.

Hobert langsung menatap Marie tajam, "ini adalah perintah dariku, apa kau mengabaikan perintah dari seorang Pangeran? ".

Tubuh Marie langsung bergetar dan dia tidak berani menatap wajah Pangeran di depannya.

"B-baik Pangeran saya akan pulang." jawab Marie dengan suara bergetar.

Hobert langsung membawa Lily masuk ke dalam kereta kuda dan membawanya ke istana.

"Jika kau tahu tubuhmu sangat lemah kenapa kau masih memaksakan diri? Dasar bodoh." gumam Hobert yang kesal tapi tidak dengan wajahnya yang terlihat begitu khawatir dengan Lily.

Setelah sampai di Istana Ruby. Hobert langsung membawa Lily ke kamarnya, selama perjalanan kekamarnya, dia menjadi tontonnya para pelayan dan pegawai istana karena membawa tubuh Lily.

Menurut mereka sangat jarang bagi seorang Pangeran di kerajaan ini membawa seorang gadis muda ke dalam istana.

Dia menatap Lily yang terlelap di atas ranjangnya dengan tatapan khawatir dan dia juga mengelus wajah pucat Lily dengan lembut.

"Pangeran saya sudah membawa Dokter kerajaan." kata Terry.

"Segera periksa dia." kata Hobert dingin.

"B-baik Pangeran." jawab Dokter itu yang langsung memeriksa keadaan Lily.

Setelah dia periksa, "Nona mengalami kelelahan akibat terlalu banyak bekerja dan stress yang di alaminya, saya sarankan untuk sekarang Nona tidak boleh melakukan hal apapun yang membuat dia kelelahan dan dia harus sembuh total jika ingin menjalani aktivitasnya kembali." saran Dokter itu.

Lalu sang Dokter mulai menuliskan resep-resep obat di kertas dan dia berikan kepada Hobert.

"Ini adalah obat yang harus Nona ini minum untuk segera pulih." kata Dokter.

"Baiklah kau boleh pergi." kata Hobert lalu dokter itu langsung pergi.

"Terry, ambilkan obat-obat ini di ruang obat kerajaan." perintah Hobert sambil melempar kertas yang ada di tangannya.

"Baik Pangeran." kata Terry lalu dia meninggalkan kamar Hobert.

Beberapa menit kemudian Lily membuka matanya perlahan, tubuhnya masih terasa sangat lemah dan kepalanya masih terasa sakit.

Hal terakhir yang dia ingat adalah ia sedang menaruh buku dan pandangannya menjadi sangat buram.

Lily berusaha duduk dan melihat keseliling, "Ini dimana?" gumamnya.

Dia merasa sangat asing dengan kamar ini karena gelap membuat Lily tidak bisa melihat begitu jelas.

"Kau sudah sadar?" suara seseorang membuatnya terkejut.

"S-siapa?" tanya Lily takut.

Lalu lampu kamar di hidupkan dan Lily bisa melihat jelas orang yang berada di dekat pintu adalah Hobert.

"P-pangeran H-hobert? Bagaimana Pangeran bisa di sini? Dan dimana ini?" tanya Lily yang terkejut.

"Ini adalah kamarku." jawab Hobert sambil membawa nampan yang berisi makanan, minuman dan obat.

Lalu dia berjalan kearah Lily dan menyerahkan nampan itu, "Makan dan cepat minum obatmu."

"T-tunggu, bagaimana aku bisa berada di sini?" tanya Lily yang masih terkejut.

"Kau tidak sadarkan diri saat berada di perpustakaan Emerlad dan aku membawamu ke sini." jawab Hobert yang masih saja memasang ekspresi dingin.

"Cepat habiskan makanmu dan setelah selesai taruh saja di meja kecil itu." perintah Hobert dan dia duduk di sofa yang terletak sedikit jauh dari kasur ini.

Lily mulai makan dan suasana di kamar ini menjadi sangat sepi. Setelah selesai makan tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan paksa.

"Hobert! Kenapa kau tadi tidak mengikuti rapat?!"

Dari suaranya saja Lily sudah bisa menebak kalau itu suara Tedh.

Lalu Tedh membulatkan matanya ketika melihat Lily ada di dalam kamar Hobert.

"Kau! Kenapa kau ada di kamar Hobert?!" tanya Tedh.

Ternyata bukan hanya Tedh yang datang, tetapi Jeron juga ikut bersama Tedh.

Bagaimana bisa seorang Putra Mahkota yang sangat sibuk bisa berada di sini? Batinnya.

Hobert menghela nafas dan menghampiri mereka. "Aku yang membawanya kesini."

"Apa?!" teriak Tedh.

"Aku melihat dia tidak sadarkan diri di perpustkaan Emerlad." kata Hobert yang menjawab semua pertanyaan Tedh.

"Maaf Pangeran, tapi saya sudah merasa lebih baik setelah meminum obat yang di berikan Pangeran Hobert. Jadi lebih baik saya pulang saja." sahut Lily yang langsung mendapat tatapan tidak suka dari mereka bertiga.

