Chereads / Lady's Choice / Chapter 8 - Chapter 8.

Chapter 8 - Chapter 8.

"Lady sudah waktunya untuk rapat".

Perkataan Jovan membuat Lily berhenti menulis dan langsung pergi dari ruangan kerjanya.

"Jovan tolong sebutkan jadwalku hari ini".

"Setelah rapat dengan petinggi kerajaan, Lady akan ada pertemuan dengan Ferddy Caldwell di penjara, setelah itu ada jamuan minum teh bersama dengan Lady Deana, Lady Fidela dan Lady Chastine. Setelah jamuan minum teh Lady akan memeriksa dokumen-dokumen penting yang diberikan oleh Putra Mahkota dan yang terakhir Lady diminta untuk memeriksa rencana yang telah di buat oleh Pangeran Tedh, Pangeran Jimmy dan Pangeran Jhon."

Jovan membacakan satu-satu jadwal Lily, hingga tidak sadar kalau mereka sudah sampai di ruangan dimana rapat diadakan.

"Terima kasih Jovan." kata Lily sambil tersenyum.

"Dengan senang hati Lady." balas Jovan.

Lalu penjaga pintu mengumumkan kedatangan Lily dan segera membuka pintu ruangan itu.

"Salam kepada Yang Mulia Raja Damarion, Putra mahkota dan para petinggi kerajaan. Semoga kebahagiaan selalu bersama kalian semua." salam Lily ke mereka.

"Selamat datang Lady Calesta silakan duduk." sambut ramah Raja.

Setelah Lily duduk rapatpun dimulai. Pada rapat kali ini mereka membahas tentang cara menstabilkan perekonomian dan juga cara menghentikan pembrontakan di beberapa daerah terpencil.

Rapat itu memakan waktu selama tiga jam dan mendapatkan hasil yang memuaskan karena usulan yang diberikan oleh Lily.

"Baiklah rapat kali ini selesai." kata Raja dan para petinggi mulai meninggalkan ruangan.

Ketika Lily ingin meninggalkan ruangan suara Raja membuat langkahnya terhenti.

"Lady Calesta, apa kamu sudah membuat rencana untuk bekerja sama dengan Grand Duke Arcana?"

Lily menoleh ke arah Raja. "Sudah Yang Mulia, saya telah membuat rencana itu bersama Pangeran Tedh, Pangeran Jimmy dan Pangeran Jhon."

Raja Damarion tersenyum, Lily selalu saja memenuhi harapannya sebagai Penasihat Kerajaan.

"Rencana seperti apa?" tanya Jeron tiba-tiba.

"Rencana itu masih dalam proses pembuatan dan jika sudah selesai saya akan memberikannya langsung kepada Pangeran Jeron." jawab Lily.

Jeron menganggukan kepalanya.

"Kalau begitu saya permisi. Yang Mulia Raja, Putra Mahkota semoga kebahagian selalu bersama kalian."

Lily mengundurkan diri karena dia harus bertemu Ferddy Caldwell, dia adalah petinggi istana yang melakukan korupsi dan dia juga adalah orang yang di adili oleh Radolf.

Seingat Lily, dia adalah mata-mata dari Banner Cristopher yaitu Putra Mahkota Kerajaan Delton.

Sesampai disana Jovan langsung berbicara dengan petugas yang ada disitu dan Lily langsung di perbolehkan masuk.

"Selamat datang di penjara Grave, Yang Mulia Penasihat Kerajaan." salam petugas itu.

Lily menganggukan kepalanya. "Saya ingin bertemu dengan Ferddy Caldwell."

Petugas itu langsung menunjukkan jalan ke sebuah ruangan dimana Lily akan bertemu dengan Ferddy Caldwell.

"Sesuai peraturan yang ada dikerajaan ini Lady akan di beri waktu selama 20 menit untuk berbicara dengan Ferddy Caldwell." kata petugas itu.

"Terima kasih."

Lalu Lily dan Jovan memasuki ruangan itu.

"Senang bertemu denganmu Duke Ferddy Caldwell." sapa Lily dengan wajah dinginnya.

Orang yang di sapa hanya tersenyum remeh melihat Lily."Hm...Jadi kau wanita yang terpilih menjadi Penasihat Kerajaan ini."

Lily memberi isyarat ke Jovan, lalu Jovan memberikan dokumen yang diminta Lily.

"Duke Caldwell, sebenarnya Anda berasal dari mana? Aku tahu kalau data-data ini adalah palsu."

Mendengar pernyataan Lily, wajah Duke Caldwell langsung berubah marah.

"Sebenarnya apa maumu?!" geram Duke Caldwell.