"Jangan berbohong, aku tahu kau masih merasa sangat lemah." kata Tedh.

"Jika Lady tidak nyaman karena Hobert berada disini, aku akan menyuruhnya untuk tidur di kamar lain." kata Jeron yang bisa melihat ekspresi tidak nyaman di wajah Lily.

"T-tapi ini adalah kamar Pangeran Hobert, aku akan menggunakan kamar lain." kata Lily.

Sebenarnya Lily sangat ingin pulang dari pada di istana ini, dia harus menyiapkan bahan belajar untuk ujian nanti.

"Ck! Kau ini sangat keras kepala." kesal Tedh, lalu secara tiba-tiba Tedh mengangkat tubuh Lily.

Perlakuan Tedh membuat Lily terkejut dan dia langsung meronta.

"Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku! " teriak Lily.

"Kau ingin di kamar yang berbeda bukan? Aku yang akan mengantarkanmu." jawab Tedh santai dan langsung membawa Lily keluar dari kamar Hobert.

Hobert dan Jeron hanya bisa menghela nafas melihat kelakukan adik mereka.

"Aku cukup terkejut kau membawa wanita itu, aku kira kau tidak akan peduli dengan apa yang terjadinya dengannya." kata Jeron sambil menatap Hobert.

Hobert menarik sudut bibirnya. "Entahlah, mungkin dia wanita yang cukup menarik."

Hobert mengingat dimana perasaan khawatir yang tiba-tiba keluar ketika dia melihat Lily tidak sadarkan diri.

Mungkin tanpa sadar Lily telah membuat hati Hobert berubah.

"Lalu ada urusan apa kau ke sini?" tanya Hobert.

"Aku ingin kau selidiki tentang keluarga Grand Duke Arcana." jawab Jeron.

"Apa hanya itu yang ingin kau sampaikan?" tanya Hobert lagi.

"Sepertinya Maxen telah berhasil mengumpulkan bukti-bukti tentang Duke Bavol." jawab Jeron.

"Sekarang juga aku akan menangkap bangsawan rendahan itu." kata Hobert dengan tatapan tajamnya.

Tiba-tiba Maxen dan Radolf datang. "Walaupun dia bangsawan rendahan tapi dia sangat berbahaya untuk di tangkap sekarang." kata Radolf.

"Kita hanya bisa menunggu sampai waktu ujian itu tiba karena hanya saat itu kita bisa berbicara dengan putra dari Duke Bavol." sahut Maxen.

"Karena dia lebih mengetahui tentang Duke Bavol dari pada siapapun." gumam Hobert yang masih terdengar oleh mereka.

"Ya kau benar." kata Jeron yang menyetujui ucapan Hobert.

***

Lily yang terus meminta untuk di turunkan tapi tidak di dengar oleh Tedh, seakan dia menulikan pendengarannya dan tetap membawa tubuh Lily ke kamar tamu yang sebelumnya pernah digunakan Lily.

"Jika membutuhkan sesuatu panggil saja Terry dan Hugo, mereka akan berjaga di depan pintu kamar ini." kata Tedh sambil menurunkan tubuh Lily di kasur.

"Kenapa dia terlihat baik hari ini? Apa dia salah memamakan sesuatu?" gumam Lily.

"Cepatlah sembuh."

Setelah berkata seperti itu Tedh langsung pergi. Lily yang tidak mau ambil pusing memilih untuk cepat tidur karena dia ingin segara pulih dan pergi dari istana ini.

Keesokan harinya. Lily sangat gembira kondisinya sudah sehat kembali karena obat yang di berikan oleh Hobert.

Dia langsung pergi membersihkan diri dan bersiap-siap untuk segera pulang ke kediamannya.

Setelah selesai membersihkan diri terdengar suara ketukan pintu.

"Masuk."

Setelah itu terlihat Terry membawakan sarapan untuk Lily, "Lady maafkan saya atas kejadian kemarin karena telah lalai dalam menjaga Anda."

"Itu bukan salahmu Terry, jangan terlalu merasa bersalah karena aku baik-baik saja." kata Lily sambil tersenyum dan membuat Terry tersenyum lega.

Akhirnya Lily di perbolehkan pulang karena sudah pulih dan dia antar oleh Hugo hingga sampai ke kediamannya.

***

Waktu ujian pun telah tiba. Aku sudah mempersiapkan segalanya dengan baik hingga aku bisa menjawab semua pertanyaan dengan mudah.

Aku juga bertemu dengan anak dari Duke Bavol, saat ujian dia duduk di belakangku.

Dari apa yang aku lihat dia anak laki-laki yang tampan, pendiam dan sopan. Dia juga tidak pernah berinteraksi dengan bangsawan lain dan lebih suka menyendiri.

Tapi anehnya setelah waktu ujian selesai dia di panggil untuk datang keruangan ketua panitia ujian ini.

Setahuku ketua panitia ujian ini adalah Radolf Marcilius atau bisa di bilang Pangeran keempat.

Aku belum sempat berbicara dengan anak dari Duke Bavol, padahal banyak yang ingin aku tanyakan padanya.

satu bulan setelah ujian Dewan Penasihat Kerajaan selesai.

"Aku sungguh terkejut waktu pertama kali mendengar bahwa putri kita akan ikut ujian Dewan Penasihat." kata Ayah yang terlihat sangat bahagia.

"Aku juga terkejut sekaligus bangga, karena Lily adalah perempuan pertama dalam sejarah kerajaan ini yang mengikuti ujian itu." kata ibu yang tersenyum senang.

"Terima kasih Ayah, Ibu." balasku yang ikut tersenyum senang.

Pengumuan hasil ujian akan di laksanakan nanti malam di Istana Diamond yang di hadiri oleh semua bangsawan dari bebagai kalangan dan juga keluarga kerajaan yang ikut menyaksikan.

"Lily, jangan terlalu gugup. Ibu tahu kamu pasti berhasil karena kamu adalah anak yang sangat kami banggakan." kata Ibu yang memegang tanganku dengan erat.

"Terima kasih, aku sangat menyayangi kalian."

Ibu memeluk dengan erat, aku merasa kalau Ibu sangat menyayangiku walaupun bukan anak kandungnya, mungkin lebih tepatnya Lilybeth bukan diriku.

Suara ketukan pintu terdengar.

"Maaf menganggu waktu Tuan, Nyonya dan Lady. Gaun yang Nyonya pesan untuk Lady sudah datang, sekarang waktunya untuk Lady Lily bersiap-siap." kata Thomas.

"Ah! Sudah waktunya ya." kata ayah yang melihat ke jam dinding dan jarum jam panjang tepat berada di angka 6.

Ibu melepaskan pelukannya, "Cepatlah bersiap-siap, semoga gaun yang Ibu pesan dapat memberikanmu keberuntungan."

Aku menganggukan kepala dan langsung mengikuti Thomas untuk segera bersiap-siap.

***

Aula Istana Diamond di penuhi oleh para bangsawan yang akan menyaksikan pengumuman hasil ujian.

"YANG MULIA RAJA DAN PANGERAN DATANG."

Lalu mereka langsung membungkuk hormat ketika Raja dan para Pangeran memasuki aula itu.

"Semoga kehabagiaan selalu bersama Raja dan ketujuh Pangeran Kerajaan Grissham."

Setelah itu mereka duduk dikursi singgasana mereka masing-masing.

"Waktu pengumuman hasil ujian telah tiba dan hasilnya akan di sampaikan oleh Yang Mulia Damarion." kata Sabastian yang menjadi pembawa acara.

Lalu Daniel membawakan surat yang berisi nama peserta yang berhasil dalam ujian Dewan Penasihat Kerajaan.

Tanpa basa-basi Raja Damarion langsung membuka surat itu dan tersenyum kecil.

"Seperti yang aku harapkan." gumam Raja Damarion.

"Selamat kepada Lilybeth Calesta yang telah lulus dalam ujian ini dan telah menjadi Yang Mulia Dewan Penasihat."

Lily yang merasa namanya terpanggil merasa sangat senang dan terharu. Lalu dia maju ke depan untuk di beri mahkota yang bertaburan berlian yang sangat indah.

Lily berlutut di hadapan Raja Damarion, "Dengan ini aku Raja Damarion Marcilius akan menobatkan Lilybeth Calesta sebagai Yang Mulia Dewan Penasihat."

Lalu Raja Damarion memasangkan mahkota indah itu di kepala Lily dan suara tepukan tangan menghiasi aula Istana Diamond.

"Hm... Setelah ini pasti akan terjadi banyak hal yang menarik." gumam Jhon.

Jimmy menyeringai mendengar ucapan Jhon, dia juga menanti hari dimana wanita itu berada di istana.

"Dia akan menjadi aset yang sangat berharga di kerajaan ini." kata Maxen yang tatapan nya masih fokus menatap Lily.

"Tentu saja, aku tidak akan melepaskan dia kepada siapapun." sahut Jeron.

"Aku sangat menantikan bekerja sama dengannya." kata Radolf membuat Tedh menoleh ke arahnya.

"Sangat langka dia berkata seperti itu." gumam Tedh yang masih terdengar oleh Jimmy.

"Kau benar, tapi aku setuju dengan apa yang di katakan Radolf. Aku juga menantikan hal itu." kata Jimmy.

"Bagaimana denganmu Hobert?" tanya Jeron sambil meminum anggur yang ada di gelasnya.

"Dia akan membawa perubahan yang besar bagi kerajaan ini dan aku sangat menantikan kerja kerasnya." jawab Hobert.

Lily tidak tahu bahwa setelah ini banyak kejadian yang tak terduga akan menanti dirinya.

Dan dia tidak tahu bahwa ketujuh Pangeran itu mulai tertarik dengan dirinya.

To be continue...