Lily tersenyum kecil. "Aku ingin Duke Caldwell berada di pihakku."

Duke Caldwell berdecih, "Cih. Kau pikir siapa dirimu? Walaupun memiliki posisi yang tinggi diistana tapi tidak menghilangkan kalau kau masih anak-anak."

"Pendapat Duke tentang diriku itu tidak penting tapi aku disini untuk mengajukan penawaran."

Lily menatap wajah Duke Caldwell dengan serius, dia memberikan penawaran kepada Duke Caldwell untuk membantunya mensukseskan rencananya.

"Aku menolak. Aku tidak sudi diperintah oleh anak kecil seperti dirimu. Jangan merasa sombong hanya karena kau memiliki posisi yang tinggi." tolak Duke Caldwell.

Lily tahu kalau orang didepannya ini akan sangat susah untuk di ajak berbicara dengan baik-baik.

"Aku akan mengeluarkanmu dari penjara ini dan membuat keluargamu menjalani hidup yang baru, tapi sebagai gantinya keluarga Caldwell harus berada di pihakku."

Duke Caldwell terkejut mendengar penawaran Lily. "Kau membuat langkah yang cukup berani. Apa kau tidak takut kalau aku bisa saja membunuhmu?"

"Tentu saja tidak. Jika Duke berencana membunuhku pasti sudah sejaki tadi Duke mengeluarkan pisau dari balik bajumu itu." jawab Lily sambil tersenyum.

Duke Caldwell tersenyum, "Ternyata kau cukup pintar walaupun hanya seorang anak kecil."

"Aku tahu kalau Duke adalah mata-mata dari Kerajaan Delton dan alasan Duke melakukan korupsi adalah untuk menghilangkan jejak dari Banner Cristopher." kata Lily.

"Bagaimana kau tahu semua itu?" tanya Duke Caldwell.

"Jangan meremehkanku informanku Duke." Jawab Lily.

"hahh...Kau benar. Aku sengaja melakukan korupsi dan membiarkan diriku berada dipenjara ini. Karena aku sudah muak menjadi mata-mata kerajaan Delton, mereka akan selalu datang ke rumahku dan meminta informasi tentang Kerajaan Grissham sebanyak mungkin. Jika aku tidak memberitahu mereka maka mereka akan menyakiti keluargaku."

Penjelasan Duke Caldwell membuat Lily merasa sedih, "Lalu apa alasan Duke tidak memberikan informasi yang mereka minta?"

"Tanpa sadar aku merasa lebih nyaman berada di kerajaan ini dan menjalani kehidupan normal seakan aku lupa kalau aku adalah seorang mata-mata. Aku merasa lebih tenang dan bisa hidup bahagia bersama keluarga kecilku disini. Keluargaku juga bahagia bisa tinggal di kerajaan ini." jawab Duke Caldwell.

Lily merasa kehidupan Duke Caldwell sangatlah berat, dia mempunyai tugas sebagai mata-mata tapi dia juga menginginkan kehidupan yang layak seperti orang-orang pada umumnya.

"Lady, waktu kunjungan Anda sudah habis." bisik Jovan.

"Ah! Terima kasih Jovan." kata Lily.

"Duke Caldwell tolong pikirkan baik-baik penawaranku dan aku akan kembali lagi minggu depan untuk mendengar jawabanmu."

Lalu Lily langsung pergi dari ruangan itu dan menyisakan Duke Caldwell yang sedang memikirkan perkataan Lily.

"Lady, tamu Anda sudah datang dan mereka sekarang berada ditaman Istana Ruby." kata Jovan.

"Baiklah kita akan kesana sekarang." ajak Lily.

"Lady, kenapa para Pangeran tidak bertindak? Padahal mereka tahu kalau Duke Ferddy Caldwell adalah mata-mata dari Kerajaan Delton." tanya Jovan.

"Aku juga tidak tahu alasannya tapi aku merasa mereka sengaja membiarkan Duke Caldwell selagi dia tidak membuat masalah." jawab Lily.

Lily merasa ada alasan lain kenapa para Pangeran tidak menghukum mati Duke Caldwell, karena para Pangeran bisa menggunakan dia sebagai informan untuk mencari tahu tentang Barren Cristopher.

"Maaf telah membuat kalian menunggu." sapa Lily.

Ketiga sahabatnya itu menoleh ke arah Lily. "Tidak apa-apa kami tahu kalau kamu sibuk." kata Jannie sambil tersenyum.

Lily langsung duduk bergabung dengan mereka.

"Seperti biasa makanan ringan dari istana memang terbaik." kata Roseline yang menikmati hidangan di depannya.

"Roseline sepertinya kamu sangat menyukai chocolate muffin itu." kata Joanne yang tertawa kecil melihat Roseline yang terlihat bahagia ketika memakan chocolate muffin.

"Ini sangat enak, sebaiknya Kak Joanne mencobanya."

Roseline menyodorkan chocolate muffin ke Joanne. "Kamu benar ini enak."

"Aku akan meminta koki istana membuatnya lagi jika kalian menyukainya." kata Lily.

Jannie menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, disini masih banyak makanan ringan yang belum kita makan selain chocolate muffin itu."

"Aku dengar kamu habis bertemu dengan Duke Caldwell." ujar Joanne.

"Aku berencana untuk bekerja sama dengan Duke Caldwell."

Roseline terkejut. "Lily apa kamu serius?"

"Tentu saja. Jika aku bisa membuat Duke Caldwell berada di pihakku maka rencana yang telah aku buat akan berjalan dengan lancar." jawab Lily.

"Rencana?" tanya Jannie penasaran.

"Aku akan memberitahu kalian jika sudah waktunya." jawab Lily yang mendapat tatapan kecewa dari ketika sahabatnya.

"Aku sudah mengembalikan hak-hak kalian yang telah di rebut oleh keluarga kerajaan, aku harap itu dapat memuaskan kalian." kata Lily yang mengubah topik pembicaraan.

"Itu sudah lebih dari cukup Lily, terima kasih atas kerja kerasmu, aku sangat menghargainya." balas Joanne.

Lily tersenyum. "Aku senang mendengarnya. Karena sesuai aturan yang berlaku di kerajaan ini kalian akan diangkat menjadi 'Archduchess' ketika berumur 19 tahun dan aku telah mendapat perizinan dari kepala keluarga kalian, lalu beberapa dokumen penting juga telah di tanda tangani oleh kepala keluarga kalian dan juga Raja."

Selama Lily menjadi Penasihat Kerajaan, dia juga tidak lupa akan janjinya dengan ketika sahabatnya itu.

Lily berusaha bernegosiasi dengan kepala keluarga mereka untuk mendapatkan perizinan bahwa seorang perempuan bisa menjadi penerus gelar Archduke keluarganya.

Tentu saja itu sangat sulit terlebih lagi rata-rata mereka menginginkan seorang laki-laki yang menjadi penerus gelar Archduke dikeluarganya, beberapa kali pernyataan Lily di tolak oleh kepala keluarga mereka.

Tapi dengan bantuan dari Putra Mahkota akhirnya mereka mengizinkan seorang wanita sebagai penerus keluarga mereka.

Jadi Joanne, Jannie dan Roseline sudah mendapatkan gelar 'Archduchess', tapi secara resmi akan diumumkan ketika mereka berusia 19 tahun dan keputusan ini tidak boleh dirubah karena sudah mendapat stempel kerajaan sekaligus tanda tangan Raja.

Jika kepala keluarga mereka berani merubahnya maka akan di jatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Roseline tiba-tiba memeluk Lily. "Lily terima kasih aku sangat senang, padahal kamu sangat sibuk tapi masih sempat memikirkan kami".

Lily membalas pelukan Roseline, "Aku juga berterima kasih dengan kalian karena telah membantuku sejauh ini."

Joanne dan Jannie menatap Lily sambil tersenyum, menurut mereka Lily adalah wanita yang baik, ceria dan kuat. Keberanian Lily membuat dia berhasil menjadi Penasihat Kerajaan diumur yang masih sangat muda.

Tentu saja mereka sangat bangga mempunyai sahabat sehebat Lily dan mereka juga berjanji akan membantu Lily jika dia sedang dalam kesulitan.

***

"Jimmy, kenapa wanita itu tidak datang-datang?" tanya Jhon yang bosan menunggu kedatangan Lily.

"Entahlah mungkin dia tidak jadi datang." jawab Jimmy tak acuh.

Tedh melempar Jhon dengan batu kecil, "Aw! Kau mau mengajakku berkelahi?!" kesal Jhon.

"Dari pada kau memikirkan dia lebih baik kau bekerja! Lihat masih banyak prajurit kita yang lemah. Bagaimana kita bisa membawa mereka kemedan perang jika mereka masih lemah seperti itu? " jawab Tedh yang juga kesal melihat Jhon bermalas-malas.

"Jhon, jika Jeron tahu akan hal ini bisa-bisa gelar Pangeranmu dicabut dan kau akan menjadi pengemis di jalanan Ibukota." kata Jimmy dengan santai.

Jhon langsung bangkit dari kursinya, "Ck! Baiklah-baiklah aku pergi!"

Lalu Jhon pergi dari ruangan itu dengan suasana hati yang buruk.

"Jimmy kenapa kau tidak melaporkan rencana ini ke Jeron?" tanya Tedh.

"Aku masih kurang yakin jadi aku menunggu wanita itu untuk memeriksa rencana ini terlebih dahulu." jawab Jimmy sambil membaca ulang rencana yang mereka buat.

"Wanita itu dalam dua bulan sudah membuat kerajaan ini menjadi lebih baik, dia sepertinya sangat memaksakan dirinya" kata Tedh yang tiba-tiba membicarakan hal lain.

"Kau benar, aku sedikit terkejut karena dia masih anak-anak tapi sudah membuat langkah yang besar melebihi bangsawan yang lain." kata Jimmy.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, "Salam kepada Pangeran Jimmy dan Pangeran Tedh, semoga kebahagiaan selalu bersama kalian. Maaf atas keterlambatanku." salam Lily.

"Sebaiknya kau langsung baca rencana yang telah kita buat."

Jimmy menyerahkan selembar kertas yang berisi rencana yang mereka buat.

Lily membacanya dengan teliti, "menurutku ini rencana yang bagus tapi sepertinya ada yang kurang."

"Maksudmu?" tanya Tedh bingung.

Dikertas itu terdapat rencana tentang bagaimana mereka menaklukan Grand Duke Arcana. Tapi Lily merasa rencana ini masih kurang untuk membuat Grand Duke Arcana mau berkerja sama dengan kerajaan ini.

"Karena wilayah yang Grand Duke Arcana pimpin sangat terkenal dengan mutiaranya dan penghasilan dari situ telah membuat Grand Duke Arcana menjadi sangat kaya. Dia tidak akan mau bekerja sama dengan kita kalau dia tidak mendapatkan keuntungan apapun dalam hal finansial." jawab Lily.

"Bukankah di situ tertulis kita akan memberikan dia upeti setiap bulannya? Apa itu kurang?" tanya Jimmy.

"Tidak Pangeran lebih baik rencana ini diganti, karena ini akan sangat merugikan kerajaan kita, walaupun aku tahu kalau kekayaan kerajaan ini tidak akan habis jika hanya memberikan sebuah upeti." jawab Lily.

"Jadi kita harus bagaimana?" tanya Tedh.

Sebenarnya Tedh sudah menebak Lily akan menolak salah satu rencana yang telah mereka buat. Dia ingin melihat bagaimana cara Lily mengganti rencana itu.

"Kita akan membuat Grand Duke Arcana mau menjual hasil mutiara terbaiknya di kerajaan ini dan sebagai gantinya kita akan menjual batu berlian dengan kualitas terbaik di wilayahnya. Itu akan membuat Kerajaan Grissham dan Grand Duke Arcana mendapat untung yang besar karena peminat batu berlian di wilayah Grand Duke Arcana sangat banyak, tetapi karena akses perdagangan dari Kerajaan Grissham ke wilayah Grand Duke Arcana di tutup membuat orang-orang tidak bisa membeli batu berlian berkualitas tinggi dari Kerajaan Grissham dan kita harus bisa membuka kembali jalur perdagangan yang telah di tutup."

Untuk kesekian kalinya Lily mampu membuat kedua Pangeran itu menatapnya tidak percaya. Lily selalu saja mempunyai ide yang tidak terpikirkan oleh mereka.

"Seperti yang di harapakan dari Penasihat Kerajaan." sahut Jhon yang tiba-tiba muncul dari pintu.

"Kau mendengarkannya di balik pintu itu sejak tadi?" tanya Tedh.

"Mendengar wanita ini menjelaskan rencananya adalah bagian yang sangat menyenangkan dan tidak boleh dilewatkan." jawab Jhon.

"Ah! Aku baru ingat kalau para bangsawan di kerajaan ini sangat menyukai perhiasan yang unik dan jika Grand Duke Arcana menjual mutiaranya maka akan sangat mungkin para bangsawan membelinya lalu membuat perhiasan dari mutiara." kata Jimmy yang teringat oleh hal penting itu.

"Pangeran Jimmy benar dan aku rasa rencana ini sudah cukup. Kita bisa langsung melaporkan ini ke Pangeran Jeron."

Lily menulis ulang rencana yang telah mereka buat dan menggantinya dengan yang baru.

"Jadi apa kalian mau menambahkan sesuatu?" tanya Lily sambil menatap ketiga Pangeran di depannya.

"Tidak, aku rasa itu cukup. Benarkan Tedh?" tanya Jimmy ke Tedh.

"Aku rasa rencana itu sudah bisa menaklukan Grand Duke yang gila harta itu." jawab Tedh.

Lalu Jhon tersenyum, "Aku setuju dengan recana itu."

"Baiklah aku akan segera mengantarkan laporan ini ke kantor Pangeran Jeron." kata Lily yang segara bangkit dari duduknya.

"Tunggu! Kenapa harus kau yang melaporkan itu? Kau bisakan menyuruh Jovan menyerahkan itu ke Jeron." kata Tedh.

"Tidak Pangeran ini juga tugasku dan aku juga harus menjelaskan ini secara langsung ke Pangeran Jeron." balas Lily.

"Kalau begitu aku permisi" pamit Lily dan dia keluar dari ruangan itu diikuti oleh Jovan.

"Seperti biasa dia selalu saja memberi kita kejutan." kata Jimmy sambil tersenyum kecil.

"Itu adalah hal menarik dari wanita itu." puji Jhon.

"Kita tidak bisa melepaskan wanita itu dengan mudah." kata Tedh yang menyungginkan senyumnya.

"Kau pasti akan menjadi milikku." gumam Tedh.

Sesampai di ruangan kerja Jeron, Lily langsung memberikan laporan itu sambil menjelaskannya secara rinci.

"Hm... tidak buruk, kapan dilaksanakannya rencana ini?" tanya Jeron.

"Bulan depan Pangeran." jawab Lily.

Jeron mengangkat satu alisnya, "Bukankah itu terlalu cepat?"

"Jika Pangeran berkata seperti itu maka rencana ini bisa dilakukan di bulan ke tujuh dan untuk bulan depan aku akan mempersiapkan segalanya." jawab Lily.

Jeron langsung menstempel kertas laporan itu dan menyuruh Sabastian untuk memberikan kertas itu ke Raja.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Jeron yang melihat wajah Lily terlihat sangat lelah.

"Aku baik-baik saja Pangeran terima kasih." jawab Lily yang memasang wajah tersenyum.

"Jovan sebaiknya kau lebih memperhatikan kesehatan Nonamu." kata Jeron yang memberi peringatan kepada Jovan.

"Maaf Pangeran saya pastikan untuk lebih memperhatikan kesehatan Lady." kata Jovan.

"Sebaiknya kau segera istirahat, pekerjaanmu akan di tunda hingga besok." perintah Jeron.

"Dan satu lagi jangan membantah dan lakukan saja perintahku." lanjutnya.

"Baik Pangeran kalau begitu saya permisi."

Lily segera keluar dari kantor Jeron dan langsung menuju kamarnya.

Tapi ditengah perjalanan mendadak kepala Lily menjadi sangat sakit dan dia hampir saja terjatuh kalau saja tidak ada yang menahan tubuhnya.

"Apa kau baik-baik saja?"

Ketika Lily melihat ternyata Radolf menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.

"Lady! Apa Anda baik-baik saja?" tanya Jovan yang panik.

"Aku baik-baik saja Jovan dan terima kasih Pangeran Radolf." jawab Lily.

"Kau tidak pandai berbohong, jelas-jelas wajahmu menunjukkan kalau aku tidak sedang baik-baik saja." kata Radolf.

"Jovan cepat panggilkan Dokter istana, biar aku yang mengantarkan dia kekamarnya." perintah Radolf.

"Baik Pangeran."

"Apa kau bisa berjalan?" tanya Radolf.

Lily menganggukan kepalanya dan mereka mulai berjalan kekamar Lily.

"Dokter istana akan segera datang, sebaiknya kau lebih memperhatikan kesehatanmu. Hobert berkata kalau kau memiliki tubuh yang lemah jadi jangan memaksakan diri." kata Radolf.

"Terima kasih Pangeran, aku mengira Pangeran Radolf orang yang serius tapi ternyata memiliki sifat yang perhatian." Lily melihat Radolf sambil tersenyum senang.

Radolf ikut tersenyum. "Mungkin kau tidak tahu tapi aku selalu memperhatikanmu."

Lily menatap Radolf bingung.

"Cepatlah sembuh, jika kita memiliki waktu luang aku akan membawamu berjalan-jalan di Ibukota."

Radolf mengelus rambut Lily dan langsung pergi dari kamar Lily. Entah kenapa setelah berbicara dengan Radolf, perasaan Lily menjadi lebih baik.

Tak lama Dokter istana datang dan langsung memberikan Lily vitamin untuk menjaga daya tahan tubuhnya.

"Lady saya akan berjaga di luar, jika membutuhkan sesuatu segera panggil saya." kata Jovan.

"Terima kasih Jovan, selamat malam." kata Lily.

To be continue...